Tok. Tok. Tok.
Ketukan suara pintu terdengar dari luar kamar inap Krist, menginterupsi Krist yang saat ini tengah makan dan sedang di suapi oleh ibunya.
Tidak lama pintu itu terbukan, lalu terlihatlah ketiga teman Krist memasuki ruangan tersebut, dengan raut wajah cemas yang menghiasi wajah mereka.
Mereka bertiga serentak memberi salam pada ibu Krist saat melihat wanita paruh bayah itu ada di dalam ruangan itu juga, sementara Tesanee hanya tersenyum ke arah mereka semua.
"Mae, sini berikan mangkuk itu. Nanti mereka akan meledekku." Bisik Krist pada ibunya.
Tesanee mengangguk ke arah Krist, "begini saja, Mae akan meninggalkan kalian, supaya kalian bisa mengobrol." Setelah mengatakan hal itu, wanita itu menepuk pelan bahu Krist, lalu berjalan pergi meninggalkan anaknya bersama ketiga temanya.
Setelah ibu Krist pergi, ketiga orang itu langsung kompak menghambur ke arah Krist, dan menatap sahabat mereka itu dengan tatapan cemas.
"Kau tidak apa - apa?" Tanya Christ.
"Kami khawatir padamu." Sela Gun.
"Kau membuat kami takut." Ujar Windy.
"Aku tidak apa - apa, kalian tahu aku disini darimana?" Tanya Krist heran seingatnya dia tidak pernah menghubungi ketiga temanya, atau mungkin dia lupa lagi
"P'Singto." Jawab Christ.
"Ck, pria itu lagi. Aku baik - baik saja, jadi jangan memasang wajah jelek itu lagi." Tukas Krist.
"Ya. Kami itu menghawatirkanmu, tapi kau justru mencela kami." Pungkas Windy.
"Aku tidak bisa, jika tidak sehari saja mencela kalian. Rasanya ada yang kurang dalam hidupku." Cetus Krist.
"Apa tidak apa - apa, jika aku memukul pasien yang ada di depan mata kita? Rasanya tanganku itu gatal untuk memukulnya." Kata Gun.
Rasanya Gun ingin sekali memukul Krist, mereka semua itu sangat menghawatirkanya, apalagi saat mendapat kabar jika Krist masuk rumah sakit karena kecelakaan.
Itu sangat membuat Gun shock saat mendengarnya, dan meskipun Singto sudah menjelaskan jika Krist baik - baik saja, namun mereka bertiga tetap khawatir pada keadaannya, maka dari itu mereka pagi - pagi menyempatkan dulu untuk menjenguk Krist sebelum berangkat kesekolah, supaya bisa tahu keadaan teman mereka yang satu itu sebenarnya.
"Jangan ribut, inikan rumah sakit, apa kalian mau di usir dari sini, karena membuat onar?" Tanya Christ tidak percaya.
"Tidak, cukup di sekolah saja, kita berempat di cap sebagai biang rusuh, aku tidak mau di tempat lain, mendapatkan reputasi yang seperti itu lagi." Jawab Windy bergidik membayangkannya.
"Maka dari itu lebih baik kalian pulang saja na, aku mau istirahat." Usir Krist sambil membaringkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan matanya.
"Kau tidak menghargai kami." Ungkap Christ.
Kelopak mata Krist perlahan terbuka, lalu kemudian tertawa saat melihat wajah sedih mendrama yang di keluarkan ketiga temanya saat ini.
"Kenapa kalian bertiga, jangan pasang wajah menggelikan seperti itu lagi." Ujar Krist seraya perlahan memposisikan dirinya untuk duduk lalu merentangkan kedua tangannya.
Langsung saja ketiganya menghambur kedalam pelukan Krist, pria manis itu tahu, bahkan sangat tahu jika ketiga temannya itu sangat menghawatirkannya.
"Kau benar tidak apa - apakan?" Tanya Gun.
"Jangan mulai mendrama, aku tidak terluka." Jawab Krist menenangkan ketiganya.
"Jika bukan P'Sing yang memberitahuku, kami tidak tahu kau ada di rumah sakit, kenapa kau tidak bilang pada kami?" Ujar Gun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4]. Love Love You [Krist x Singto]
Fanfic[ Completed ] Bagaimana jika kamu merasakan bahwa kamu ternyata menyukai sahabatmu sendiri? Tetapi kamu tidak bisa mengatakannya dan tidak bisa menunjukannya langsung kepadanya. Karena sahabatmu itu adalah seorang laki - laki yang sama seperti dirim...