chapter 17

658 127 13
                                    

Donghae membaringkan tubuhnya yang sakit ke ranjang di kamar hotelnya dan menyentuh pipi kirinya yang mulai bengkak. Bagaimana mungkin ia bisa pulang ke Seoul besok dengan wajah amburadul seperti ini? Orang-orang pasti akan bertanya. Mereka pasti akan curiga. Apa yang harus dikatakannya pada mereka? 

Lagi pula apa yang merasuki Amber malam ini? Aku belum pernah melihat Amber mengamuk seperti itu sebelumnya. 

Bel pintu kamarnya berbunyi dan ia mengerang keras. “Oh, sialan. Apa lagi sekarang?” 

Dengan langkah berat ia berjalan ke pintu dan membukanya. Tubuhnya langsung membeku begitu melihat siapa yang berdiri di luar pintu. “Kau,” gumamnya dengan nada was–was. 

Amber berdiri di hadapannya dengan wajah marah dan kedua tangan dijejalkan ke saku celananya, berusaha menahan diri untuk tidak melayangkan tinju dengan membabi-buta ke arah Donghae. 

“Kau... Apakah kau datang ke sini untuk menghajarku lagi?” tanya Donghae dengan suara yang diusahakan terdengar datar walaupun diam-diam ia menelan ludah. 

Amber menatapnya sejenak, lalu bergumam, “Tidak.” 

Donghae tidak percaya. Tatapan Amber terlalu dingin bagi orang yang datang dengan maksud baik. Sebelah tangan Donghae masih menahan pintu, siap membanting pintu itu di depan wajah Amber kalau pria itu melakukan gerakan mencurigakan. Saat itu Amber benar-benar terlihat seperti pembunuh bayaran. 

Sialan, Donghae mengutuk dalam hati. Seharusnya ia tidak mendekati gadis model bernama Krystal. Walaupun Kim Hyun Joong dan Amber memiliki sifat yang jauh berbeda, Donghae bisa melihat satu kemiripan di antara kakak-beradik itu. 

Mereka berdua sama-sama tidak suka melihat apa yang menjadi milik mereka diganggu gugat.

Oh ya, dan satu kemiripan lagi. Sepertinya, kakak-beradik itu juga memiliki selera yang sama dalam hal wanita. 

“Bagaimana kau bisa tahu aku menginap di hotel ini?” Donghae mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang berbahaya. 

“Aku bertanya,” kata Amber singkat. Bukan hanya tatapannya, nada suaranya pun terdengar dingin. 

Donghae mulai berkeringat dingin. Ia bisa membayangkan Amber menelepon semua hotel yang ada di Paris untuk mencari tahu tentang keberadaan dirinya. 

Kalau memang itu yang terjadi, masalah ini bisa sangat serius. Sialan... sialan... 

“Tidak mengundangku masuk?‟ tanya Amber. 

Donghae menyadari Amber sudah melepas sikap hormatnya. Amber tidak memanggilnya dengan sebutan “Hyung” seperti biasa. Berusaha tidak menunjukkan ketakutannya. Bagaimanapun juga Amber lebih muda dari ku dan Aku tidak mungkin menunjukkan bahwa Aku sebenarnya takut pada adik temannya itu. Donghae mengangkat bahu dan melepaskan tangannya dari pintu. 

Amber melangkah masuk dan menutup pintu. Donghae berjalan menjauh, berusaha tidak berdiri terlalu dekat dengan Amber. Tapi ternyata Amber juga tidak bermaksud mendekatinya. 

“Jadi,” kata Donghae lalu berdeham, “kalau kau ke sini bukan untuk menghajarku, apa yang kau inginkan?” 

“Aku ingin tahu apa hubunganmu dengan Krystal,” gumam Amber rendah. 

Tatapannya yang tajam menusuk membuat nyali Donghae langsung ciut. 

“Hubungan? Hubungan apa? Aku tidak menger...” 

“Dan aku inign tahu apa maksud kata-katamu padaku sewaktu pesta tadi.” 

Kali ini Donghae merasa dirinya bisa menghembuskan napas lega. Ah, jadi alasan Kau ke sini memang bukan untuk menghajar ku. Kau ingin tahu apa hubungan Krystal dengan almarhum Hyung mu. 

Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang