Atul keluar ruang laboratorium dengan perasaan yang gembira. Jam pulangan telah tiba. Dia bergegas menuju kelasnya, mengambil tasnya dan juga tas Icha, lalu berlari menuju ruang UKS. Sampai di sana, dia menemukan Icha sedang membetulkan kancing-kancing baju dan menata rok sekolahnya yang tampak morat-marit.
"Cha, lo udah baikan, kan!" Tanyanya berpura-pura khawatir. Baginya kesehatan Icha sekarang itu penting demi kelangsungan janji shopping. Selebihnya dia tak terlalu peduli.
"Adly, Tul, bikin Icha kesel," gerutu Icha. Saat ini dia duduk di pinggiran ranjang. Mukanya cemberut.
"Adly kenapa, Cha? Lah, terus sekarang Adly-nya mana? Bukannya dari tadi sama lo, ya!"
"Icha kesel banget sama Adly. Cowok macam apa dia itu. Masa' tadi dia nembak Icha terus dia nggak mau cintanya Icha terima. Aneh banget, kan, Tul."
Bibir Atul tumpah. Baru kali ini dia mendengar ada cowok yang nembak cewek, tapi malah minta cintanya jangan diterima. "Ternyata Adly itu suka sama Icha, toh! Tapi, kok, dia malah nggak mau kalo cintanya Icha terima?"
"Katanya nanti Icha bisa hamil kalo nerima cintanya. Aneh banget, kan! Masa' nerima cinta doang bisa bikin Icha hamil. Bilang aja kalo Adly itu sengaja mainin perasaan Icha. Gimana menurut Atul?"
"Waktu Adly nembak Icha, Icha jawab apa?"
"Icha ngasih dia syarat, Tul. Icha bakal terima cintanya kalau dia mau meluk Icha. Nah, kalo dipeluk, baru Icha pasti hamil. Nggak mungkin, kan, kalo Icha nerima cintanya doang trus Icha langsung hamil. Gimana coba penjelasannya?"
Bibir Atul makin tumpah. "Dipeluk bisa bikin hamil, Cha? Maksud lo?"
"Tante Wati yang bilang begitu. Udah, ah, Tul, Icha capek ngomong. Dari tadi Icha udah bertengkar habis-habisan sama Adly, memertaruhkan harga diri wanita. Kita langsung ke mall aja."
"Oh, Icha ingat, toh, rupanya!" Atul sumringah. Dia menerka-nerka maksud dari Tante Wati yang mengatakan jika dipeluk berarti hamil. Barangkali maksudnya pelukan adalah awal dari berhubungan badan. Ah, tapi masa bodohlah. Yang terpenting itu shopping, shopping!
"Ingat, dong, Tul. Janji itu nggak boleh diingkari. Kan sama aja utang, sama aja dosa. Pokoknya Icha bakal teraktir Atul sampe puas hari ini, tapi nanti bantuin Icha lagi, ya!"
Atul mengernyit. "Bantuin apa lagi, Cha?"
"Icha mau balas Si Adly itu. Icha punya rencana yang bagus, Tul."
"Rencana apa?"
"Udah nanti aja kita ceritanya di mall. Eh, Tul, tapi kita ke rumah Icha dulu, ya, ambil bekal yang Icha tinggal tadi pagi."
Bibir Atul miring. "Ya elah, kenapa nggak makan di restoran mall aja, sih, Cha? Kan bersih juga. Bahkan lebih bersih dari bekal yang dibikin sama Mama lo."
"Nggak, ah, Tul. Nanti Mama marah kalo Icha jajan sembarangan. Memangnya Atul mau kalau kartu kredit Icha diambil sama Mama gara-gara Icha nggak nurut perintahnya?"
Atul mendesah. Mau tidak mau harus setuju. "Iya, deh. Kita ke rumah Icha dulu."
🚼🚼🚼
"Hah, Mama ke bandara?" Icha kaget. "Ngapain Mama ke sana, Tan?"
"Jemput Papanya Icha. Katanya mau datang hari ini." Sahut Tante Wati.
"Loh, Papa, kok, nggak ngomong-ngomong tadi malam waktu nelpon Icha? Katanya Papa masih di Jepang!"
"Papamu bohong, Cha. Dia mau ngasih kejutan sama Icha. Sebenarnya tadi malam itu Papamu sudah di Jakarta." Ungkap Tante Wati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih SMA Kok Pengen Hamil?
Teen FictionUPDATE TIAP JUMAT [Baca cepat di Karyakarsa] "Tante bilang kehamilan adalah sebuah cara untuk menjadi wanita seutuhnya. Sejak saat itu aku pengen hamil dan melakukan segala cara agar bisa hamil meski aku sendiri masih SMA kelas 10, pastinya belum me...