Besoknya saat bertemu sikap Sasuke-kun aneh, lebih aneh dari sebelumnya. Dia selalu menghindari kontak mata denganku. Dia membiarkan aku bicara dengan siapapun tanpa terkecuali.
" Bakayarou "
" Arisa tenang.. Arisa.. "
Pagi itu di toilet perempuan aku menceritakan semua yang terjadi kemarin pada Arisa juga Hana-chan.
" Hinata maafkan aku.. aku tidak menyangka semua akan begini "
Hana-chan memeluk dan menenangkanku.
" Aku juga minta maaf Hinata " sahut Arisa.
Sekarang aku benar-benar tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku meminta Arisa juga Hana-chan untuk tidak mengambil tindakan apapun.
Jika kau ingin semua kembali seperti dulu maka aku akan kembali seperti dulu.
Dan permainan antara Hime dan pengawalnya pun dimulai. Sasuke-kun kembali bersikap kaku padaku, begitupun denganku. Meski sangat sulit untuk mengabaikannya.
" Hime-sama anda sudah selesai "
" Hm "
Sore itu sepulang sekolah, saat kelas mulai sepi. Aku yang baru datang dari ruang guru lantas mengambil tas dan bersiap keluar tanpa sedikitpun menatapnya.
Greb
Tiba-tiba tangannya meraih jemariku, menahanku.
" Hime-sama saya tidak tau apa yang terjadi tapi jika saya bersalah saya mohon maaf "
" Hm " anggukku tanpa melihatnya.
" Hime-sama "
" Sudah mulai gelap " ucapku menahan gugup juga tangisku.
" Ha-i "
Dia lantas melepas genggamannya.
Beberapa hari berselang, permainan ini terus berlanjut meski aku sadar dia sudah tidak tahan.
" Ada yang terluka.. ada yang terluka.. "
Saat pelajaran PE seseorang berteriak dan membuyarkan konsentrasi orang-orang di lapangan.
" Hinata.. Sasuke pingsan terkena bola "
Deg
Aku langsung bangkit dan berlari sekuat tenaga menuju ruang kesehatan.
" Sensei "
" Hyuga-san.. dia baik-baik saja, hanya saja sepertinya dia demam sejak pagi tadi makanya saat terkena bola dia langsung pingsan " terang guru disana.
" Um.. "
" Silahkan kalau kau ingin melihatnya "
Ku buka tirai itu dan melihatnya terbaring lemah di tempat tidur dengan sedikit lebam di keningnya.
Perlahan ku pegang jemarinya, hangat. Wajahnya memerah dan nafasnya tersengal.
" Mengapa kau diam saat kau lemah seperti ini " batinku menatapnya.
Aku terus duduk disini menunggunya hingga sadar.
" -sama.. Hime-sama... "
Ku buka mataku perlahan melihat sekitarku. Shimata.. aku ketiduran!
" Maaf saya membangunkan anda " senyumnya.
" Ba-bagaimana keadaan- "
" Saya baik.. sudah lebih baik.. " potongnya.
" Kepala mu- "
" Ha-i.. sudah tidak apa-apa " potongnya lagi.
Apa-apaan ini. Dia menghindari setiap pertanyaan dan perhatianku, dia bahkan menjaga jarak denganku saat aku ingin menyentuhnya.
Sedih.. apa kau sebegitunya tidak ingin mengakui perasaanmu padaku Sasuke-kun?
" Hime-sama anda tidak perlu terlalu khawatir pada saya, ini hanya demam biasa "
Lagi, mengatakan hal menyebalkan.
" Saya bukan siapa-siapa, tidak seharusnya anda sampai menunggu saya seperti ini "
Lagi-lagi tidak menghargai perhatianku.
" Bahkan kalau saya tidak ada pun anda- "
" Mo ii " kesalku.
" Ha-i? "
" Selalu..Selalu seperti itu "
" Maksud anda? "
" Kau tidak pernah menghargai hidupmu, tidak menghargai perhatianku dan aku benci melihat sikapmu itu "
Ah emosiku meledak.
" Terlalu mudah bagimu mengatakan mati, apa kau tidak memikirkan aku sekalipun saat kau mengatakan itu? "
Dari ekspresinya aku tau dia kaget juga bingung.
" Apa kau tidak pernah sekalipun berpikir apa yang akan terjadi padaku jika kau tidak ada? "
" Hime- "
" Siapa yang akan melindungiku jika kau tidak ada "
Kini air mataku ikut mengalir seiring dengan emosi yang meluap-luap.
" Hime-sama saya.. "
" Mo ii.. jika itu memang keinginanmu, aku tidak peduli lagi "
Greb
Lavenderku membulat seketika. Dia memelukku!
" Tolong.. jangan menangis lagi.. " ucapnya.
Percuma. Tangisku semakin pecah saat kau mengatakan hal itu tepat di telingaku.
" Aku menyukaimu Sasuke-kun.. aku menyukaimu.. jangan pernah katakan untuk pergi dan mati karna aku akan selalu menunggumu disini "
Dia melepas peluknya seketika.
" Hime- "
" Aku menyukaimu.. aku menyukaimu.... " ucapku menunduk.
Butuh waktu beberapa detik hingga dia memelukku lagi.
" Saya juga.. saya sangat mencintai anda Hime-sama.. anda segalanya bagi saya " ucapnya mengeratkan peluk.
Sore itu di ruang kesehatan menjadi saksi pernyataan cinta kami berdua.
~Skip~
YOU ARE READING
Relationship
FanfictionAku bukan siapa-siapa, aku tak ada artinya. Aku ada untuk mu dan selalu siap mati atas perintahmu.