Yang lalu

1.8K 94 3
                                    

Bandung, 2007

Awaliyah saat ini masih memakai seragam putih biru dengan kerudung putih instan dan berlarian di lapangan sekolah menuju lantai dua tempat berada dua orang anak yang melambaikan tangannya menyuruh Awal untuk segera naik.

"Awal buruan!"

Sonya, teman satu timnya bersama Zahid tentunya masih melambaikan tangan. Awal baru saja menginjakan kaki di lantai dua, dia masih harus berlari sampai ujung koridor agar bisa menemui dua orang itu.

"Darimana?" Zahid menatap Awal dengan ujung matanya dengan nada dingin tak tertahankan. Bagi Awal, Zahid adalah ketua yang tidak menakutkan. Namun setelah menjadi satu tim untuk penelitian jurnalisnya dia sekarang sedikit ada kecanggungan dengan Zahid.

Awal menyenggol sikut Sonya, "Awal abis piket dulu, tadi aku udah bilang 'kan?" Sonya jadi ikut berbicara.

"Yaudah langsung kerjain." Awal mengangguk dan mengeluarkan laptopnya, ia dan satu timnya diberi tugas oleh Pembina untuk membuat jurnal kegiatan LDKS minggu kemarin dan harus dikumpulkan besok sebelum akan di edit kembali dan di jadikan bahan mading.

Awal mengetik dengan cepat apa yang ia lihat dan ia rasakan saat mengikuti LDKS kemarin, meskipun dia kemarin harus tidur di tenda dapur karena kelaparan bersama Sonya. Saat itu Awal baru pertama kali keluar dan menginap tanpa orang tua dan itulah saat dimana dia amat sangat merasakan kesulitan saat ia lapar Awal harus mencari dulu atau sekedar memasak mie, saat dia kedinginan hanya kayu putih yang menemani, pokoknya bagi Awal kemarin-kemarin itu hari sulitnya.

Sampai-sampai ia masuk angin pulangnya, Fadli sang papah langsung saja menceramahi dengan rentetan kalimat menyindir dan menasehati anak sulungnya itu, "Tuh kak, makanya 'kan kak kamu tuh harus banyak bersyukur. Di rumah udah enak-enak sama Allah dikasih nikmat sehat dan makan enak, tempat berlindung yang hangat dan nyaman masih aja harus ikut kayak gituan, penyakit itu datangnya karena manusia itu sendiri. Sakit dicari-cari,"

Awal tersenyum mengingat hal itu sambil terus mengetikkan hal-hal penting. Awal melirik pada si ketua yang sedang fokus memilih foto dari hasil bidikannya kemarin di daerah Pangalengan itu, iya tempat LDKS kemarin.

Mereka bertiga ikut menaiki mobil pamong praja disatukan dengan  anggota dari ekskul pramuka. Mereka hanya bertiga karena yang lain masih memiliki banyak tugas masing-masing. Kebetulan saja mereka bertiga ini tim observasi jadi mereka harus merekam dan membidik apa yang sedang terjadi di sekolah. Sonya itu bagian rekaman langsung, dia akan muncul sebagai pemandu di Hot News youtobe SMP nya. Awal adalah bagian mengetikan segala sesuatu yang menyangkut pengolahan, penyusunan artikel yang akan di tempel di Mading atau website sekolah mereka dan Zahid bekerja sebagai ketua dan kameramen mereka.

Ardie dan Dania ada di tim mading, mereka juga sama ada bagian-bagiannya namun tim mereka lebih banyak anggotanya.

"Udah nih," Awal menyerahkan flashdisk putih dengan gantungan strawberry milik Najmi pada Zahid. Kening pria itu sedikit berkerut, "Tumben imut begini." Katanya yang membuat Sonya seketika tertawa.

"Punya adek," kata Awal kemudian memasukan laptop miliknya itu, Zahid tertawa kecil. "Kata Kak Sina, kamu di tunggu di kantin."

Awal menepuk dahinya, lupa akan janjinya dengan Sina—kakak kelasnya yang katanya akan menyampaikan sesuatu pada Awal. Sebenarnya memang Awal sedikit penasaran tentang apa yang akan Sina katakan. "Yaudah aku pamit, Assalamualaikum."

Skenario √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang