Kriteria Calon Imam

2.8K 152 6
                                    

Sebelum keberangkatannya ke Belanda..

Awaliyah kini sedang bersama neneknya, berhubung rumah mereka sampingan maka mau sampai malam sekalipun tidak akan masalah bagi mamah dan papahnya jika Awal berada disini.

Saat itu umur Awal baru 21 tahun, gadis itu sedang menemani neneknya karena belakangan ini setelah tahu Awal akan berangkat ke Belanda, Neneknya itu jadi ingin selalu dekat dehgan Awal dan memberi beberapa nasihat untuk Awal.

"Kamu beneran udah siap Wal? Siap tinggal sendiri tanpa siapapun? Disana beda loh," neneknya sudah mengatakan hal itu tiga kali hari ini, Jawaban Awal tetap sama, "Ada Allah, nek."

"Allah memang menemani kita, berarti kamu yang jangan melupakan Allah." Neneknya itu sedang berbaring di ranjangnya dengan Awal duduk di dekat kakinya sambil memijitnya.

Awal tersenyum, "Jangan lupakan salat sebagai tiang agama, jangan lupa berterimakasih sama Allah." Lanjut Awal mengetahui apa yang akan neneknya ucapkan.

Neneknya sekarang tertawa, "Jangan lupa juga bawa jodoh pulangnya," Awal sekarang menghela nafas sedikit berat jika sudah membicarakan hal ini.

Neneknya itu biro jodoh untuk saudara-saudara yang lainnya dan memang terbukti jodoh pilihan nenek selalu berhasil dan membuat keluarga mereka sejahtera, "Menurut nenek, jodohku akan seperti apa?"

Nenek seperti berpikir seraya menatap wajah Awal, memindai seluruh sifat cucunya. Awal memiliki kebiasaan buruk, yaitu menunda-nunda pekerjaan atau mengumpulkan botol bekas minum di kamarnya. Jarang mandi juga termasuk kebiasaan buruk Awal, kalau belum diteriaki oleh penduduk rumah maka gadis itu tidak akan mandi dan hanya akan duduk di depan laptopnya atau mengerjakan tugas-tugasnya.

"Yang bisa ngingetin kamu mandi," kata Neneknya.

Awal tertawa bersama neneknya, "Apalah nenek ini, seriusan."

"Kamu dulu, kamu mau yang seperti apa?" Neneknya balik bertanya, setahu nenek selama ini Awal tidak memiliki pacar, gadis itu terlalu sibuk mengejar mimpinya. Sejak SD dulu memang Awal memiliki teman lelaki, tapi tidak ada yang sampai main kerumahnya dan spesial bagi Awal.

"Yang bertaqwa," Awal juga hanya berpikir sebentar kemudian menjawab, sejak dulu dia tidak bisa dekat dengan lelaki. Baginya, dia harus mendidik adik-adiknya dengan benar dengan menunjukan bahwa dia juga tidak melakukan hal yang dilarang agamanya.

"Serius itu saja?"

"Apalagi dong?"

"Nikah itu tidak semulus apa yang kamu pikirkan Awaliyah, nikah itu menyatukan dua kepribadian yang berbeda. Ingatkan saat kamu dan Fauzan baru disatu rumahkan? Kamu merasa risih dengannya, kamu banyak mengeluh dengan sifat dia yang kurang baik menurutmu. Kamu banyak mengomel sama dia dan banyak tidak menerima perilakunya. Akhirnya apa?"

Awal berpikir, benar sekali tepat dua bulan Fauzan pindah kerumahnya dia sangat merasa tidak nyaman berada di dekat Ojan. Bahkan gadis itu sering memarahi Ojan karena kebiasaan buruknya menyimpan handuk basah di kasur atau tidak mencuci piring setelah makan, hal-hal kecil yang membuatnya risih hingga akhirnya mereka berdebat paling parahnya mereka bertengkar. "Berantem nek,"

"Nah, sama dengan menikah. Kamu dan suami kamu itu memiliki banyak perbedaan, dari mulai cara berpikir sampai kebiasaan kalian itu akan berbeda. Makanya, kamu harus bisa memilih siapa yang akan tepat menjadi pasangan kamu. Ingat loh, menikah itu ibadah paling panjang."

Skenario √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang