chapter 3

1K 124 2
                                    

Hari pertama syuting sangat melelahkan karena seharian itu Sutradara Song Chang Ui memutuskan untuk mengambil adegan di luar ruangan. Lokasi syuting hari itu berkisar di Century Park dan Volcom Land, terutama di Syracuse Line. Tentu saja syuting di tempat umum bukan hal yang gampang karena sisa-sisa musim dingin masih terasa dan banyak orang berlalu-lalang. Namun Sutradara Song Chang Ui adalah sutradara yang perfeksionis. Ia sangat memperhatikan gerak-gerik Krystal di depan kamera, dari ekspresi wajah, posisi tubuh, langkah kaki, gerakan tangan, bahkan sampai tatapan mata. 

“Cut!” seru Sutradara Song Chang Ui untuk yang kesekian kalinya. 

Krystal menegakkan tubuh dan menoleh ke arah si sutradara. Langit sudah berubah gelap sejak berjam-jam yang lalu. Mereka pun sudah mengulangi adegan di depan toko barang antik bercat merah cerah itu sedikitnya enam kali dan tidak ada satu adegan pun yang memuaskan bagi Sutradara Song Chang Ui. 

“Kali ini coba kau menyeberang jalan dari sana ke sini,” kata Sutradara Song Chang Ui ketika ia sudah berada di samping Krystal, “lalu berhenti sebentar di depan toko ini, melongok ke dalam, seolah-olah kau ragu, lalu kau masuk. Bagaimana? Kita coba yang ini.” 

Krystal tersenyum dan mengangguk walaupun rasa lelah mulai menjalari tulangnya dan tubuhnya menggigil. Ditambah lagi kakinya terasa sakit dalam sepatu bot yang kekecilan. Tentu saja ini bukan pertama kalinya ia merasakan semua itu. Sebagai model pekerjaannya sangat menuntut waktu dan tenaganya. Ia pernah pulang ke rumah pada pukul dua pagi setelah tampil di Paris Fashion Week sepanjang hari dan harus keluar lagi dari rumah pada pukul empat pagi untuk acara pemotretan di Luxury. Jadi rasa lelah sama sekali tak asing baginya, malah kadang-kadang ia merasa ia membutuhkan perasaan lelah itu. 

Sutradara Song Chang Ui mengangguk. “Kita akan mulai lima menit lagi,” katanya, lalu berjalan ke salah seorang kamerawan di sana. 

Song Hye Gyo bergegas membawakan jaket untuk Krystal. 

“Terima kasih,” gumam Krystal sambil mengenakan jaketnya dan menjejalkan tangan ke saku. 

“Duduk di sini,” kata Song Hye Gyo sambil mendorong Krystal ke salah satu bangku di dekat cahaya lampu dan mulai memperbaiki riasannya. 

Ketika Song Hye Gyo pergi mengambil peralatannya yang lain, Krystal memejamkan mata sejenak. Waktu istirahat yang di dapatkannya hanyalah sedikit waktu di sela-sela pekerjaan seperti ini. Krystal tidak tahu apakah ada orang yang pernah menghargai lima menit waktu luang seperti dirinya. Tiba-tiba ia mencium aroma yang enak. Matanya terbuka dan langsung dihadapkan pada secangkir Cappucino yang mengepul. 

“Capek?” 

Mendengar suara rendah dan asing itu, Krystal mengangkat wajah dan langsung bertatapan dengan mata gelap Amber yang ramah. Sejak pertemuan pertama mereka pagi tadi, sepanjang hari itu mereka sama sekali belum sempat saling bicara. 

Mereka sama sekali belum melakukan adegan bersama dan adegan mereka masing-masing diambil secara terpisah. Dan setiap kali tidak berada di depan kamera, Amber langsung kembali pada perannya sebagai asisten Sutradara Song Chang Ui, sibuk di belakang kamera. Krystal tahu dari Song Hye Gyo bahwa tujuan utama Amber  datang ke Paris sebenarnya memang untuk bekerja dengan Song Chang Ui dan laki-laki itu hanya setuju menjadi model di video musik ini tanpa dibayar adalah karena si penyanyi adalah teman baiknya. 

Karena Krystal tidak merespon, Amber meraih tangan Krystal, ingin membuatnya menerima cangkir kertas yang disodorkan. Tetapi Krystal langsung tersentak dan secepat kilat menarik kembali tangannya. Amber mengerjap dan menatap Krystal dengan alis terangkat heran. Walaupun udara terasa dingin, Krystal merasa pipinya memanas. Selama beberapa detik tidak ada yang bergerak. Lalu Amber menghela napas dan menempelkan cangkir kertas yang hangat itu ke tangan Krystal. 

Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang