Mustahil

502 68 11
                                    

" Dia sangat menyebalkan.. lepaskan aku Hana-chan "

" Tunggu Arisa tahan emosimu "

Siang itu saat jam istirahat kebetulan Sasuke-kun pergi ke ruang guru meninggalkan aku bersama Arisa dan Hana-chan. Aku menceritakan semua yang terjadi pada Arisa juga Hana-chan. Dan seperti yang kami duga Arisa naik darah dan ingin memberi pelajaran pada Sasuke-kun.

Dan saat Arisa mulai tenang akupun melanjutkan ceritaku tentang perasaan yang dikatakan Sasuke-kun kemarin.

" Lepaskan aku Arisa.. lepaskan aku.. "

" Tahan Hana-chan.. tahan.."

" Aku benci melihat orang munafik "

Dan kali ini Hana-chan yang naik darah usai mendengar ceritaku. Saat kami merasa Hana-chan mulai tenang, entah kenapa aura sekitarnya justru menakutkan.

"Heh..hehe.. aku akan membuatnya mengakui perasaannya padamu Hinata..hehe.. tenang saja.. " senyum sadis Hana-chan.

" Hi..Hinata.. sebaiknya kau berhati-hati dari sekarang " ucap Arisa.

" Ha..Ha-i.. " jawabku.

Sejak itu keadaan di kelas berubah. Entah kenapa aku merasa teman-teman menjadi semakin atraktif padaku terutama siswa lelaki.

" Yang piket hari ini tolong kumpulkan tugas dan bawa ke ruang guru " perintah Sensei.

" Ha-i " seru kami.

" Kiba-kun, hari ini kau yang piket kan? " tanya Hana-chan.

" Ah " angguk Inuzuka-san.

" Hinata bantu Kiba-kun membawa buku ke ruang guru "

" He? "

" Ii kara "

Saat aku menoleh pada Sasuke-kun.

" Biar saya bantu Hime-sama "

" Sasuke kau dipanggil Kakashi-Sensei " ucap Arisa.

" Nanti aku pergi "

" Kakashi-sensei bilang sekarang juga "

Disaat Sasuke-kun sibuk negosiasi dengan Arisa, aku pergi bersama Inuzuka-san meninggalkannya atas perintah Hana-chan.

Kejadian itu tak hanya terjadi sekali tapi sudah berlanjut hingga berhari-hari. Aku merasa Hana-chan dan Arisa mencoba menjauhkanku dengan Sasuke-kun.

Dan seperti dugaanku, dihari ketiga rencana Arisa dan Hana-chan menjauhkan kami. Sasuke-kun mulai kesal dan marah.

" Hyuga-san tolong bantuannya ya " ucap salah satu teman pria di kelas.

" Ha- "

" Kerjakan sendiri " potong Sasuke-kun.

Besoknya.

" Hyuga-san kau mengerti tentang medis kan, bisa kau ajarkan sedikit pada kami " ucap beberapa pria dari klub bola.

" Bo-boleh sa- "

Bruk

" Pelajari sendiri " ucap Sasuke-kun menyodorkan setumpuk buku.

Keesokan harinya.

" Hyuga-san kau cukup mahir menjahit bisakah kau mengajari kami " ucap beberapa pria dari kelas lain.

" Belajar dengannya " ucap Sasuke-kun menyodorkan seorang siswi perempuan anggota klub jahit.

Setiap kali siswa laki-laki mendekat dan coba bicara denganku, Sasuke-kun langsung menahan dan menyudahi obrolan. Bahkan saat pulang sekolah, aku harus menunggu sekolah sepi sebelum keluar kelas.

" Sa.. Sasuke..kun.. "

" Ha-i.. Hime-sama.. "

" Ka-kau..baik..baik saja? " tanyaku ragu.

" Ha-i.. saya baik "

" Ta-tapi ada yang.. aneh.. denganmu belakangan ini.. "

Dia diam tak langsung menjawab.

" Sa..Sasu- "

" Sebenarnya Hime-sama.. "

" Hm? "

" Saya sendiri tidak tau apa yang terjadi pada diri saya.. hanya saja.. belakangan saya merasa anda lebih dekat dengan pria lain selain saya "

Aku cukup terkejut mendengar pengakuannya.

" Dan setiap kali saya melihat anda bicara dengan pria lain ada perasaan kesal juga marah yang saya rasakan "

" Ka-kau..cemburu..? " tanyaku ragu.

Onyx itu membulat sempurna menatap lavenderku, akupun sesaat terkejut melihat ekspresinya.

" Go-gomen " ucapku menunduk.

Untuk sesaat keadaan tenang. Tak sepatah kata terucap dari bibir kami. Hanya semilir angin memainkan tirai jendela.

" Sasu- "

" Hinata-sama.. "

Aku langsung diam.

" Apa saya aneh? "

Melihatnya dengan ekspresi seperti itu tak lagi bisa aku berkata.

" Kadang kala saya merasa egois dan tak ingin siapapun bicara dengan anda "

Deg

" Kadang kala saya juga merasa bahwa saya adalah orang yang paling dekat dengan anda "

Kau mengakuinya Sasuke-kun! Kau mengakui perasaanmu padaku!

" Dan- "

" Sa..Sasuke-kun.. " potongku cepat.

" Ha-i.. Hime-sama "

" Ka-kau.. mencintai..ku..? " tanyaku lirih.

Dia bungkam seketika mendengarnya. Aku lantas menatap onyx itu lekat berharap dia juga mengakuinya kali ini.

" Masaka.. Hime-sama anda berpikir terlalu jauh " ucapnya.

Lavenderku membulat sempurna mendengarnya. Kau masih tetap mengelaknya!

" Tapi- "

" Hari sudah mulai gelap Hime-sama.. sebaiknya kita pulang " ucapnya berlalu.

Aku membatu di posisiku dengan air mata yang mulai mengalir perlahan. Ini menyakitkan.. sangat menyakitkan.

~Skip~

RelationshipWhere stories live. Discover now