23

35 2 4
                                    

Karin POV

Aku terbangun di sebuah ruangan yang asing, nyeri yang luar biasa tiba-tiba saja muncul dari bawah perutku, kakiku terasa berat untuk diangkat, perutku menegang, kepalaku juga terasa sangat sakit, aku berusaha menenangkan diriku dengan menarik napas panjang, rasanya dadaku begitu sesak, tubuhku seperti tidak memiliki kekuatan untuk bergerak.

"Non, sudah bangun" Bibi membelai lembut kepalaku, dia duduk tepat di sebelahku yang terbaring di sebuah tempat tidur kecil, aku menyadari kalau sekarang aku memakai pakaian rumah sakit.

Apa yang terjadi padaku sampai aku bisa berada di sini sekarang

"Bi, apa yang terjadi?" Aku menatap tangan kananku yang terpasang selang infus

"Tadi non pingsan" Bibi masih membelai kepalaku, raut mukanya tampak berubah.

Aku berusaha mengingat kejadian sebelum aku pingsan. Seingatku aku baru saja pulang dari pemakaman ayahku, lalu ada beberapa orang dari bank yang datang padaku,
lalu? apa aku pingsan setelah itu?

"Bi, apa yang udah terjadi sebenarnya" Aku mulai cemas

"maaf non" bibi terlihat cemas menatapku

aku meringis dan kembali memegang perutku yang tiba-tiba sangat nyeri

"sebentar non bibi panggilin dokter" bibi berniat keluar tapi aku berhasil menahan tangannya

"bi, tolong ceritain semuanya" perasaan ku tidak enak, apalagi dengan tingkah bibi yang canggung di sampingku

"maaf sekali non, bibi juga gak bisa berbuat apa-apa, non pingsan tiba-tiba" "terus..." bibi terlihat semakin gugup, dia berusaha untuk tidak menatap langsung padaku

"Terus?"

"Kata dokter non karin pendarahan..." bibi tertunduk "maaf non" suara bibi meredup

"Bayinya?" Aku gemetar

"Maaf non" air mata bibi menetes di tanganku

Aku tahu jawabannya... aku kehilangan bayi itu. Ku lepas tangan bibi kemudian memegang perutku,

"maaf non" bibi menatapku dan berusaha menenangkanku

Aku tertawa pelan
Tuhan!!! Apa lagi ini!!! Kenapa semuanya arus kau ambil???
"Gak mungkin bi!"

Tangisku pecah kemudian,

"Kenapa harus bayi ini!!! Apa salahnya???" aku tidak tau lagi bagaimana kacaunya hidupku, semuanya terjadi tanpa memberiku ruang untuk bernapas sebentar, Pria itu meninggalkan aku begitu saja, aku hamil, papa meninggal, rumah dan semuanya disita, sekarang aku harus kehilangan darah daging yang bahkan belum sempat kulahirkan. Dan semuanya terjadi dalam sekejap mata, seakan tuhan sedang menertawakannku sekarang.
Sebesar apa dosaku hingga kau menghukumku seberat ini tuhan, kenapa tidak sekalia kau ambil nyawaku, kenapa harus semua yang berarti dalam hidupku kau renggut satu persatu?

"kenapa bukan aku saja yang mati bi!!" dadaku sakit oleh isakan ku sendiri

"Non, istigfar non, gak boleh ngomong gitu" bibi membelai rambutku pelan

Airmataku terus mengalir tanpa bisa kukendalikan lagi, kepalaku sakit, aku menutup mataku dan terisak pelan,

Cukup tuhan, ambil saja aku, buat apa lagi aku hidup sekarang! Gak ada lagi alasanku untuk bertahan hidup

Aku tak tau berapa lama aku menangis hingga tertidur.

Keesokan harinya aku masih harus di rumah sakit karena kondisiku yang belum stabil, namun rasanya airmataku sudah kering, aku tidak bisa menangis lagi meski aku sangat ingin menangis.

It's called 'Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang