Chapter 24

2.3K 242 164
                                    

Hanya cahaya remang - remang dan kesunyian yang menemani Krist saat ini, kini Krist duduk termenung seorang diri di sudut dinding kamarnya sambil memeluk lututnya sendiri dan menangis terisak mengingat semuanya yang di lihatnya tadi.

Daridulu Krist selalu berpikir apa tidak ada sesuatu di dalam hidupnya yang berjalan dengan baik, setidaknya satu saja yang tidak membuatnya bersedih, tetapi tidak ada. Semuanya hanya bisa membuatnya sedih.

Sekarang Krist merasa jika hatinya hancur setelah mendengarkan pertengkaran yang di timbulkan oleh kedua orang tuanya tadi, yang Krist bisa lakukan hanya mengurung dirinya dan menangisi semuanya.

Kenapa semua ini terjadi padanya, apa hanya Krist saja yang mengalami hal semacam ini?

Mendengar kata percaraian keluar dari mulut kedua orang tuanya itu membuat semua dunia Krist runtuh dalam seketika. hatinya sakit, bahkan sakitnya melebihi rasa sakit yang di timbulkan oleh penyakitnya.

Mungkin jika Krist tidak ada mereka baru akan puas dan berhenti bertengkat seperti tadi lagi, Krist sudah lama memendamnya, sudah lama menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri dan berusaha seperti tidak terjadi apa - apa, berusaha untuk terlihat kuat tapi saat ini Krist tidak bisa, Krist tidak bisa menahan semua ini lagi sekarang.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu itu tertangkap oleh pendengaran Krist, tetapi Krist berusaha untuk tidak menghiraukannya. Krist tidak ingin bertemu siapapun saat ini. Krist tidak siap berbicara dengan siapapun termasuk kedua orang tuanya.

Dari beberapa waktu yang lalu orang tuanya mencoba untuk berbicara pada Krist, namun pria manis itu selalu menolak untuk berbicara dengan mereka.

Untuk apa mereka ingin berbicara pada Krist?

Mau membicarakan tentang perceraian mereka?

Apa hanya itu yang ada di pikiran mereka berdua, setidaknya Krist ingin mereka sedikit saja memikirkannya, setidaknya Krist ingin sedikit saja mereka mengerti perasaanya.

Apa menurut mereka berdua Krist tidak punya perasaan?

Tidak punya hati?

Dan tidak bisa bersedih?

Apa Krist ingin seperti ini?

Tidak. Krist tidak menginginkannya, terlahir dari keluarga yang tidak harmonis bahkan kini sudah berada di ambang kehancuran.

"Krist...."

Suara itu Krist mengenalinya, itu adalah suara Singto.

"Krist... Buka pintunya, kenapa kau mengunci diri didalam kamar? Cepat buka."

Krist ingin membuka pintunya, tetapi rasanya Krist tidak bisa beranjak satu centimeterpun dari tempatnya duduk sekarang ini, kakinya terasa kram dan juga dadanya mulai sesak lagi.

Yang bisa Krist lakukan hanya menangis saat ini, kenapa harus dirinya yang mengalami semua ini, diantara ribuan manusia yang ada di dunia ini. Apa salah Krist sampai mengalami semua ini.

"P'Sing..."

"Kau kenapa? Cepat buka pintunya."

"Aku tidak bisa membukanya kakiku kram P."

"Astaga, kenapa kau menguncinya. Kau ada dimana? Kau tidak ada di belakang pintukan?" Tanya Singto.

"Tidak aku tidak ada disana." Teriak Krist.

"P' akan mendobrak pintunya, jika kau ada di sekitar situ cepat menjauhlah."

Suara dentuman beberapa kali terdengar oleh pendengaran Krist dan tidak lama kemudian pintu kamarnya terbuka, Singto langsung masuk kedalam dan menghampiri Krist yang tengah duduk di sudut ruangan dengan panik.

[4]. Love Love You [Krist x Singto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang