2

91 30 8
                                    

Revan pov

"Revaaaan!!!" Seru seorang perempuan yang suaranya tak asing lagi di telingaku.

"Nyebelin banget tau ngak, sial!!! Arrrgh, jengkel banget gue!"

Dia mengambil tempat di depanku dan langsung mengeluh panjang lebar sambil sesekali menepuk dada dan memegang kepalanya.

"Kenapa sih?" "digodain sama pak agus lagi?" Aku nyalakan rokok yang sedari tadi kupegang.

"Bukan digodain lagi!" "tadi dia lewat di samping gue, eh malah nyenggol" dia mengerutkan dahinya, "Trus kena disini" sambil menunjuk dadanya.

Tebakanku betul

"Sengaja banget kan? Dasar guru mesum!" dia mengambil es jeruk di depanku dan meminumnya

"Nyenggol doang kan, bukan dipegang" aku tersenyum melihat tingkah kesalnya.

"Ih, Van! Gimana sih, itu kan udah kelewatan" dia tampak jengkel dengan responku, membuatku tertawa kecil.

Aku suka melihat wajah jengkelnya. Cantik, dia memang sangat cantik, bisa di katakan hampir sempurna sebagai perempuan. Dia adalah Karina Jasmine, sahabatku sejak kecil, aku lupa kapan tepatnya kami pertama kali bertemu, seingatku kami mulai dekat sejak masuk SD yang sama, dan sampai saat ini sudah di bangku SMA pun kami masih bersahabat baik. Dia sering menyebutku 'Tempat Sampah-nya', rasanya tidak ada rahasia di antara kami sekarang.

"iya iya..." "nanti gue bikin perhitungan sama si guru mesum itu"

"Eh, tapi sekarang kan jam pelajaran, loe bolos lagi yah?" dia seperti tersadar bahwa aku tidak masuk pelajaran sekarang, dia menatapku tajam.

Aku sedang tidak mood untuk masuk kelas, karna sekarang jam pelajaran matematika yang sangat ku benci,

Siapa sih yang suka matematika

Tapi tunggu, bukannya dia juga bolos? Kenapa dia ada disini sekarang

"Loe juga ngapain disini? Bolos juga?" Aku melihat dia tersenyum jahil.

"Males aja" dia tersenyum lagi "habis gue udah ilang mood duluan liat si guru brengsek itu"

"Kalo gitu, ayo..." aku kemudian berdiri sambil mematikan rokok yang baru beberapa kali ku hisap

"Kemana?" dia berdiri mengikutiku dengan wajah kebingungan

"Bolos yang sesungguhnya" aku menarik tangannya keluar dari kantin

Dia tersenyum melihatku.

Senyuman itu selalu membuat jantungku berdebar tak karuan, aku sangat menyukai senyumannya, rasanya menenangkan, dan aku tidak ingin kehilangan senyuman itu, apalagi sang pemilik senyuman.

It's called 'Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang