"Anjrit!!" Biru melempar ponselnya.
"Kenapa sih lo?" tanya Ninin kaget, dilepasnya headset yang sedari tadi ia kenakan dan menatap heran ke arah Biru. Ninin sedang asik menonton drama korea lewat ponsel, sentakan saudara sepupunya yang tiba-tiba membuat gadis berpipi chubby itu terkejut. Padahal dari tadi ruang tamu di rumah Ninin terasa lenggang, karena mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.
Biru membenarkan posisi duduk, kemudian mengambil kembali ponsel yang barusan ia lempar, diberikan ponsel itu kepada Ninin yang sedang tiduran santai di sofa sebelahnya.
"Baca deh,"
Alis Ninin berkerut heran, namun ia tak banyak bertanya dan langsung mengambil ponsel Biru kemudian membaca apa yang tertera di sana.
"Ah, elah. Jadi, gara-gara gini doang lo sampe ngelempar HP? Cemen lo!" Ledek Ninin sambil mengembalikan ponsel Biru.
Sepupunya itu ternyata sedang membuka akun yang daily post-nya bertema khusus untuk hal-hal yang memiliki kesan creepy.
"Yeee, elo bacanya nggak pake perasaan. Dia punya caption bikin bulu kuduk gue berdiri nih," cibir Biru menutupi rasa malunya.
Ninin malah tertawa melihat ekspresi sepupunya itu, "Lo kesambet apaan sih? Kok tumben mau-maunya baca gituan? Bukannya dari kecil lo nggak suka hal-hal yang berbau horor?"
"Si Vani suka banget sama hal-hal yang berbau horor, gue tanya ke temennya, katanya dia suka banget baca kata-kata creepy kayak gini. Ya, gue mau tau dong, biar ntar bisa nyambung kalau ngajak dia ngobrol,"
"Vani? Gebetan baru lo itu? Kemaren Ririn cerita sih, katanya lo naksir sama maba ya?" tanya Ninin penasaran. Ia tak lagi melanjutkan menonton drama korea kesukannya dan berdalih menunggu jawaban dari Biru yang kembali asik memainkan ponselnya.
"Ah, ya... Gue lupa ternyata baru ceritanya ke Ririn. Abisnya, muka kalian mirip sih, jadi gue lupa udah cerita ke siapa," jawab Biru tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Ninin melempar bantal sofa ke arah Biru, "sembarangan lo kalau ngomong, mirip dari mananya coba? Jelas-jelas gue lebih gendut!" omel Ninin tak terima. Giliran Biru yang tertawa, ia memang hanya bermaksud untuk menggoda Ninin.
Ririn adalah saudara kembar dari Ninin, hanya saja mereka bukan kembar identik dan sangat gampang untuk dibedakan.
"Trus kemajuan lo dengan si Vani itu udah sampe mana?" tanya Ninin lagi.
"Gue udah punya kontaknya dong,"
"Oh, ya? Trus udah lo chat? Ajak kenalan? Ketemuan?"
"Belom."
"Bego!"
Biru kembali terkekeh melihat sepupunya yang semakin sebal terhadap dirinya, "gue masih belom ngelakuin apa-apa, Nin."
"Makanya gue ngatain lo, Bego. Umur udah berapa, woyyy? Masih aja cupu deketin cewek, kayak anak SMP. Heran gue, kenapa bisa banyak yang naksir lo. Nggak tau aja mereka, seorang Biru itu sangat cupu buat deketin cewek."
"Lo tuh, ya, kalau ngomong suka nggak ada rem. Sana gih, nonton korea lagi..."
"Makanya, buru, deketin tuh yang namanya Vani. Diserobot orang, nangis lo ntar!"
"Lo kira deketin cewek itu gampang? Pelan-pelan aja, Beib. Kalaupun dia udah tertarik sama orang lain, gue bisa apa?"
"Begonya seorang Biru tuh, emang gitu ya... Nggak berubah dari SMP. Jangan langsung pasrah sebelum usaha, belom apa-apa juga udah keder. Ngapain juga lo sampe nyoba-nyoba buat baca creepy words kalau nggak ada eksekusinya? Latian mulu kerjaan lo."
YOU ARE READING
Puan
HorrorDesa Pualam katanya merupakan desa terpelosok dari sekian desa yang terpilih untuk menjadi lahan Kuliah Kerja Nyata (KKN) program kampus yang ditempati Biru, Violet, Ririn dan Ninin. Awalnya Biru merasa sangat bersemangat karena ini merupakan pengal...