Chapter 13

827 102 7
                                    

Saat itu waktu makan siang dan Kim Heechul sedang sibuk seperti biasanya di dapur restoran tempat kerjanya. Sebagai kepala koki, Kim Heechul bertugas memastikan semua berjalan lancar dan semua makanan yang keluar dari dapur sudah sempurna. 

Kim Heechul yang sedang bekerja dan Kim Heechul yang tidak sedang bekerja sangat berbeda. Ketika sedang bekerja, Kim Heechul teramat sangat serius dan selalu bersikap tegas pada semua anak buahnya, seperti komandan di medan perang. Sementara Kim Heechul yang dikenal teman-temannya di luar urusan pekerjaan adalah pribadi yang sangat lucu, menyenangkan, dan sangat santai. 

“Daging dombanya berapa lama lagi?” seru Kim Heechul kepada salah seorang anak buahnya yang sedang mengintip ke dalam oven. 

“Tiga menit lagi, Chef,” jawab si anak buah dengan suara lantang. 

Kim Heechul menoleh ke sisi lain dan berseru lagi, “Bagaimana dengan risotto-nya?”

“Ini dia, Chef.” Dan sepiring risotto diletakkan di depan Kim Heechul untuk diperiksa. 

Setelah memasitkan semuanya sudah benar, Kim Heechul membiarkan pelayan restoran membawanya keluar dari dapur. 

Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan Kim Heechul mengumpat. “Siapa lagi yang menelepon di saat seperti ini?” gerutunya pada diri sendiri. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan berkata cepat, “Ya, siapa ini?” 

Mendengar suara orang di ujung sana, sikap Kim Heechul langsung berubah. “Tunggu sebentar,” katanya kepada si penelepon, lalu berseru memanggil salah satu asistennya. “Lee Hong Ki! Gantikan aku sebentar. Ibuku menelepon.” 

Lalu Kim Heechul melepaskan celemeknya dan keluar dari dapur yang berisik itu. 

Begitu ia tiba di kantor kecilnya, ia menghempaskan diri ke kursi dan berkata, “Ya,Amber. Kita bisa bicara sekarang. Ngomong-ngomong, kau sudah kembali ke Paris?” 

“Belum,” sahut Amber di ujung sana. Lalu ia bertanya heran, “Kau bilang aku ibumu?” 

Kim Heechul terkekeh. “Biasanya aku tidak menjawab telepon kalau sedang bekerja. Kau tahu sekarang waktunya makan siang? Kami sedang supersibuk di sini.” 

“Maafkan aku sudah mengganggumu,” kata Amber. “Aku sudah berusaha menelepon Baek Suzy tadi, tapi dia tidak menjawabnya.” 

“Tunggu dulu,” sela Kim Heechul. “Kau menelepon Baek Suzy lebih dulu? Kenapa? Kenapa pilih-pilih kasih seperti ini?” 

Amber tertawa hambar. “Yang benar saja. Aku tahu kau pasti sibuk pada jam-jam seperti ini, jadi aku tidak ingin mengganggumu,” Amber menjelaskan. “Tapi berhubung Baek Suzy tidak menjawab telepon, aku terpaksa menghubungimu. Kuharap aku tidak terlalu merepotkan.” 

Kim Heechul mengangkat bahu. “Tidak juga,” katanya ringan. “Ada yang mau kau bicarakan?”

Amber ragu sejenak. “Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu.” 

“Apa Ini tentang Krystal?” tebak Kim Heechul. 

“Ya. Aku sudah berusaha menghubunginya selama dua hari ini. Tapi dia tidak menjawab teleponku.” 

“Aku juga tidak akan menjawab teleponmu kalau aku jadi dia,” timpal Kim Heechul. 

“Tapi kenapa? Ada apa? Apa yang sudah kulakukan?” tanya Amber tidak mengerti. “Jangan katakan padaku ini karena Irene.” 

“Mm-hmm,” gumam Kim Heechul membenarkan. “yakkkk Amber, asal kau tahu, dia sangat marah. Dan aku tidak menyalahkannya.”

“Tapi bukan aku yang menyuruh Irene ke sini. Aku juga tidak menyuruhnya menjawab teleponku,” kata Amber cepat. “Dan sekarang Krystal tidak mau bicara denganku gara-gara itu?” 

Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang