10

36 10 0
                                    

AUTHOR POV

"Karin!!! " teriak Revan yang melihat karin berlari keluar dari kamarnya. Revan segera mengambil kemeja dan memakainya asal, dia terlihat frustasi dengan kedatangan sahabatnya itu, dia seperti tidak ingin karin melihatnya dengan wanita lain.

"Revan kamu mau kemana!" seru Dela kesal, melihat Revan bersiap akan keluar dari kamarnya, dan mengejar Karin.

"Aku harus nemuin dia" Revan terlihat semakin kacau.

"Revan STOP! Ngapain sih ngurusin dia! Kalo kamu nemuin dia...!" dela berhenti sejenak dengan wajah panik.

"mending kita putus!" Dela mengancam meskin tampak ragu-ragu dengan apa yang barusan dia katakan.

Revan sontak berbalik sambil menarik napas panjang dia mendekat ke arah Dela

"Sayang" Revan berkata pelan berusaha menenangkan Dela

"Gak Van! Kalo kamu berani ninggalin aku sekarang, aku gak mau lagi berhubungan sama kamu!" Wajah Dela memerah, jelas dia sangat marah dengan situasi ini

"Oke" Revan menarik napas panjang "kalo itu mau kamu, kita putus" kata Revan pelan sambil menatap dela dalam

Setelah itu Revan segera berjalan keluar meninggalkan Dela

"REVAN! Kamu gila yah?! Emang dia siapa sih!" teriak Dela frustasi. Revan tidak peduli, dia terus berjalan keluar dari kamarnya dan segera turun ke lobi hotel, kemudian menghampiri resepsionis.

"Tolong usir perempuan di kamar saya yah, dan tolong bersihkan kamar setelah itu" kata Revan kepada petugas  hotel sambil tersenyum datar.

"Baik Pak"

Dia kemudian keluar dari hotel dan mencari Karin, menurut satpam di depan, karin baru saja berjalan kaki keluar dari hotel beberapa menit yang lalu.

Revan segera naik ke mobilnya dan keluar dari hotel, perasaannya acak-acak seperti penampilannya saat ini, entah kenapa dia takut akan kehilangan karin, entah kenapa dia merasa karin tidak harus melihatnya seperti itu, terlebih tadi sorot mata karin terlihat sedih, dia tidak suka melihat perempuan itu bersedih apalagi sampai menangis.

Setelah berjalan beberapa meter menjauh dari hotelnya dia melihat Karin di sebuah halte bis, sedang duduk sambil menundukkan wajahnya. Revan segera memberhentikan mobilnya dan berlari kecil mendekat kearah karin.

"hei..."

Karin yang terkejut dengan kehadiran Revan langsung berdiri dan menghapus air matanya, dia terisak.

"Ngapain loe kesini" tanya Karin menghindari tatapan mata Revan.

"kamu nangis?" tanya revan sambil menatap karin, hatinya hancur melihat perempuan di hadapannya menangis

"mending kamu balik van, dela nunggu kamu disana" karin masih tidak menatap revan

Revan semakin mendekat membuat karin mundur dari tempatnya hingga tersandar di dinding halte, revan terus mendekat membuat karin terpojok, namun karin masih menunduk menghindari tatapan revan, revan kemudian menyentuh dagu karin dan mengangkat keatas hingga mereka bertatapan.

"kamu nangis?" tanya revan kembali, pelan sekali, hampir tertutupi dengan suara kendaraan yang lewat di depan mereka.

Karin menggeleng pelan.

"aku minta maaf van, udah ganggu kamu... Aku cuma mau mampir tadi" karin memaksakan menatap mata revan yang menetapnya tajam

Revan menarik napas panjang.

"kamu kenapa rin? kenapa nangis?"

Beberapa detik karin diam sambil menatap wajah sahabatnya, jantungnya berdebar sangat kencang, mengingat apa yang sudah Raka lakukan di belakangnya, terutama untuk kejadian yang barusan ia lihat. karin sadar bahwa seharusnya dia tidak boleh bersikap seperti ini pada revhan, tidak pantas rasanya untuk cemburu, Revhan bukan miliknya!, dia bebas bersama siapa saja.

It's called 'Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang