Bab 26 - Quality Time

22.5K 2K 23
                                    

   Malika, Arhur dan Rere makan malam bersama.Setelah sebelumnya Arthur dan Malika memutuskanuntuk mempending acara ngobrol mereka dan mengisi perut terlebih dahulu. Rere terlihat senyum-senyum sendiri dan sedikit salah tingkah atas perilaku Arthur dan Malika. Bagaimana tidak, Rere merasa seperti sedang menjadi obat nyamuk keduanya, itu terlihat dari bagaimana cara Malika memperhatikan Arthur, dia akan menambahkan lauk Arthur jika atau menuangkan minum.

   “Ehem,” Rere sedikit berdeham saat melihat Arthur yang akan membersihkan area bibir Malika yang terlihat ada sebutir nasi. Bukannya tidak mendengar, Arthur hanya pura-pura tidak mendengar dengan dehaman Rere itu dan tetap melanjutkan aksinya.

   “Rere, menurutmu Galih itu seperti apa?” tiba-tiba Arthur menanyakan tentang Galih kepada Rere.

   “Mas Galih? Beliau orang yang baik,” jawab Rere seadanya.

   “Tidak ada yang spesial?” kali ini yang bertanya bukanlah Malika, tetapi Arthur.

   “Hmm tidak,” Rere menjawab pertanyaan Malika sambil melirik Malika sinis, dia sedikit segan jika langsung melotot kepada Malika di depan Arthur.

   “Ih kalau gak spesial matanya biasa aja dong Mbak,” ledek Malika yang terlihat tersenyum jenaka ke arah Rere.

   Arthur berdiri dari duduknya menuju meja telepon yang tidak terlalu jauh dari meja makan dan mengambil sepucuk undangan dari sana, “Besok Galih ada acara ulang tahun anaknya, dia meminta aku untuk mengundang kamu Re,” ucapnya sambil menyerahkan undangan tersebut kepada Rere.

   “Mas Galih sudah menikah?” tanya Malika dengan ekspresi kecewa mendengar perkataan Arthur dan undangan yang sedang dibuka oleh Rere.

   “Iya dia sudah menikah dan kamu bisa pergi bersamaku dan Malika,” tawar Arthur kepada Rere.

   “Yah!” desah Malika kecewa.

   “Ada apa dengan ekspresimu itu? Tidak ingat kamu sudah punya calon suami,” tegur Arthur saat melihat kekecewaan Malika.

   “Ih aku tuh kecewa karena aku gagal deh buat comblangin Mas Galih sama Mbak Rere,” kata Malika dengan bibirnya yang manyun.

   “Galih memang sudah pernah menikah, tetapi dia bercerai dan statusnya sekarang duda anak satu,” jelas Arthur dengan wajah datarnya.

   “Kenapa gak bilang dari tadi sih! Tinggal bilang aja kalau Mas Galih duda kok susah banget!” rutuk Malika kepada Arthur yang justru hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Malika. Lain halnya dengan Rere yang hanya diam saja dan sudah mulai melanjutkan kembali makan malamnya.

   “Jadi orang yang menolong aku itu sebenarnya Mas Arthur kan?” Arthur mengangguk membenarkan pertanyaan Rere tersebut. “Pasti atas permintaan Malika ya,” tambah Rere lagi yang menatap Malika penuh terima kasih.

   “Aduh Mbak jangan tatap aku kayak gitu dong,” ucap Malika sedikit salah tingkah.

   “Terima kasih atas bantuan kalian,” ucap Rere tulus.

   Setelah makan malam, Malika dan Arthur memilih melanjutkan obrolan mereka di ruang tengah sambil menonton film. Rere sendiri sudah masuk ke kamarnya untuk beristirahat. “Kenapa kamu meminta aku untuk pindah ke Bogor?” tanya Malika yang sebenarnya penasaran dengan perkataan Arthur saat di mobil.

   “Aku tidak bisa mengatakan alasannya padamu,” Arthur menghela napasnya berat, dia sendiri bingung bagaimana menyampaikan tentang permasalahan ini kepada Malika.

   “Jika kamu tidak bisa memberitahu alasannya, maka aku juga tidak bisa menuruti kata-katamu untuk pindah,” putus Malika tegas.

   “Baiklah, kamu boleh tetap tinggal di sini dengan satu syarat ...” belum selesai Arthur mengatakan syaratnya, Malika sudah lebih dulu memotong perkataan Arthur.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang