Dua puluh delapan

65 7 3
                                    

-----
Seringnya, hal yang bagi kita terlihat biasa, memiliki efek yang luar biasa bagi orang lain.
-----

“Angel?”

Angel langsung menoleh dan mendapati seseorang yang memanggilnya. Seorang wanita berkerudung coklat tersebut tengah meatapnya dengan senyuman. Wajah cantiknya sangat ramah, membuat Angel tanpa disadari tersenyum lebar.

“Iya, Bu. Saya Angel.”

Perlahan, Angel mulai mendekati ibu guru yang ia ketahui bernama Zahratunnisa dari name tagnya. Ibu Zahra juga yang menjadi wali kelasnya. Tentu ia tahu setelah memasuki kantor guru dan berbincang dengan beberapa guru lainnya yang kebetulan berangkat lebih awal.

Memang, Angel sengaja berangkat lebih awal dari biasanya. Semata-mata hanya untuk mempermudah dirinya beradaptasi dengan sekolah barunya.

Angel juga berpikir tentu akan sulit beradaptasi jika ia berangkat seperti biasanya, karena Angel tahu bahwa dirinya bukan orang yang mudah bergaul dengan orang lain.

Angel juga merasa risih dengan suara bising serta tatap mata siswa-siswi lain yang menatapnya penasaran. Maka dari itulah ia berangkat lebih awal.

Angel memasuki kelas dengan langkah ragu. Karena berangkat lebih awal, ia jadi tidak usah diantar wali kelas sampai memasuki kelasnya. Wali kelas baru akan memperkenalkannya nanti jika bel masuk telah berbunyi.

Suasana kelas masih sepi, hanya ada satu dua orang yang telah berangkat. Oke, sekarang Angel merasa bingung.

Gue harus duduk di mana?

Angel menatap bangku yang berada di barisan paling depan. Masih kosong.

Tapi, kan, Angel anak baru. Menduduki barisan paling depan sama saja dengan melabeli diri sendiri sebagai murid pintar. Angel, kan tidak pintar dan tidak bodoh-bodoh amat.

Angel masih bergeming di tempatnya. Matanya melirik bangku yang berada di barisan paling belakang.

Gue lebih suka duduk di barisan tengah.

Akhirnya setelah memantapkan hati, Angel duduk di barisan tengah, bangku ke dua, sebelah timur dan dekat dengan jendela. Sehingga dengan mudah Angel dapat melihat halaman depan SMA Pelangi.

Angel masuk kelas XI IPS 3 atau XI.9, bertetangga dengan kelas Farrel.

Farrel udah berangkat belum yah?

Pikiran Angel tengah berkelana saat seseorang membuyarkan lamunannya. Gadis dengan rambut sebahu dan kulit sawo matang itu menatapnya ceria, senyum terlukis di wajhnya yang manis.

“Hai, gue Salma. Lo Angel, kan? Murid baru?”

Angel menegadahkan kepalanya lantas segera menjabat tangan Salma yang terulur padanya. “Hai, Salma. Iya, gue Angel. Kok tau?”

Salma hanya tersenyum dan mendudukkan dirinya di samping Angel. “Iya, Bu Zahra yang cerita. Dia tante gue.”

Angel menganggukkan kepalanya, ia mengerti sekarang. “Ohh, pantes.”

Di sampingnya, Salma hendak meletakkan tasnya di bangku namun urung. Sejenak ia menatap Angel. “By the way, gue boleh duduk di sni kan? Bareng lo.”

Angel mengerjap-ngerjapkan matanya. Hampir saja gadis itu ingin tertawa terbahak-bahak, namun ia urungkan. Sebagai gantinya, Angel hanya tersenyum lebar. “Ya boleh lah.”

Melihatnya, akhirnya Salma bisa bernapas lega dan tanpa ragu meletakkan tasnya di bangku.

“Sal, gue ke depan dulu yah,” pamit Angel pada Salma yang dijawab anggukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang