-----
Gue sadar, nggak selamanya apa yang kita mau bisa terwujud.
Termasuk ini.
-----
Pagi itu, hujan lebat mengguyur ibukota Jakarta. Jalanan becek sepertinya sudah biasa dirasakan mengingat ini adalah musim penghujan. Bau petrichor sudah tercium sejak awal mula tetes-tetes itu jatuh ke bumi, meluruh bersama tanah.Di sebrang sana, seorang gadis duduk termenung menatap rintikkan hujan yang masih tersisa. Sudah jam 06.58 namun hujan belum membagi tanda-tanda akan reda. Ia beringsut dari duduknya, mengambil payung dan mulai berjalan melangkahkan kakinya.
Kaki mungilnya terus berjalan menapaki trotoar demi trotoar. Ia tersenyum, senandung-senandung halus terdengar di antara bibirnya.
Namun, nyanyiannya seketika terhenti saat sebuat mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Melesat melewati genangan air.
Erin beringsut mundur kala mobil itu melewati genangan air. Namun sayang, ia tetap terciprat air genangan hujan yang bercampur dengan tanah. Matanya melotot melirik rok serta baju seragamnya, namun sebisa mungkin ia tidak meledakkan amarahnya.
Dilihatnya mobil hitam itu, perlahan menepi. Secercah harapan muncul kala pemilik mobil itu keluar.
Semoga cowok itu mau tanggungjawab.
Cowok itu terus berjalan ke arah Erin, ia melirik Erin sekilas dan kembali berjalan masuk ke dalam minimarket.
Oke, positiv thinking Erin. Mungkin dia mau beli tisu dulu buat lo.
Dari tampangnya, kayanya dia model-model cowok brengsek deh.
Erin, udah siang, lo harus ke sekolah sekarang.
Lo liat kan, tuh cowok malah cuma liat lo dan langsung masuk ke supermarket.
Tipe-tipe crocodile boy.
Erin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha menghilangkan segala suara-suara aneh dalam pikirannya. Ia menghirup dan mengeluarkan napasnya perlahan.
Oke, tarik napas, keluar.
Positiv thinking Erin.
Tarik, keluar. Tarik, keluar.
Tarik.
"Eh?" aktivitasnya terhenti kala ia mendapati cowok itu keluar dari minimarket. Ia melengang melewatinya dan berjalan menuju mobil hitamnya.
Tuh kan. Dia nggak tanggungjawab.
Aduh Erin, kejar dong.
Erin mengerjap-ngerjapkan matanya, ia tersadar dan segera berlari menghampiri mobil cowok itu. Tangannya mengetuk-ngetuk kaca mobil itu, berharap pemiliknya membuka pintu dan keluar untuk minta maaf.
Ia semakin kesal dan kencang mengetuk-ngetuk kaca mobil saat pemiliknya tak kunjung keluar. Dilihatnya cowok itu malah memasang seatbelt setelah sebelumnya meletakkan barang yang dibelinya ke jok belakang. Ia menatap Erin, namun selanjutnya hanya mengedikkan bahunya acuh.
Erin melotot saat pemilik mobil itu malah pergi guna melanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan.
"Dasar cowok brengsek. Awas aja. Gue bakal cari lo." Erin mengumpat kesal.
"Arrrggghhhh. Brengsekkk!!" Ia menendang batu di jalanan itu. Berteriak sampai membuat pasang mata orang yang lalu lalang di sana menatap ke arahnya.
Hari sial. Bisa-bisanya ia bertemu dengan cowok kelewat brengsek pemakai masker hitam itu. Mana nggak peka lagi. Mau tak mau ia harus tetap ke sekolah dengan rok dan baju yang basah dan kotor sebagian.
***
Siang itu, suasana kantin tampak sepi. Hanya beberapa yang makan siang di sana. Entahlah, mungkin karena ini sedang musim-musimnya ulangan harian? Erin tak mau ambil pusing. Yang penting makan tetap jadi prioritas utama.
Ya kan? Coba aja kalau kita nggak makan? Lemes iya, nggak konsen pasti.
Setelah sebelumnya dihukum, akhirnya ia bisa menghirup udara dengan tenang.
Telinganya serasa panas. Ia sudah cukup puas melihat ceramah live di depannya dari bu Yani, ia sudah puas membakar kulitnya di bawah teriknya mentari pagi itu, ia sudah puas terlambat datang ke sekolah, ia juga sudah puas tidak membawa buku tugas pelajaran jam keempat dan keenam, dan yang terakhir, ia sudah sangat puas bertemu dengan cowok super nyebelin itu.Dan berbagai kepuasan batin lainnya yang ia terima sekaligus dalam beberapa jam ini. Yang pertama tentunya karena nasib sial yang dialaminya, dan yang kedua pastinya karena sikap cerobohnya. Lengkaplah sudah penderitaan Erin hari ini.
Erin menatap layar ponselnya, mengaktifkan data seluler dan membuka whatsapp. Satu persatu notifikasi muncul.
Siapa lagi kalau bukan dari Nayla.
Nayla : Cek sound.
Nayla : Woy jawab!!
Nayla : Sombong amat lo, habis dihukum juga.
Nayla : Ciee yang habis dihukum.
Nayla : M2M dong.
Nayla : Woyyy.
Nayla : Balas nggak!!!
Erin menghela napasnya cuek, setelah itu jarinya terlihat mengetikkan kata-kata.
Erin : M2M pala lo peyang.
Erin : Lo di mana? Cepetan ke kantin dong.
Nayla : ehehehehe.. Gue lagi sama Raka nih.
Erin : Cepetan kesini!!
Nayla : Iya iya. Cerewet lo.
Erin memutar matanya jengah, kalau saja ia tak bertemu dengan laki-laki itu, sudah pasti moodnya tak akan seburuk ini.
Dari sudut kantin, terlihat Nayla yang berjalan tergesa-gesa. Rambut panjangnya bergoyang-goyang mengikuti gerakan tubuhnya.Gadis itu langsung mengatur napasnya yang terengah-engah. Menarik kursi lantas mendudukinya. Erin yang mengetahui keberadaan Nayla hanya menatapnya sekilas lalu kembali fokus pada novel yang sedang dibacanya. Di kedua telinganya telah terpasang headset bervolume sedang.
"Rin. Kabar gembira!!" ujar Nayla bersemangat. Kini ia telah berdiri tegak di samping Erin, kedua tangannya ia letakkan di atas meja. Matanya menatap Erin antusias.
"Hmmm?" sahut Erin malas.
"Ada murid baru di sekolah kita!!"
"Terus? Urusannya sama gue apa?" sahut Erin tak peduli. Gadis itu tak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari benda pipih berwarna putih itu.
"Aduh, Rin. Lo tuh yaa."
"Dia cowok. Dan eeenngggg, katanya ganteng pake b-g-t," celoteh Nayla.
"Ohhh."
"Loh kok cuma 'oh' sih?" protes Nayla kesal.
"Terus gue harus cari dia habis itu minta tanda-tangannya gitu?"
"Udah deh Nay, gue laper. Gue mau pesen sekarang," potong Erin. Nayla sebal, gadis itu memberengut, namun tak pelak juga mengikuti langkah Erin.
"Ehh.. Eh.. tunggu dong."
Tegal, 2 Maret 2018
---
Duh, duh.. sebenernya sih nggak pengin update sekarang. Cuma berhubung besok banyak tugas kenegaraan (ceilehh😲), jadi deh updatenya dimajuin. 😥
Nggak papa deh 😆😆
Gimana part 6 nya??
Maapkeun yaa kalau banyak tipo dan sebagainya. Aku hanya manusia, yang pasti punya banyak salah. 🙏Ya udahlah, baca aja. Jangan lupa voment ya gengs 😁
Love,❤
Ashaalia
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction[Update setiap sabtu-minggu] Semua di dunia ini memiliki takdirnya masing-masing. Seperti kita, yang berusaha mengubah meski tahu bahwa itu tak mungkin. Takdir tetap pada garisnya. Lurus, ataupun berliku-liku mengikuti skenario Tuhan. Dan kita, lagi...