bagian 14

16.1K 806 1
                                    

Eliana dalam keadaan bimbang dan bingung. Dia selalu memikirkan permintaan Bundanya sebulan yang lalu untuk berpisah dari Dewa. Sampai sekarang Eliana belum memiliki keputusan apapun tentang pilihannya. Dia sangat menyayangi Dewa dan tak ingin berpisah dari Dewa. Namun Eliana juga memikirkan Bundanya yang tidak merestui hubungannya dengan Dewa. Eliana tak tahu harus memilih siapa diantara mereka berdua. Semuanya memiliki tempat khusus di hati Eliana. Eliana juga tak ingin menyakiti salah satu dari mereka karena keputusannya.

Di depan Dewa, Eliana mencoba bersikap sebiasa mungkin. Namun akhir-akhir ini, Dewa sudah menyadari bahwa Eliana sedang menyimpan sesuatu. Dewa tak pernah memaksa Eliana untuk bercerita karena Dewa tahu Eliana akan bercerita sendiri saat dirinya sudah siap. Dewa hanya harus sabar menunggu saja.

"Kenapa El kok diem aja?" tanya Dewa saat mereka sedang makan siang bersama.

"Ah nggak papa kok Mas, habis ini kita pulang aja ya. Aku pengen ngerjain tugas." akhir-akhir ini Eliana juga sering menghindar dari Dewa. Dewa tahu itu, jadi dia juga mengurangi intensitas pertemuanya dengan Eliana.

"Ok. Kalo ada masalah jangan disimpan sendiri ya, El."

"Makasih ya, Mas." Eliana tersenyum.

Dewa begitu baik dan pengertian dengannya. Hal itu semakin membuat Eliana bingung menentukan sikapnya. Eliana juga menyadari bahwa Dewa hanya memiliki dirinya.

Akhirnya setelah berhari-hari menghindar dari Dewa, Eliana memiliki keputusan. Setelah dia yakin dengan keputusannya ini, Eliana menghubungi Dewa minta bertemu. Besok sudah mulai liburan semester genap jadi Eliana akan sanggup menghadapi segala konsekuensi yang akan diterimanya dari keputusannya kali ini.

"Ada apa El, kenapa malam-malam gini kamu pengen ketemu sama Mas Dewa?" tanya Dewa saat Eliana datang ke rumahnya malam-malam.

"Maafin aku Mas, sepertinya mulai sekarang aku nggak bisa lagi sama Mas Dewa." ujar Eliana tanpa bisa mencegah air matanya mengalir.

"Kamu ngomong apa, El?"

"Aku nggak pantas buat Mas Dewa. Aku sebenarnya nggak ingin perpisahan ini, Mas tapi aku nggak bisa melihat Bunda yang selalu menghawatirkan keadaanku."

"Aku akan memohon pada Bundamu, El." Dewa mencoba meyakinkan Eliana.

Eliana menggeleng sambil terisak-isak "Aku nggak bisa Mas, aku nggak mau menyakiti Bunda karena hubungan kita. Aku sayang sekali sama Mas Dewa tapi aku nggak bisa tetap berada di samping Mas Dewa lagi."

"Ok El kalo itu memang keputusanmu." kata Dewa dingin. Eliana lalu memeluk Dewa tapi Dewa sama sekali tak membalasnya. Hanya berdiri kaku sambil menatap di kejauhan. Mata Dewa jelas memancarkan kemarahanya tapi dia tak berusaha meluapkan kemarahannya itu pada Eliana.

"Nggak bisakah aku tetap dekat Mas Dewa seperti Kakakku sendiri?!" pinta Eliana, tapi Dewa malah mendorong tubuh Eliana dengan halus dan mengambil kunci mobil di atas meja.

"Ayo aku antar pulang." tukas Dewa dengan dingin dan matanya memancarkan kemarahanya.

Hati Eliana semakin sakit. Dia tak akan bisa berada di dekat Dewa lagi mulai sekarang setelah setahun ini mereka sering menghabiskan waktu bersama. Dewa benar-benar akan pergi meninggalkannya. Hati Eliana hancur. Hati Dewa juga hancur. Selain itu Dewa marah dan kecewa dengan keadaan hubungannya dengan Eliana. Dewa tidak sepenuhnya menyalahkan perpisahan ini pada Eliana karena Dewa tahu hubungannya dengan Eliana tidaklah mudah. Setahun bersama Eliana sudah membuat hari-hari menjadi indah. Namun sekarang yang ada adalah hari kelabu untuk Dewa dan Eliana dengan perpisahan ini.

************* Eliana & Dewa*************

"Pak dokumennya sudah saya siapkan semua."

"Terimakasih, Rin." ucap Dewa sambil tersenyum ramah "Saya minta maaf jika selama ini ada tindakan saya yang tidak berkenan padamu, Rin."

Will you marry me, Mas? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang