.
.
.
Jihoon dengan tergesa-gesa berlari dari apartemennya untuk menuju ke parkiran. Tidak lupa ia merias sedikit dandanannya setelah bertemu Wonwoo tadi.Dengan sigap ia membuka pintu mobil Sunyoung memasang seltbed dan langsung menghadap ke arah Sunyoung.
"Sun-"
"Hemm???"
"Emm...ada apa??"
"Tidak...tidak jadi!!"
"Ehh kenapa??"
"Sudah jalan. Nanti saja aki sudah lapar!!"
Jihoon mengalihkan pandangannya ke depan. Sunyoing yang melihat itu hanya menghela nafas dan mulai menjalankan mobilnya kembali.
Perjalanan itu terasa hening. Sunyoung yang biasanya banyak bicara kini hanya fokus ke depan menjalankan mobilnya. Jihoon yang merasa Sunyoung menjadi pendiam sedikit merasakan resah. Apa Sunyoung baik-baik saja?, apa dia salah makan?, apa dia sedang ada masalah?. Akan tetapi Jihoon tidak punya niat untuk bicara pada Sunyoung saat ini. Mungkin kalau sudah tenang, Sunyoung akan berbicara sendiri padanya.
Setelah perjalanan hampir 20 menit. Mereka akhirnya sampai le tujuan. Sebuah cafe bernuansa klasik kini yang menjadi tujuan mereka untuk makan siang ini.
Sunyoung dan Jihoon sama-sama keluar dari mobil. Sunyoung berjalan menuju Jihoon dan menggenggam tangannya untuk memasuki cafe tersebut.
"Silahkan ada yang bisa saya bantu?!"
"Reservasi atas nama Kwon Sunyoung"
"Oh Tuan Kwon mari saya antar ke meja anda"
Sunyoung dan Jihoon berjalan ke arah meja mereka dan mendudukkan diri. Ternyata meja mereka terletak tepat pada depan panggung.
Seorang pelayan menghampiri mereka kembali dan menyajikan hidangan. Tepat seperti pesan Sunyoung tadi. Corn Custum sudah ada di meja mereka.
"Kenapa hanya satu. Punyamu mana?"
"Nikmatilah aku punya sesuatu untukmu"
Sunyoung lantas beranjak dari kursinya dan menuju ke arah panggung.
Jihoon hanya memandang bingung dan melihat ke sekitar. Ternyata tidak ada pelanggan sama sekali kecuali mereka berdua. Apa Sunyoung sengaja melakukannya. Memikirkan itu membuat kepala Jihoon menunduk dan terlihat rona kemerahan di kedua pipinya.
"Lee Jihoon. Aku ingin menampilkan sesuatu untukmu. Mungkin kau sudah bosan melihatnya. Tapi aku ingin menampilkan ini".
Jihoon yang tadinya menunduk mulai mendongak melihat Sunyoung yang ada di depannya.
Dengan diiringi piano. Sunyoung mulai meliukkan badanya. Sebuah tarian jaz diiringi musik klasik. Mengaransemen dari lagu Dont Wanna Cry dari grup Seventeen.
Jihoon terlihat terpana. Ia mungkin sudah biasa melihat Sunyoung menari. Tapi ini merupakan tarian terindah yang dibawakan oleh Sunyoung.
Musik piano tadi berhenti. Sunyoung sudah selesai dengan tariannya dan mendekati michrofon.
"Lee Jihoon. Suaraku tidak bagus. Tapi aku ingin menyanyi untukmu. Setelah aku menyanyi. Tolong beri aku nilai ya..."
Jihoon hanya mengangguk dan mulai bernyanyi.
Suaranya yang serak basah namun powerful itu sedang mendedangkan lagu Hug me.
Tanpa terasa Jihoon mulai meneteskan air mata mendengar Sunyoung bernyanyi. Ia berjalan ke depan panggung dengan langkah cepat dan langsung memeluk Sunyoung erat. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Sunyoung.
Sunyoung hanya tersenyum membalas pelukan Jihoon serta mengelus rambut Jihoon lembut.
"Jadi pelatih Lee. Berapa nilai untuk nyanyianku tadi?"
.
.
.
TBC.
.
.Aku ngerti rek yen aku akeh tipo. Tapi yowis be. O
Penteng abdet yo to??Vomment yo. Suwun!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
FanfictionHanya pembuktian cinta Sunyoung dan Jihoon dalam mempertahankan kisah mereka dalam hitungan jarak 1000 km. Dengan dibantu loyalitas, kepercayaan, dan suatu tujuan yang nantinya akan menjadi masa depan mereka.