Aquaphobia (30)

1.1K 120 38
                                    

Minho hanya bisa tersenyum getir, saat mengingat fakta itu. Fakta bahwa Wonwoo mencintai orang lain. Minho sedikit terlonjak saat ponsel yang ada digenggamannya bergetar. Menandakan bahwa ada sebuah pesan yang masuk. Ia segera melihat siapa pengirim pesan itu. Walau tentunya ia ingin Wonwoo yang mengiriminya pesan.

.

.

.

➰➰➰

Taemin meregangkan ototnya. Nyaman. Itulah yang ia rasakan saat ini. Lelahnya seakan menghilang saat ia bertemu dengan benda kesayangannya. Kasur.

Setelah merasa nyawanya terkumpul semua. Ia pun segera beranjak ke kamar mandi. Sepulangnya dari pulau Jeju, ia memang memilih langsung berlayar ke alam mimpi. Tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Ia terlalu lelah.

Lima belas menit kemudian, Taemin keluar dari kamar mandi dengan badan yang segar. Dan sekarang ia harus mengurusi perut yang sedari tadi protes minta untuk diisi.

Namja manis itu keluar dari kamar, melangkahkan kakinya menuju dapur. Berharap masih ada bahan makanan yang bisa ia masak. Ia memang suka memasak. Walau ia sebenarnya tak terlalu pandai, namun masakannya juga tak bisa dibilang buruk. Setidaknya masakannya tak akan membuat perut bermasalah.

Taemin tampak kecewa saat tak menemukan bahan apapun. Kosong. Ia mendesah. Apa yang mau ia makan? Padahal perutnya benar-benar sudah sangat butuh asupan. Apa ia makan diluar saja? Tapi ia malas jika harus makan sendiri. Dan setelah lama berpikir, akhirnya ia sudah memutuskan. Ia akan membeli bahan makanan dan memasak. Ya, ia sudah memutuskannya. Dan ia juga sudah memutuskan bahwa ia akan meminta bantuan Minho. Ia juga akan mengajak Minho untuk makan malam bersama. Ya, bisa dibilang sebagai ucapan terima kasih. Karena namja tampan itu sudah mengajaknya berlibur ke pulau Jeju. Gratis. Selain itu, ia juga ingin bertemu dengan namja tampan itu. Bahkan mereka baru saja menghabiskan liburan bersama, namun ia sudah ingin menatap wajah tampan seorang Choi Minho. Cinta memang aneh.

Dengan semangat, Taemin berjalan ke dalam kamar. Tentunya untuk mencari ponsel, agar ia bisa menghubungi Minho. Setelah dapat, ia pun segera mengirimi Minho pesan. Sebenarnya ia ingin menelpon, namun pasti ia akan gugup nanti saat berbicara. Jadi ia lebih memilih mengirim pesan.

Selagi menunggu balasan. Ia pun segera mempersiapkan diri, mengganti kaos dan celana yang ia kenakan dengan sweater dan celana jeans panjang. Setelah merasa cukup, ia pun berjalan menuju ruang tamu. Mendudukkan dirinya disana, sambil menunggu balasan dari Minho.

.

.

.

Minho menatap ponselnya dengan tatapan nanar. Lebih tepatnya menatap pesan yang baru saja ia baca. Taemin mengiriminya pesan, agar ia menemani Taemin berbelanja bahan makanan. Bahkan namja manis itu juga mengajaknya untuk makan bersama.

Namja bermarga Choi itu tentu saja bingung. Di satu sisi, ia tak ingin mengecewakan Taemin. Namun di sisi lain, ia juga sedang menunggu balasan dari Wonwoo. Sungguh. Ia bingung. Mana yang harus ia pilih?

.

.

Minho melangkahkan kakinya ditrotoar. Ia sedikit mempercepat langkah kakinya, saat ia sadar bahwa ia sedikit terlambat dari waktu yang mereka sepakati. Ia sepertinya terlalu lama bersiap, sampai tak menyadari bahwa ia terlambat.

Senyum Minho mengembang saat sosok manis terlihat dipenglihatannya. Jeon Wonwoo. Namja manis yang masih menduduki tempat tertinggi di hati seorang Choi Minho, saat ini.

"Apa kau sudah menunggu lama? Maaf aku terlambat." Ucap Minho saat ia sudah sampai dihadapan Wonwoo. Ia benar-benar merasa bersalah pada Wonwoo.

"Tak apa, hyung. Aku juga belum lama datang. Jadi kau tak perlu meminta maaf."

