Bab 45 - Paket Misterius

10.5K 955 5
                                    

Bagian Empat Puluh Lima

Hari ini Malika sedikit tidak enak badan, jadi dia memilih untuk tidak ke toko dan istirahat di rumah. "Aku cuma sampai makan siang kok ngantornya, kamu istirahat," ujar Arthur sambil mencium pipi kanan kiri Malika. "Aku berangkat dulu ya," pamit Arthur yang hanya bisa dijawab Malika dengan anggukkan lemah.

Sepeninggal Arthur ke kantor, Malika mulai istirahat kembali. Dia memejamkan matanya mengistirahatkan tubuhnya yang protes. Mbok Salmi pun membiarkan Malika beristirahat dan memasak bubur untuk Malika makan nanti. Agung ditugaskan Arthur untuk tetap di rumah, sedangkan Arthur membawa mobilnya sendiri ke kantor.

Sekitar jam 12 siang ada paket datang yang diantar oleh kurir. Agung yang sedang duduk di pos menerima paket tersebut. Nama penerima paket adalah Malika, untuk itu setelah kurirnya pergi Agung membawa masuk paket tersebut. "Bu paket untuk Non Malika," Agung mengangkat paket di tangannya untuk memberitahu Mbok Salmi.

"Letak di meja sana saja, nanti biar Ibu yang kasih tahu Non Malika," suruh Mbok Salmi kepada Agung.

Tidak berapa lama kemudian Malika bangun dari tidurnya, dia melihat jam dinding di kamar yang menunjukkan jam 12 lewat sepuluh menit. Perutnya terasa lapar, pusing yang dideritanya sejak tadi pagi juga sudah mulai berkurang. "Apa Arthur tidak jadi pulang cepat?" tanya Malika pada dirinya sendiri saat melihat tidak ada tanda-tanda Arthur sudah pulang.

Perlahan-lahan Malika turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci mukanya. Walaupun masih lemas, Malika tetap masih mampu berjalan menuju dapur, dilihatnya Mbok Salmi yang sedang membereskan dapur. Meja makan juga sudah penuh dengan makan siang yang telah dibuat oleh Mbok Salmi.

"Loh Non Malika kenapa gak manggil saja? Non butuh apa?" tanya Mbok Salmi saat melihat Malika berdiri tidak jauh dari meja makan. Dihampirinya Malika dan dibantunya Malika untuk duduk di kursi meja makan.

"Aku minta minum Mbok," pinta Malika yang sudah duduk di kursi meja makan. Dengan sigap Mbok Salmi menuangkan segelas air putih untuk Malika dan menyerahkannya. Malika menerima air putih tersebut dan langsung meminumnya hingga habis. "Arthur belum pulang Mbok?" tanya Malika setelah menyerahkan kembali gelas kosong kepada Mbok Salmi.

"Belum Non," jawab Mbok Salmi. "Oh iya Non ini ada paket untuk Non," Mbok Salmi menyerahkan sebuah paket kepada Malika.

"Malika!" seru Arthur dari ruang tamu mencegah Malika membuka bungkusan paket yang sedang dipegang Malika. Arthur terlihat panic karena sebelumnya dia juga menerima paket yang sama beberapa jam yang lalu.

Flashback On

Arthur sudah bersiap akan pulang ke rumah ketika sekertarisnya masuk dan memberikannya sebuah paket. Rasa bingung dan curiga terhadap paket tersebut benar-benar menguasai Arthur, perasaannya tidak enak terhadap paket tersebut. Dibukanya perlahan paket tersebut, sangat hati-hati.

"Tidak ada pengirimnya," gumam Arthur sambil terus berusaha perlahan membuka bungkusan paket berupa kotak kardus kecil itu. Ketika paket terbuka terlihat isinya adalah berupa selembar foto dan sebuah ikat rambut bernodakan darah di dalamnya. Napas Arthur terasa tercekat begitu melihat foto itu adalah foto Alena saat di Bandung sebelum Almarhumah meninggal.

Aliran darah Arthur terasa mendidih, dia sangat hapal bahwa ikat rambut di dalam kotak tersebut adalah milik Alena. "Brengsek!" teriak Arthur marah. Ditutupnya kembali paket tersebut dan dibawanya keluar menghampiri sekertarisnya. "Cecil! Siapa yang mengantar paket ini kemari?" tanya Arthur sambil mengacungkan paket yang berada di tangannya.

"Itu tadi diantar satpam, kata satpam kurir yang mengantarnya," jelas Cecil takut-takut karena melihat raut wajah Arthur yang menyeramkan.

"Ya sudah! Saya mau pulang dan tidak akan kembali ke kantor lagi," ujar Arthur dan langsung berlalu begitu saja masih dengan membawa paket yang dibukanya tadi.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang