11

38 8 0
                                    

Karin POV

Aku, Rena dan Andre sedang duduk di sebuah coffee shop dekat kampus, kami memang sering nongkrong disini bila ada waktu kosong. Aku baru saja menceritakan tentang Raka pada mereka, aku berusaha tetap tenang dalam menjelaskan kejadian yang baru ku alami. Rena terlihat emosi mendengar ceritaku.

" Loe kudu mutusin dia SE KA RANG!!!!!" Rena mengetuk meja di depannya, tampak emosi setelah mendengar ceritaku.

"Harus Rin, hukumnya wajib!" "Cowok kayak gitu tuh gak bisa lagi si percaya" Rena kini menatapku tajam " ya gak Ndre?" dia menatap andre dan di balas anggukan dari Andre, Andre juga terlihat tidak suka mendengar apa yang ku ceritakan, namun dia bukan tipe orang yang gampang meledak seperti pacarnya yang bawel itu.

"iya rin, putusin aja udah," andre melanjutkan sambil memakan french-fries yang ada diatas meja

"iya iya, gue emang udah berencana mutusin hubungan kami kok..." aku meneguk Americano ku

"Gue bener-bener gak abis pikir deh arin, sumpah munafik banget dia" Rena terlihat jengkel, "Didepan loe belagak manis banget, eh malah main belakang! Anjing deh"

"Kamu gak gitu kan ndre?" Rena menatap tajam Andre

"Gak lah!" Seru andre, kemudian membelai rambut Rena.

Aku hanya bisa menatap mereka dengan wajah malas, dua orang ini gak ada bosennya bermesraan.

"Kalian boleh jangan mesra-mesra dulu gak didepan gue! Kan gue lagi patah hati!"

Mereka berdua tertawa melihatku

"Tapi gue serius nih, loe kudu wajib mutusin dia deh" Rena tampak serius kembali, aku mengangguk lemas.
Rena memang seperti itu, awalnya ku pikir dia adalah cewek pendiam, namun ternyata setelah berteman lama dengannya, Dia sama sekali bukan cewek pendiam! Dia wanita paling cerewet dan bawel yang pernah ku temui. Meski begitu, aku tau kalau dia peduli padaku, dia teman baikku.

Malam ini, Aku memutuskan untuk pergi menemui Raka di apartemennya, aku sudah berusaha menghubunginya tapi dia tidak menjawab teleponku.

Saat ini aku sudah berada di depan pintu apartemennya, aku beberapa kali menekan bel tapi belum ada yang membuka pintunya, Sampai tiba-tiba Raka membukakan pintunya, dia terkejut melihat kedatanganku. Lebih tepatnya sangat terkejut.

"Hei, sorry aku telpon kamu tapi gak diangkat, jadi aku langsung datang" ekspresi terkejutnya tadi membuatku merasa tak enak karena datang tiba-tiba tanpa mengabari nya dulu

"iya, eh, Gapapa kok sayang" dia tampak sangat canggung sambil berbalik menatap ke belakang dan kembali menatapku, dia masih berdiri menutupi pintu masuk, membuatku bingung, aku jadi berpikir macam-macam melihatnya sepeti ini.

"ada orang di dalam yah?" aku bingung melihatnya yang berkali kali berbalik menatap ke belakang, seperti menutupi sesuatu.

Dia spontan menggeleng kepalanya. Tapi ini benar-benar mencurigakan.

"Aku gak bisa masuk yah"

"Eh, bisa kok... Ayo" Raka tampak terpaksa memiringkan badannya memberi jalan padaku untuk masuk, aku masuk sambil kulirik dia tampak kacau sambil menggaruk kepalanya, tatapanku mengelilingi seluruh ruangan.

Kenapa sih dia !.... Aku agak gak nyaman dengan sikapnya yang seperti tidak menginginkan kedatanganku.

"duduk sayang" dia mempersilahkanku duduk di sebuah sofa putih, masih dengan tingkah canggungnya

Aku duduk, dan dia mengikutiku duduk di sampingku

"kenapa yang? Tumben kamu sampe nyamperin aku ke rumah" Raka menatapku sambil membelai pelan rambutku, seperti biasanya, dia memang suka memainkan rambutku, biasanya menyukai sentuhannya, tapi tidak kali ini, bayangan dia dengan wanita itu berciuman membuatku jijik padanya. Aku menepis pelan tangan raka dari rambutku.

It's called 'Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang