-----
Lo bikin gue jengkel,
Tapi dalam satu waktu juga bikin gue deg-degan.
-----“Assalamu’alaikum, Ma.”
“Waalaikumsalam. Kamu pulang sama temen lagi?”
“Iya, Ma.”
“Kok nggak diajakin masuk?” Lisa mencoba mendongakkan kepalanya menatap ke luar pintu, namun sayang, Farrel sudah pergi.
“Enggak, Ma. Katanya lain kali aja.”
“Siapa namanya? Cowok, kan?” melihat wajah Erin yang memerah, Lisa seperti tahu apa yang terjadi pada putrinya kini. “Kamu suka?”
Pertanyaan beruntun Lisa sontak membuat Erin terkejut. Ia meletakkan sepatunya di rak.
“Apaan sih, Ma? Gaje deh.” Erin cemberut namun siapa sangka kalau Lisa sedang tertawa dalam hati. “Kalau nganterin lagi, jangan lupa disuruh masuk. Kenalan sama Mama,” ucap Lisa tersenyum jahil.
“Dia itu nyebelin, Ma,” sahut Erin mengubah air mukanya menjadi cemberut.
“Udah yaa, Ma. Erin mau ke kamar.” Perlahan, Erin berlalu dari hadapan Lisa dan menaiki tangganya, menuju kamarnya. Dalam hati, Lisa hanya bisa berharap jika seseorang itu bisa membahagiakan putrinya.
Mama cuma berharap semoga dia bisa buat kamu bahagia.
***
Erin menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia menoleh ke sisi kanan lantas mengambil sebuah foto. Gadis itu beringsut bangun untuk duduk di kasurnya.
“Pa, aku suka sama seseorang. Dia nyebelin tapi dalam satu waktu bisa buat Erin deg-degan setengah mati.” Erin tersenyum menatap sosok ayahnya dalam foto yang terlihat sangat bahagia.
“Awalnya Erin nggak yakin sama perasaan ini, tapi sekarang Erin sadar kalau Erin benar-benar suka sama dia.” Erin menahan napasnya sebentar, tenggorokannya terasa tercekat. Ada sesuatu yang akan keluar bersamaan dengan ucapan berikutnya.
“Coba kalau Papa masih di sini. Erin kenalin sama dia, Mama juga mau tahu. Jadi kan Papa bisa kasih tahu ke Erin, dia orang baik atau bukan.” Keluar sudah. Erin tak dapat membendung air matanya lagi. Ia masih tersenyum meski tetes demi tetes air mata mengalir.
“Erin sayang sama Papa, sama Mama juga. Papa yang tenang di sana yah, Erin bantu doa dari sini.” Erin mengusap lembut foto ayahnya, menciumnya lantas membawanya ke dalam dekapannya.
***
Sementara itu di sisi lain, Farrel melihat Anggun tengah duduk di bangku dekat kolam renang. Televisi disana menyala, namun penontonnya berpikir ke lain hal. Berkali-kali Farrel melihat Anggun menghembuskan napasnya gusar sebelum akhirnya beranjak dan menemukan keponakan tersayangnya berdiri di dekat pintu.
“Mama kenapa?” tanya Farrel mendekati Anggun dan menuntunnya untuk duduk kembali.
“Cerita sama Farrel. Mama kangen Arga?” Anggun mengangguk lemah. Meski baru beberapa bulan mereka tinggal di Indonesia namun kerinduan akan Arga begitu besar. Arga memang berbeda, ia selalu menyimpan semuanya sendiri dan mengeluarkannya dengan kekerasan.
Namun bagi Anggun itu bukanlah suatu hambatan untuk tetap menyayangi Arga seperti menyayangi anaknya sendiri.
Setelah kematian Iwan, suaminya, Anggun tak dapat tersenyum lebar. Senyum Anggun kembali pada saat Dani, kakaknya, memintanya untuk merawat dua orang malaikat kecil, ia begitu bahagia. Pindah dan tinggal bersama kakak serta dua orang malaikat kecil membuatnya kembali hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction[Update setiap sabtu-minggu] Semua di dunia ini memiliki takdirnya masing-masing. Seperti kita, yang berusaha mengubah meski tahu bahwa itu tak mungkin. Takdir tetap pada garisnya. Lurus, ataupun berliku-liku mengikuti skenario Tuhan. Dan kita, lagi...