"Kalau begitu, ayo kita masuk. Diluar sangat dingin. Kau bisa sakit jika terlalu lama diluar." Wonwoo hanya mengangguk dan mengikuti kemana Minho melangkah.

Mereka memasuki sebuah cafe yang tak terlalu besar, namun juga tak terlalu kecil. Cafe ini terlihat sangat nyaman. Tak heran jika banyak sekali pengunjungnya. Entah itu dengan teman, pasangan, ataupun dengan keluarganya.

Mereka memilih tempat duduk di pojok, dekat jendela. Lebih tepatnya karena hanya bangku itu yang tersisa. Tak lama, seorang pelayan datang. Tentunya untuk menanyakan apa yang akan mereka pesan. Setelah pelayan itu pergi, hanya keheningan yang tercipta. Minho dan Wonwoo seakan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Em, Wonwoo." Akhirnya, setelah berdiam cukup lama, Minho mulai membuka suara.

"Ya, hyung?" Jawab Wonwoo singkat.

"Apa aku tak ada kesempatan?" Wonwoo mengerjap. Ia bingung harus menjawab apa. Ah, ia bukan bingung dengan jawabannya. Lebih tepatnya ia bingung cara menyampaikannya. Ia harus berkata apa?

"Apa hatimu benar-benar tertutup untukku?" Lagi. Minho mengajukan sebuah pertanyaan yang menyulitkan untuk Wonwoo. Wonwoo masih saja diam. Suaranya seakan sulit untuk ia keluarkan. Wonwoo masih saja belum menjawab, sampai seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka.

.

.

.

Taemin sedikit menggerutu. Ia sekarang sedang berada disebuah minimarket, membeli beberapa bahan makanan. Ia kesal. Tentu saja. Ia sudah sangat bersemangat saat Minho membalas pesannya. Mengatakan bahwa ia ada waktu dan akan menemani Taemin berbelanja. Dan tentunya juga makan malam. Namun semua itu berubah sepuluh menit kemudian. Saat Minho mengiriminya pesan. Meminta maaf karena ia tak jadi menemani Taemin, karena ada sesuatu yang penting, yang harus segera ia selesaikan. Dan benar-benar tak bisa ditunda.

Dan berakhirlah Taemin belanja sendirian. Walau sesekali ia juga sibuk menggerutu. Bahkan beberapa orang yang berpapasan dengannya sempat mengernyit bingung saat melihat kelakuan Taemin.

Setelah dirasa cukup, Taemin pun segera berjalan menuju kasir untuk membayar.

Taemin berjalan sambil membawa dua tas plastik berisi belanjaan yang baru saja ia beli. Ia ingin segera sampai ke apartemen dan memasak. Jujur saja, ia sudah sangat lapar saat ini.

Ia terus melangkahkan kaki jenjangnya. Melewati jalanan yang tak terlalu ramai. Namun langkahnya tiba-tiba berhenti. Saat matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal. Sosok yang sangat ia kagumi. Sosok yang ia harapkan menemaninya malam ini. Choi Minho. Taemin hanya dapat tersenyum getir saat mengetahui siapa yang Minho temui. Jeon Wonwoo. Ya, tentu saja Minho lebih memilih untuk bertemu dengan Wonwoo daripada menemaninya. Ya, Taemin cukup sadar diri. Ia bukanlah siapa-siapa yang bisa diprioritaskan oleh namja bermarga Choi itu. Sementara Wonwoo adalah seseorang yang sangat berarti bagi Minho. Seseorang yang dicintainya.

Taemin melanjutkan langkahnya. Ia tak ingin melihat pemandangan yang ada dihadapannya terlalu lama. Karena itu akan menambah sesak hatinya.

Akhirnya Taemin sampai di apartemen. Ia pun segera meletakkan semua belanjaannya ke dalam lemari pendingin. Setelah selesai, ia pun segera merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu. Masak? Sepertinya ia sudah tak berminat. Bahkan lapar yang sedari tadi ia rasakan sudah hilang entah kemana.

Bayangan dimana Minho berbincang dengan Wonwoo kembali berputar dipikirannya. Apa ia benar-benar sudah kalah? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Berusaha? Atau menyerah?

.

.

.

TBC

Pendek? Iya.
Makin gak jelas? Pasti.
Kalian vote dan komen? Harus.
😂😂😂😂
Gak deng, yang berkenan silahkan voment...
Enggak juga gak apa-apa.
Ku terima, dengan besar hati 🎵🎵
(Jangan lupa sambil nyinden ya bacanya) 😂😂😂😂

Saranghae
❤❤❤❤

Aquaphobia (Meanie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang