-:=:-
"Apa katamu tadi?" tanya Jiyong, namun kali ini nada bicaranya telah berubah, tidak lagi lembut, bahkan jauh dari kata tenang. Jiyong terdengar sangat marah dan keempat gadis disana menyadarinya.
"Dia menciummu? Bagaimana bisa- sejak awal kau tau kalau Ruby- tunggu, dimana kau bertemu dengannya? Kapan?" tanya Jiyong sembari berusaha menahan dirinya untuk tetap sabar.
"Sudah lama- di- di-"
"Lihat aku kalau kau bicara denganku!" bentak Jiyong membuat empat gadis itu terlihat persis seperti robot yang langsung mengangkat kepala mereka, menatapnya.
"Kami- kami bertemu Ruby di Australia, saat berkunjung ke rumahku, di club dan- dan waktu itu dia sudah pernah mencium Lisa-" ucap Rose yang akhirnya membuka mulutnya.
"Ma- maaf oppa- aku ingin memberitaumu sejak tadi tapi- tapi- aku takut karena- karena- kami pernah-"
"Kau bilang kau hanya pernah satu kali berpacaran, apa maksudmu kau dan Ruby pernah-"
"Tidak!!" seru empat gadis itu bersamaan, menyela Jiyong.
"Mantan pacar Lisa itu Nam Joohyuk! Bukan Ruby!" ucap Rose
"Lisa normal!" seru Jisoo membela adik bungsunya
"Lisa normal! Sangat normal!" tambah Jennie, sementara Lisa hanya menatap Jiyong, berharap pria itu mempercayainya.
"Kau ikut denganku," ucap Jiyong sembari menarik Lisa untuk segera bangun dan mengikutinya.
Jiyong menarik Lisa, pria itu tidak bisa melampiaskan segala emosinya jika ada tiga gadis lainnya sehingga ia membawa Lisa ke dalam studionya.
"Jelaskan padaku semuanya, buat aku mengerti!" seru Jiyong setelah mengunci pintu studionya. Pria itu benar benar kesal karena 'miliknya' di sentuh orang lain, bahkan walaupun keduanya sama sama perempuan.
"Aku- aku- aku bertemu dengannya beberapa- ng- tahun lalu. Kami- kami-"
"Bicaralah dengan benar Lisa, aku tidak akan marah- anniyo, aku memang marah, tapi bukan padamu, hm? Berhenti menangis, jelaskan secara rinci padaku agar aku bisa mengambil keputusan, hm? Kau mempercayaiku kan?"
Lisa mengulang segalanya, menceritakan seluruh kejadian yang pernah terjadi diantara dirinya dan Ruby. Menceritakan bagaimana awalnya ia kagum pada Ruby, hingga akhirnya ia takut pada wanita bertattoo itu.
Lisa butuh waktu 30 menit untuk menyelesaikan ceritanya.
"Ruby akan ada di Seoul selama 1 minggu ini- baiklah, aku tidak akan ke Jeju besok, aku akan memastikan dia tidak menemuimu lagi, berhentilah menangis... aku tidak suka melihatmu menangis begini," ucap Jiyong setelah Lisa menyelesaikan ceritanya. Gadis itu menghapus air matanya dan menenangkan dirinya sendiri.
Jiyong memeluknya, mengelus rambut panjangnya dan mengusap punggungnya.
Membantu Lisa menenangkan dirinya.
"Untuk minggu ini, jangan pakai pakaian yang terlalu terbuka, mengerti?" tanya Jiyong dan Lisa mengangguk. "Suruh teman teman segrupmu untuk tidak memakai pakaian terbuka juga, dan kalian berempat jangan pergi ke monkey museum tanpaku, terutama kau, aku tidak ingin melihatmu di club satu minggu ini,"
"Ne..." jawab Lisa sembari menganggukan kepalanya
"Jadi mantan kekasihmu itu Joohyuk?" tanya Jiyong setelah Lisa berhenti menangis dan meminum sekaleng cola yang selalu ada di atas meja.
"Eh? Ngg- iya?" ucap Lisa hampir saja tersedak, ia tidak ingat kapan ia mengatakan hal itu pada Jiyong.
"Aku masih sering melihat kalian makan siang dan berbelanja bersama,"
"Hm... kami beberapa kali bertemu, memangnya kenapa? Aku tidak berkencan lagi dengannya dan oppa tau kan kalau Joohyuk oppa berkencan dengan Bibble eonni?"
"Bibble?"
"Lee Sungkyung, kami memanggilnya Bibble,"
"Ah... dia tau kalau kalian pernah berkencan?"
"Siapa? Joohyuk? Mana mungkin tidak tau?"
"Sungkyung, dia tau kalau kau dan Joohyuk pernah berkencan?" tanya Jiyong sekali lagi dan Lisa menggelengkan kepalanya.
"Bibble eonni tidak akan senang kalau tau-"
"Lalu apa menurutmu aku senang? Aku sempat berpikir, mungkin akan lebih baik kalau kau mengencani Ruby, bukan Joohyuk-"
"Ya!!! Oppa!! Aku tidak-"
"Aku percaya... tapi bagaimana bisa kau berkencan dan putus dengan Joohyuk? Bagaimana bisa kau tetap sangat dekatnya?"
"Apa itu lebih menarik untukmu daripada Rub-"
"Aku bisa menjauhkanmu dari siapapun yang tidak kau sukai. Aku bisa membuat Ruby tidak pernah muncul didepanmu lagi, aku juga bisa membuat Joohyuk tidak muncul didepanmu lagi kalau kau mengizinkannya,"
"Jangan!" seru Lisa membuat Jiyong semakin jauh dari kata tenang. Bagaimana tidak? Kekasihnya ingin selalu dekat dengan mantannya, bahkan Jiyong saja sudah tidak pernah menghubungi atau membalas pesan mantan-mantannya untuk menjaga perasaan kekasihnya sekarang. "Anniyo, maksudku- aku- aku masih punya hutang padanya, kalau hutangku sudah lunas kami tidak akan bertemu lagi dan- ayolah oppa, semua orang di gedung ini tau kalau aku bersahabat dengan Joohyuk oppa, kami sudah saling kenal jauh sebelum aku menginjakan kaki di Korea,"
"Bagaimana bisa?"
"Kami kenal di facebook- saat facebook masih berjaya- dulu sekali,"
Jiyong memijat pelipisnya sendiri, tidak habis pikir mendengar jawaban Lisa. Bagaimana bisa ia selalu mengencani pria yang dikenalnya dari media sosial? Jiyong yakin kalau saat berkencan dengan Joohyuk dulu, mereka belum pernah bertemu.
"Berapa kali kau sudah berkencan?" tanya Jiyong sembari menatap gadis gugup itu lekat-lekat. Lisa menggemaskan, setiap kali gugup ia selalu memiliki ekspresi yang menggemaskan, dan Jiyong sangat menyukai itu. Namun gadis itu tidak mudah ditebak, dan Jiyong baru menyadarinya. Lisa selalu berani mengiriminya pesan-pesan provokatif, namun selalu gugup setiap kali berhadapan langsung dengannya, bahkan setelah Jiyong memberitau semua orang di agensi kalau mereka sudah berkencan. Bahkan setelah mereka merealisasikan chat sex mereka berkali kali, Lisa selalu gugup setiap kali berhadapan dengan Jiyong di kondisi normal.
"1 kali dengan Joohyuk oppa, dan sekarang denganmu-"
"Anniyo, maksudku kekasih-kekasih virtualmu,"
"Eh? Tidak ingat- terlalu banyak- tapi kan mereka tidak di hitung berkencan karena kami hanya-"
"Lalu kenapa Joohyuk di hitung? Kalian hanya kenal di facebook, dan aku? Kita juga hanya-"
"Aku sudah menyukai oppa sebelum bertemu denganmu di Roleplay," sela Lisa sembari mengerucutkan bibirnya. "Akun roleplayku saja bisa sampai 10, hampir semua punya couple dan- bagaimana aku bisa ingat kalau bisa setiap hari aku berganti couple di Roleolay? Tsk,"
"Hapus semua itu-"
"Sudah!"
"Sungguh? Dasar playgirl, kau mau jadi mafia eoh?"
"Roleplay seperti buku, setiap buku punya tokoh utama dan ceritanya masing-masing, hanya di Roleplay kenapa juga aku harus setia? Aku bermain peran di Roleplay karena tidak bisa melalukan itu di kehidupan nyataku, memangnya oppa tidak huh?" gerutu Lisa disusul argumen-argumen Jiyong lainnya. Rasa khawatir Jiyong sebelumnya, rasa takut Lisa sebelumnya, kini menguap, berganti dengan semangat kemerdekaan untuk terus menjawab ucapan satu sama lain, semangat untuk berdebat dan mengalahkan argumen lawan bicaranya.
-:=:-
Waaaaa... maaf ya baru sempat up. Inginnya siang tadi ngetik ini, tapi ada bab 4 yang harus di selesaikan dulu... jadi baru sempat. Makasih yang udah nunggu hehe...
