ISTRI?

1.7K 86 0
                                    

Suasana kamar Awal kini hening, iya jadi setelah ngobrol-ngobrol sebentar dengan Zahid dan salat Ashar, Awal tiba-tiba terlelap dengan bibir terbuka serta rambutnya yang masih terikat. Zahid menatap lama, gadis itu masih sama. Suka sekali tidur dengan mudah tanpa melihat situasi kondisi.

Zahid jadi ingat masa SMP mereka. Saat itu mereka ada kegiatan keluar sekolah, ada event pentas PAI yang diselenggarakan di Tasikmalaya, Zahid ingat sekali saat itu Ardie, Zahid, Sonya, Farah dan Awal ditugaskan meliput dan membuat dokumentasi hal itu, mumpung saat libur juga kegiatannya jadi tidak mengganggu pelajaran.

Mereka semua satu bus. Hanya saja karena yang lebih di dahulukan duduk adalah anak-anak yang ikut lomba, Awal jadi berdiri di depan pintu bersama Ardie karena Farah dan Sonya sudah dapat tempat duduk, Zahid sendiri lebih senang berkeliling daripada harus duduk dekat Awal. Kalau tidak salah, Zahid sudah tidak dekat dengan Awal. Bahkan mereka layaknya pasangan backstreet karena diam-diam saja.

Sebenarnya Zahid peduli pada Awal sebagai anggotanya, tapi dia juga tidak mau melihat Awal tidak nyaman akan kehadirannya. Guru-guru pembimbing mengatur kembali tempat duduk yang tersedia. Memang sih anak-anak jurnalis baru diberitahu tadi sore saat yang lain sudah siap mereka baru diberi tahu harus berangkat ke Tasik malam-malamnya. Jadi yang ikut juga sedikitan, mengingat izin sulit didapatkan dari orang tua.

“Duduk Wal,” ucap Royhan, ketua OSIS pada masanya itu emang ikut karena dia mewakili Lomba cerdas cermat, iya sudah tampan pintar pula. Kakak panutan emang.

Rohyan menyerahkan tempat duduknya untuk Awal, dia berdiri, “Ah nggak apa-apa kak, disini juga enak kok,” Bohong banget ini mah, boro-boro enak, duduk aja nggak nyaman. Cuma ya dia pura-pura aja.

Zahid yang melihat itu langsung menghampiri mereka, Royhan masih mengusulkan untuk tukar saja biar dia yang berdiri dan Awal yang duduk di kursi, “Kamu cewek loh Wal, ayo duduk aja di bangku. Aku mah gampang, di bawah juga jadi.”

“Ente besok kerja Wal, nggak usah aneh-aneh buruan duduk.” ucap Zahid sambil menatap gadis itu dengan mata menyipit. Langsung saja Awal mengangguk, malas melihat Zahid yang tiba-tiba datang.

Zahid juga menatap Royhan, “Bang, duduk sana di bangku saya. Saya disini bareng adek saya. Nggak enak masa dia sendiri disini.” dia tersenyum sopan, dia ini hanya ke Awal aja manggilnya Ente-ente. Giliran sama orang lain aja saya-kamu. Royhan juga menurut karena alasan Ardie yang tidak bisa ditinggal, maklum mereka ini anak ummi yang di manja harus selalu bersama. Zahid juga di belakang karena semua anggotanya kan sekarang termasuk dalam tanggung jawabnya.

Baru saja Zahid selesai berbincang dengan Royhan dan dia baru saja duduk di sebelah Ardie yang sudah menyenderkan kepalanya pada tiang dekat tangga masuk bus, dia menatap para anggotanya, Farah masih menggerak-gerakkan kepalanya memakai earphone, di sebelahnya ada Sonya yang memainkan ponselnya sambil tertawa-tawa pasti nih dia lagi rame di grup, daritadi handphone Zahid soalnya getar-getar.

Saat matanya menuju Awal, mata gadis itu sudah menutup dengan kepala yang terkantuk-kantuk, mulutnya terbuka, matanya menutup, Zahid tersenyum kecil melihatnya kemudian langsung menggelengkan kepalanya sadar bahwa itu salah.

Saat Adzan berkumandang, Zahid terbangun karena kesiswaan yang sudah mulai berisik memberitahu jika mereka akan berhenti sejenak di masjid untuk salat subuh. Hal pertama yang Zahid lihat saat ia menengokan kepalanya adalah Awal yang baru bangun sambil mengusap mukanya. Pandangan mereka bertemu, namun Awal langsung mengalihkannya dengan menanyakan jam pada Farah padahal dia memakai jam tangan.

Kalau mengingat itu ia jadi merasa lucu, Awal itu menggemaskan kalau salah tingkah seperti itu. Dia juga dulu kenapa pernah mencampakan Awal ya. Dia melihat istrinya sekarang menggeliat kemudian membuka matanya perlahan. Mengedipkan beberapa kali kemudian menatap lama Zahid.

Skenario √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang