Kenalkan, ibu-ibu yang tadi membeli test pack itu namanya Mirna. Dia adalah seorang ibu rumah tangga beranak dua yang saat ini tengah mengandung anak ketiga. Sebenarnya dia sudah pernah mengetes kehamilan, tapi entah kenapa dia masih ragu sehingga dia memaksakan diri untuk membeli satu tes lagi. Dia tergopoh-gopoh pulang ke rumah, ingin segera menemui anak perempuannya yang baru berusia sepuluh tahun. Lagipula dia memang harus segera menyiapkan makan siang karena sebentar lagi anak lelakinya yang sudah SMA itu pasti pulang sekolah.
"Mira, kamu dimana, Sayang?" teriak Mirna waktu membuka pintu rumah dan masuk. "Kamu sudah pulang sekolah, kan!"
"Iya, Ma," terdengar teriakan menyahut dari arah kamar yang tak jauh. "Mama dari mana aja, sih? Mira udah pulang dari tadi, Ma. Lapar banget, nih!"
Mirna langsung mendekati anak perempuannya itu dan mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Dia menunjukkan sebuah keresek hitam yang berisi tiga bungkus makanan. "Coba lihat Mama bawa makanan kesukaanmu!"
"Nasi Padang, ya, Ma?"
"Iya, dong, Sayang!"
"Asik!"
Mirna menuntun anaknya menuju meja makan. Dikeluarkannya tiga bungkus nasi Padang itu dan diletakkannya di atas meja. Diambilnya tiga buah piring untuk melapisi. Sambil membuka karet gelang yang menjadi pengikat nasi bungkus itu, dia berkata.
"Tadi Mama juga dari apotek, beli tes kehamilan."
"Mama hamil Adik cowoknya Mira, ya?" tanya Mira sambil menyungging senyum tipis. Aura wajahnya kelihatan senang sekali mengetahui dia akan punya adik.
Mirna mengangguk dan tersenyum. "Mudahan aja anak cowok, ya, Mir." Bisa stres aku kalau punya anak cewek lagi, apalagi anak ceweknya seperti siswi SMA di apotek tadi. Ih, amit-amit jabang bayi. Jangan sampe!
"Mama kenapa? Kok kaya' orang merinding gitu! Mama sakit?"
"Tadi waktu di apotek, Mama ketemu sama anak SMA yang amit-amit, deh. Pokoknya Mira nggak boleh seperti dia, ya!"
"Memangnya dia kenapa, Ma?"
"Mama, Adly pulang!" Mendadak terdengar suara dari arah pintu. Ternyata anak laki-laki Mirna baru saja pulang.
Mirna pun teriak. "Sini, Sayang! Mama di dapur sama Mira mau makan siang. Ayo gabung!"
Adly yang kebetulan memang sudah lapar luar biasa, langsung berlari kecil menghampiri dapur, apalgi ketika mencium ada aroma nasi Padang.
"Wah, kalian jahat, makan duluan! Adly ditinggalin."
Mira mengejek. "Siapa suruh Kakak pulangnya telat, bleee!"
"Awas, ya, kamu, Mir! Nanti Kakak nggak mau bantuin ngerjain PR-mu lagi."
Mira merengek. "Ma, Kak Adly, tuh! Mira, kan, cuma bercanda, Ma. Mira banyak PR, nih!"
Mirna menyentuh pundak Adly dan menuntunnya untuk duduk. Dia membukakan bungkusan nasi Padang yang memang menjadi jatah Adly. "Adly, nggak boleh gitu, dong, sama Adiknya. Sudah, sudah, sekarang duduk terus makan. Pokoknya nanti malam Adly harus bantuin Mira ngerjain PR-nya, ya!"
"Iya, Ma."
"Nah, gitu, dong! Itu baru anak laki-lakinya Mama," Mirna membetul-betulkan posisi kacamata Adly sambil sesekali mengelus kepalanya.
Mira menjulurkan lidah ke arah Adly, lalu melanjutkan obrolannya yang sempat terputus tadi. "Ma, lanjutin yang tadi. Memangnya siswi yang ketemu di apotek tadi itu kenapa? Kok Mira nggak boleh seperti dia?"
Sambil mengunyah suapan nasi Padang, Adly menyahut. "Siswi mana, Ma?"
Mirna mengangkat bahu. "Nggak tahu sekolahnya di mana. Kayaknya satu sekolahan sama kamu, deh, Dly. Soalnya seragamnya hampir mirip. Itu anak aneh banget, loh. Dia masih SMA, tapi pengen banget hamil. Tadi dia beli alat tes kehamilan, terus pulangnya dia minta Mama doain dia supaya beneran hamil. Anehnya lagi, dia bahkan nggak kenal sama cowok yang hamilin dia."
Hah, satu sekolahan sama aku?
Bibir Mira dan Adly tumpah. Mereka sontak berhenti makan dan tegang menyimak. Mamamya melanjutkan, "Pokoknya Mira jangan sampai kaya' anak itu, ya, nanti kalo udah SMA. Bisa gila Mama. Adly juga, jangan sampai pacaran sama cewek model begitu."
"Adly nggak mau pacar-pacaran dulu, Ma, tenang aja. Kan Mama yang bilang, kalau pacaran itu bisa bikin hamil anak perempuan orang, trus kalau sudah hamil berarti Adly bakal jadi Ayah. Adly belum mau itu, Ma. Adly, kan, masih mudah banget, masih kelas satu SMA."
"Bagus, bagus. Pokoknya dengarin omongan Mama, Mira sama Adly belum boleh pacaran. Kalau Adly sampai jadian sama cewek, berarti Adly hamilin anak orang. Mira juga, kalau Mira berani-berani pacaran, berarti Mira hamil. Kalian nggak mau itu, kan!"
Mira merasa jijik. "Ih, Mira, kan, masih anak-anak. Masa' udah punya anak, nggak mau, ah! Jadi, Ma, kalau ada cowok yang nembak Mira di sekolah, Mira harus tolak aja, ya!"
"Iya. Kalau nggak, Mira bisa hamil. Mau?"
"Nggak, ah, Ma."
"Jadi Adly juga nggak boleh sampe jadian sama cewek ya, Ma!"
"Iya. Kalau Adly resmi pacaran sama cewek, berarti Adly sudah hamilin anak perempuan orang. Adly mau?"
Adly mendadak jijik. "Nggak maulah, Ma. Adly belum siap jadi Ayah. Adly belum siap punya anak."
"Ya sudah, pokoknya ingat kata-kata Mama barusan."
"Iya, Ma," sahut Adly dan Mira serentak.
Mereka pun melanjutkan makan siangnya dan mengalihkan topik pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih SMA Kok Pengen Hamil?
Novela JuvenilUPDATE TIAP JUMAT [Baca cepat di Karyakarsa] "Tante bilang kehamilan adalah sebuah cara untuk menjadi wanita seutuhnya. Sejak saat itu aku pengen hamil dan melakukan segala cara agar bisa hamil meski aku sendiri masih SMA kelas 10, pastinya belum me...