Chapter 24

794 111 17
                                    


“Aku tidak tahu ternyata kau bisa berbahasa Korea, krystal-shi.” 

Krystal tersenyum mendengar komentar Victoria. “Hanya sedikit-sedikit eonni” katanya merendah. 

Ketika Krystal pertama kali tiba di lokasi pemotretan, ia harus mengakui bahwa perutnya terasa mual karena sangat gugup. Sejuta pertanyaan berkelebat dalam benaknya. Apa yang diketahui kakak perempuan Amber itu tentang Diriku? Seperti apa sosok Victoria itu? Apakah Aku bisa bertanya tentang Amber? Dan kalau bisa, apa yang harus aku tanyakan? 

Namun ketika ia akhirnya bertemu dengan Victoria, Krystal merasa kegugupannya menguap sedikit. Victoria menatapnya dengan mata berkilat-kilat senang dan Krystal yakin wanita itu tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya. 

Wajah Victoria sama sekali tidak mirip Amber, tetapi ada beberapa kemiripan yang jelas di antara kedua kakak-beradik itu. Misalnya seperti senyum mereka, sikap mereka yang ceria dan gaya bicara mereka yang bersahabat. 

Victoria memiringkan kepalanya sedikit. “Kudengar kau pernah berpasangan dengan adikku dalam video musik Jung Yong Hwa dua tahun lalu,” katanya. “Kau masih ingat Amber? Dia adikku.” 

Seperti biasa, setiap kali nama Amber disebut-sebut napas Krystal langsung tercekat dan jantungnya menghentak-hentak dadanya. Ini dia kesempatan yang ditunggu-tunggunya. Sekarang saat yang tepat untuk bertanya tentang Amber. 

Krystal membuka mulut untuk bertanya, tetapi sebelum ia sempat bersuara, ia mendengar seseorang memanggil namanya dengan penuh semangat. Ia menoleh dan langsung mengenali Song Hye Gyo, penata rias yang bekerja sama dengannya pada pembuatan video musik di Paris tahun lalu.

Song Hye Gyo berlari kecil menghampirinya sambil melambai-lambaikan tangan. “Halo, halo, halo,” katanya dengan wajah berseri-seri. “Senang bertemu denganmu lagi. Kau masih ingat padaku, bukan?” 

“Oh, Eonni,” kata Krystal dalam bahasa Korea. “Apa kabar?” 

Senyum Song Hye gho melebar. “Astaga! Krystal Rupanya kau sudah belajar bahasa Korea.” 

“Kalian berdua sudah saling kenal? Baguslah,” tanya Victoria sambil memandang Krystal dan Song Hye Gyo bergantian. “Sekarang sebaiknya kalian bersiap-siap. Aku harus menelepon seseorang.” 

Dan hilanglah kesempatannya untuk bertanya tentang Amber, pikir Krystal sambil menatap Victoria yang berbalik dan mengeluarkan ponsel dari tas tangannya. 

Lalu Krystal menoleh ke arah Song Hye Gyo yang menggandeng lengannya dengan gembira. 

Ah, benar juga. Aku bisa bertanya pada Song Hye Gyo. Song Hye Gyo pasti tahu tentang Amber. 

“Eonni,” panggil Krystal agak ragu. “Ngomong-ngomong, apa kau tahu kabar tentang Amb...” 

“yakkk Amber ! Kau tahu sekarang sudah jam berapa? Kenapa kau belum datang? Datang ke sini sekarang juga atau aku yang akan pergi ke sana dan menyeretmu kemari.” 

Suara Victoria yang galak membuat Krystal dan Song Hye Gyo serentak menoleh ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa lagi dan tanpa menunggu jawaban dari orang yang diteleponnya, Victoria langsung menutup ponselnya dengan kasar. Menyadari Krystal sedang menatapnya dengan heran, Victoria menyunggingkan senyum manis dan berkata, “Pasanganmu untuk pemotretan ini akan segera datang. Tenang saja.” 

Setelah berkata seperti itu, ia pun pergi. 

Krystal tertegun. Matanya melebar kaget. Lalu perlahan-lahan ia menoleh menatap Song Hye Gyo. “amb... Amber?” 

Song Hye Gyo mengangguk. “ya Amber lah yang akan menjadi pasanganmu dalam pemotretan ini,” katanya sambil menarik Krystal ke ruang rias, song hye gyo sama sekali tidak menyadari Krystal yang tiba-tiba berubah kaku. “Bukankah ini menyenangkan sekali? Seperti reuni saja,Benar kan Krystal."

 Krystal tidak menanggapi omongan dari song hye gyo karna dia sibuk dengan pikirannya sendiri"Oh, Tuhan. Krystal mulai panik. Bagaimana sekarang? Aku akan segera berhadapan kembali dengan Amber dan aku sama sekali tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada laki-laki itu nanti.

Bagaimana ini? 

* * * 

Amber mencengkeram kepala dengan satu tangan dan meringis. Ini benar-benar seperti mimpi buruk. Kepalanya sudah berdenyut-denyut seperti ini sejak beberapa hari terakhir. Tepatnya setelah ia kembali dari Tokyo dan pagi ini rasanya sakitnya semakin parah. Pertama-tama ia terbangun karena telepon dari ibunya yang menanyakan hal-hal yang tidak penting, lalu tidurnya terganggu lagi karena telepon dari kakaknya yang langsung mengomelinya dan langsung menutup telepon tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara. 

Amber ingat ada jadwal pemotretan iklan kakaknya pagi ini, tetapi ia lebih suka kalau ia tidak mengingatnya. Entah apa yang terjadi pada dirinya, tapi ia merasa tidak bersemangat dan suasana hatinya selalu muram. Tidak ada yang baik di matanya, tidak ada yang membuatnya senang, tidak ada yang bisa mengangkat beban berat yang menghimpit dadanya. 

Sambil mendesah berat, ia memaksa diri bangkit dari ranjang dan bersiap-siap. 

Tadi kakaknya mengancam akan datang dan menyeretnya ke tempat pemotretan. Amber yakin kakaknya pasti akan melaksanakan ancaman itu apabila memang diperlukan. Amber jadi bertanya-tanya apa yang akan dikatakan kakaknya apabila melihat Aku dalam keadaan kacau seperti ini. 

Satu jam kemudian Amber tiba di lokasi pemotretan. Begitu ia masuk, kakaknya langsung menghampirinya dengan raut wajah khawatir. “Amber, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Kenapa kau selalu terlihat berantakan dan pucat seperti ini?” tanyanya dengan alis berkerut. 

Amber memaksakan seulas senyum muram dan berkata, “Aku tidak apa-apa, Noona. Ayo kita mulai bekerja saja.” 

“Kita harus bicara nanti,” kata Victoria tegas. “Sekarang kita tidak punya waktu lagi. Sebaiknya kautemui dulu pasanganmu dalam pemotretan ini. Dia ada di ruang rias.” Victoria masih menatap Amber dengan khawatir, tetapi kemudian ia pergi memastikan semuanya sudah dipersiapkan dengan baik. 

Pasangannya? Amber menghela napas dan mengembuskannya dengan keras. 

Dengan enggan ia berbalik dan berjalan ke ruang rias. Ia tidak tahu apakah ia bisa memaksa dirinya bersikap ramah atau tidak karena suasana hatinya benar-benar buruk. 

Di ambang pintu ruang rias, langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Matanya terpaku pada wanita yang sedang berdiri di depan cermin tinggi yang sedang menertawakan ucapan Song Hye Gyo. 

"Krystal."

Otak Amber berputar-putar dan ia hampir tidak memercayai matanya sendiri. 

Krystal ada di sini? Di sini? Tapi itu tidak mungkin. Apakah salah satu mimpi ku selama seminggu terakhir ini berhasil menyelinap ke dunia nyata? Apakah...? 

Tetapi yang berdiri di sana itu memang Krystal. Tidak salah lagi. 

Saat itu Krystal menyadari kehadiran Amber dan menoleh. Matanya yang hitam menatap lurus ke mata Amber dan Amber bisa melihat kekagetan dalam mata itu. 

Lalu bibir Krystal terbuka dan ia bergumam pelan, “Amberrrr.” 

Mendadak hati Amber terasa nyeri. 

Nyeri mengingat kejadian yang ia lihat di Jepang

Nyeri karena merindukan Krystal tapi tidak bisa memeluknya.

Nyeri karena akhirnya Krystal berdiri di depannya, memandangnya dan memanggil namanya. 

Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang