Undangan Tiba-Tiba

2K 130 8
                                    

Awal tersenyum membaca halaman pertama buku itu, buku tulis biasa yang disampul kertas kado bermotif kartun.

19 Oktober 2007

Dear diary,
Please, kenapa jantung aku kayak maraton. Gimana ya? Apa beneran zahid suka aku? Masa iya? Kok nggak percaya ya, dia kan ga mungkin suka aku. Kan dia ada pacar

Halaman pertama itu sebenarnya adalah pengingat pertama bagi Awal bagaimana Zahid mengatakan bahwa dia menyukai Awal. Pikirannya mengingat bagaimana kata-kata Zahid, ia lupa, sepertinya ia hanya ingat bagian bahwa 'Aku punya hati sama kamu' entahlah Awal lupa, lagipula Zahid juga mungkin sudah lupa. Mana mungkin masih ingat dengan kata-katanya 8 tahun  yang lalu?

Ia malas melihat yang selanjutnya, seingatnya itu hanya cerita-cerita Awal saat mereka bertukar pesan yang sebenarnya tidak penting dan tidak mengandur unsur roman.

Tiba-tiba saja ia terhenti pada halaman tengah, disana terdapat jelas banyak emoticon menangis. Entah kenapa rasanya Awal merasakan adanya kegelisahan atas kealayannya Ia membaca penuh kertas itu.

31 Desember 2007

Okay! Maksudnya apa coba? Kalau aja dulu aku nggak ngarep, kalau aja aku dulu ga peduli kamu mau suka mau nggak, eh tapi ini kan nggak dulu2 amat! Ini tuh baru 3 bulan dari hari itu! Maksudnya apa tiba2 bilang nggak suka lagi sama aku! Kamu kira aku apaan! Katanya kamu gak akan pacaran tapi ttep aja pacaran sama temen kamu itu! Maksudnya apa!!!!! :'( :'( :'( :'( :'( :'(

Jujur saja Awal merasakan geli setelah membaca diary dia dulu, itu tuh alay! Bahkan hati kecilnya menyesali kata-katanya dulu zaman SMP.

Selesai! Sudah Awal tidak mau membuka kembali buku diary itu, rasanya memalukan. Kenapa sih dirinya sampai bisa menuliskan kata-kata lebay begitu. Padahal kalau dipikir-pikir itu tuh nggak menyakitkan, mungkin pada zamannya memang menyakitkan. Saat dibaca kembali malah bikin geli bukan bikin nostalgia.

"Kak?"

Awal buru-buru memasukkan buku diary ke dalam kardus yang langsung ia tutup dengan botol minuman yang tadi siang ia beli. Hafshah masuk kamar setelah Awal menyuruhnya masuk.

"Tadi ada yang titip undangan." Awal melotot baru kali ini ia mendapat undangan pernikahan. Jujur, biasanya ia hanya menerima milik orang tuanya dan datang kesana bersama orang tuanya.

Hafshah langsung pamit setelah Awal mengucapkan terimakasih, bukannya tidak mau berbicara dengan Hafshah lagi tapi ia sibuk memikirkan nama teman yang ada di undangan itu. Rasanya tidak asing, namun ia tidak ingat wajahnya. Bahkan wajah Zahid yang sekarang saja ia tak tahu. Semua akses agar melihatnya di sosial media sengaja ia hilangkan.

Akad Nikah
Ardie Goffarun Hidayatullah
Dan
Nurul Syifa Qolbu,

Tidak ada foto prewedding, pasti teman dekat jika sampai mengundang saat akad nikah begini. Alamatnya juga ia tidak begitu mengenal, apa ia hanya kenal pada lelakinya? Tapi siapa?

Awal segera mengambil ponselnya yang tergeletak tak berdaya di ranjangnya, melihat-lihat pesan whats up dari grup alumni ekskulnya, ramai sekali!

Saat dilihat disana memang bukan grup itu saja yang ramai, tapi  banyak juga pesan lain. Hanya saja ia langsung membuka pesan grup 'Anak Anies' itu.

Skenario √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang