Pria berpeci

2.1K 122 4
                                    

Ruangan persegi ukuran besar dengan beberapa sekat untuk tiap ruangan privasi yang di dominasi warna hijau dan hitam itu kini terlihat menarik karena ada beberapa kursi dan meja tambahan, usaha pria yang sekarang sedang mengamati pelanggannya itu berkembang pesat.

Sejak dulu pria tinggi dengan badannya yang mulai berisi itu sudah bermimpi memiliki kafe di daerah sekitaran kampus terkenal di Bandung ini, bukan karena mahasiswinya cantik-cantik, namun ia merasa harus menyediakan tempat untuk mahasiswa mengerjakan tugas dengan harga makanan terjangkau dan mendapatkan wifi gratis. Siapa yang tidak mau?

Anies Zahid Hibatullah, pria dengan style seperti biasa. Kaos oblong berwarna abu-abu dan celana levis panjang hitam dilengkapi sneakers putihnya. Ia telah merubah segala stylenya karena adiknya selalu mengomentari penampilannya.

Iya, kembaran Anies yang selalu mengomentari dia. Sebut saja Anies itu Zahid, karena agar terlihat beda saja dari Ardie si yang mau nikah itu. Sejak dulu sekalipun sebenarnya dia lebih suka dipanggil Zahid daripada Anies, entahlah rasanya setelah gadis itu memanggilnya Zahid ia jadi ingin terus dipanggil Zahid.

Ah, apa kabar gadis kecil agresif itu ya? Tidak, tidak. Dia sudah tidak kecil, kemarin kata Ardie gadis itu baru pulang dari Belanda. Zahid jadi ingat dulu gadis itu sangat tergila-gila padanya.

Kafe ini juga mengingatkan dirinya pada gadis yang sejak dulu menyukainya secara terang-terangan. Kalian tahu? Zahid memang pernah menyukai Siti Awaliyah Zahratun Pamungkas dulu saat masih duduk di bangku SMP. Berbeda dengan Awal si gadis kucel dengan beberapa tingkah menyebalkannya dulu mendekati Zahid, setahu Zahid hingga lulus SMA, Awal masih menyukainya. Tidak tahu sekarang.

Zahid memang kesal atas tingkah Awal yang agresif saat mendekatinya, meskipun sudah beberapa kali secara sengaja Zahid menyakiti Awal tetap saja gadis itu berjuang mendapatkan kembali rasa suka Zahid.

Membicarakan itu tidak akan ada selesainya, toh dia mungkin akan bertemu dengan gadis itu nanti saat pernikahan adiknya. Lebih baik sekarang dia bekerja kembali, ada yang melambaikan tangan padanya.

Zahid menghampiri pria yang melambaikan tangan padanya, pria dengan perawakan berumur itu kini tersenyum padanya saat Zahid mulai mendekat. "Ada yang bisa saya bantu?"

Zahid melihat di mejanya sudah terhidang beberapa makanan dan minuman, "Bisa temani saya disini?" Katanya yang langsung membuat Zahid tersenyum dan mengangguk.

Lagipula dirinya sedang tidak terlalu sibuk, "Kamu teman Awaliyah kan?" Tanyanya yang langsung membuat Zahid sedikit terkejut, baru saja dia duduk di depan pria yang menggunakan pakaian formal masih lengkap dengan dasinya.

Zahid mengangguk, bagaikan bisu ia sedari tadi hanya bisa mengangguk atau menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Saya ayahnya Awal,"

Zahid makin terkejut hampir saja ia akan berteriak, apa jangan-jangan Awal masih menyukainya dan dirinya sekarang akan dilamar oleh ayahnya Awal? Astagfirullah, Zahid sadarkan dirimu.

"Ada apa ya Pak?" Akhirnya dengan rasa penasarannya ia mengeluarkan suaranya.

"Kamu sudah menikah?" Menghiraukan pertanyaan Zahid, ayah dari Awal yang tak lain adalah Fadli mengajukan kembali pertanyaan yang membuat Zahid makin yakin jika dirinya akan dilamar.

Zahid terus beristigfar dalam hati karena ternyata Awal masih menyukainya dan rela mengajukan lamaran terlebih dahulu, meskipun dia sendiri juga masih Jofisa. Tapi, sepertinya dirinya lebih suka jika lelaki yang mendatangi ayahnya si wanita. Tidak seperti ini.

Skenario √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang