Sore hari itu di sebuah kafe, Krist tengah duduk sendirian di meja paling ujung yang tersedia di kafe itu sambil mengaduk - ngaduk minumannya dan sesekali melirik ke arah jam tangan yang saat ini terpasang manis di tangannya.
Hembusan nafas berat keluar dari mulutnya, ekor matanya bergerak dengan tidak tenang, ini sudah hampir 30 menit Krist menunggu disini dan saat ini Krist sudah mulai bosan menunggu, apa Krist harus pergi dari sini sekarang juga.
Saat Krist ingin beranjak dari tempatnya, pintu kafe itu terbuka dan Krist melihat kedatangan ketiga pria yang sudah di tunggunya dari tadi hingga hampir lumutan.
Singto memasuki kafe itu dengan menyeret paksa New dan juga August bersamaan, wajah Singto menampilkan jika dirinya lelah menghadapi dua pria yang saat ini di sampingnya.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Krist dengan bibir mecebik.
"Astaga, Krist. Kau tidak tahu susah mencari keberadaan dua kutu ini tahu." Jawab Singto sambil menyeret mereka berdua dan mengisyaratkan lewat dagunya supaya kedua pria itu duduk.
"P' haus?" Tanya Krist sambil menyodorkan minumannya pada Singto, dengan cepat Singto menerima dan meminumnya dengan rakus.
"Aku merasa lemas karena mengejar mereka berdua, Apa kau tahu mereka berdua lari saat P' menghampiri mereka terutama kutu satu ini." Keluh Singto sambil menatap tajam August.
Melihat hal itu Krist membelai lembut pipi Singto, lalu mengambil sapu tangan di tas ranselnya dan mengelap bulir - bulir keringat yang membasahi wajah Singto.
"Tidak bisakah kalian tidak bermesraan di depan kami?" Tanya New datar pada keduanya.
"Bilang saja kau iri." Jawab Singto sambil menggenggam tangan Krist yang saat ini ada di pipinya.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain - main Sing, apa yang mau kau bicarakan, cepat katakan. Jika tidak lebih baik aku pergi." Tukas New.
"Ya. Kau jadi serius akhir - akhir ini, aku mau berbicara penting jika kau tidak mau mendengarkannya, kalian berdua pasti akan menyesal nanti." Tutur Singto.
"Apa? Kau mau menyuruhku memutuskannya, tidak mendekatinya, atau menjahuinya. Tidak kau suruhpun Lian sudah melakukannya padaku, apalagi yang harus ku dengar? Tidak puas aku di putuskan olehnya." Keluh New tidak habis pikir.
Sementara itu August yang berada di samping New hanya diam saja tidak berani menyela sedikitpun pembicaraan mereka semua, meskipun kini dirinya merasa terasingkan sendiri tetapi mau bagaimana lagi.
August tidak mengenal semua pria yang ada di hadapannya saat ini, yang pria itu tahu jika pria yang tadi menyeretnya adalah kakak dari Apple kekasihnya, seseorang yang duduk disampingnya adalah kekasih dari teman Apple, dan yang ada di samping kakak Apple adalah kekasih pria dari kakak kekasihnya tersebut.
"Dan kau kenapa tidak bicara apa kau bisu?" Tanya Singto pada August.
"Maaf P', tapi jujur aku tidak mengerti kenapa kau menyeretku kesini." Jawab August.
"Begini ada yang ingin kami tanyakan pada kalian berdua." Sela Krist.
"Apa itu?" Tanya August sementara New hanya diam saja.
"Kau masih berpacaran dengan Apple?" Tanya Krist yang di jawab anggukan oleh August.
Singto menatap malas apa yang di lihatnya, benarkan Apple itu memang pembangkang, kenapa susah sekali mengurusi seorang adik perempuan, Singto yakin jika ada kesempatan bisa - bisa adiknya yang mengesalkan itu akan kabur dari rumah.
"Apa kalian serius pada adik kami?" Tanya Krist pada keduanya.
"Tentu saja aku serius, aku tidak hanya bermain - main dengan Apple, dia adalah wanita pertama yang membuatku jatuh cinta dan aku tidak akan pernah menyakitinya." Jelas August yang mendapatkan tatapan jengah dari Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4]. Love Love You [Krist x Singto]
Fiksi Penggemar[ Completed ] Bagaimana jika kamu merasakan bahwa kamu ternyata menyukai sahabatmu sendiri? Tetapi kamu tidak bisa mengatakannya dan tidak bisa menunjukannya langsung kepadanya. Karena sahabatmu itu adalah seorang laki - laki yang sama seperti dirim...