Bab 47 - Aksi Lukas

9.2K 892 3
                                    

Bagian Empat Puluh Tujuh

Arthur sampai di rumah hari sudah malam dan Malika juga sudah tertidur. Maka dia memutuskan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor di ruang kerjanya. Walaupun fisiknya bekerja tetapi pikiran Arthur terbagi, dia juga cemas memikirkan Malika. Dia takut orang itu akan berbuat nekat dan menyakiti Malika. Walaupun Arthur sendiri belum tahu apa motif orang yang meneror mereka.

"Belum tidur?" tiba-tiba suara Malika membuyarkan pikiran Arthur yang bercabang. Terlihat Malika sedang berdiri di depan pintu ruangan sambil menutup mulutnya yang terlihat menguap.

"Kenapa bangun?" bukannya menjawab pertanyaan Malika, Arthur justru bertanya balik.

"Ngeliat jam udah larut malam tapi kamu gak ada, aku kira belum pulang," jelas Malika yang masih terlihat mengantuk.

"Ya sudah ayok tidur," ajak Arthur yang sudah menutup laptopnya dan berjalan menghampiri Malika.

Malika dan Arthur tidak tahu bahwa ada yang memperhatikan mereka dari sudut lain rumah, Lukas sudah berhasil masuk ke rumah keluarga Sujatmiko dengan membawa sebilah pisau tajam di balik jaketnya. Sosoknya tidak terlihat karena tertutup gelapnya ruangan. Hanya lampu ruang kerja Arthur saja yang masih menyala saat itu.

Niat Lukas datang adalah ingin membunuh Arthur dan mendapatkan Malika, dia sudah terbiasa dengan hal-hal gila seperti ini, karena dia sendiri pun sudah tidak waras. Senyum sinis penuh amarah terlihat di bibir Lukas saat Malika dan Arthur berjalan bergandengan menuju kamar mereka. Lukas masih tetap diam di tempatnya, mengamati pasangan suami istri itu.

"Besok ke toko?" tanya Arthur yang sudah berbaring bersama Malika di ranjang mereka.

"Iya aku udah agak mendingan juga kok," sahut Malika yang mulai bergelung di dalam pelukkan hangat Arthur.

"Besok mau temani aku ke acara reuni?" Arthur mulai mengusap-usap rambut Malika dengan lembut dan ritme yang teratur.

"Bukannya di undangan tertulis nama kamu dan Lola? Mau masuk ke acaranya kan harus nunjukkin undangan, sedangkan udangan kalian saja satu berdua," ujar Malika yang sebenarnya sudah mulai mengantuk.

"Hmmm kamu benar juga, memangnya siapa yang mengantar undangan itu? Kamu kan yang terima undangannya Sayang?" Arthur mencoba memancing Malika menjawab pertanyaannya saat Malika sedang setengah mengantuk seperti sekarang.

Bukannya jawaban yang diterima Arthur, tetapi suara napas Malika yang menjawabnya. "Aku ditinggal tidur nih ceritanya," gumam Arthur sambil membenarkan letak kepala Malika yang tertidur. Arthur pun juga ikut mengambil posisi nyamannya untuk tidur tanpa tahu ada bahaya yang tengah berada di dalam rumahnya.

Lukas masih mengawasi kondisi rumah yang sepi, seluruh penghuni rumah kecuali Agung sudah tertidur lelap. Agung sendiri sedang berada di pos depan tanpa menyadari keberadaan Lukas di dalam rumah. "Ah aku berubah pikiran, aku jadi ingin mengambil nyawa pembantu yang sangat disayang Arthur," Lukas berbicara sendiri sambil berjalan pelan menuju kamar Mbok Salmi yang berada di dekat dapur.

Agung yang merasa mulai mengantuk memilih untuk mengitari area rumah, memastikan semua aman dan terkendali. Saat itu Agung melihat kain jendela bagian samping terlihat terikat. Memperlihatkan bayangan orang berdiri dari lapisan kain jendela yang berwarna putih yang tergerai. Agung memastikan penglihatannya, dia berkedip beberapa kali melihat hal itu. Tepat saat dia melihat bayangan itu bergerak lagi Agung sangat yakin bahwa ada sosok orang di dalam rumah.

"Mungkin Den Arthur bangun," gumam Agung saat mengingat majikannya yang laki-laki itu memang kerap bangun tengah malam untuk bekerja.

Sunyi dan tenang, pergerakan Lukas benar-benar terlatih. Dia bahkan dalam sekejap sudah berada di depan pintu kamar Mbok Salmi. Lukas sangat tidak terburu-buru dalam menjalankan rencanya, dia juga sudah menyiapkan satu buah suntikkan berisi obat tidur berdosis tinggi di dalam kantong celananya. Hal itu selalu menjadi senjata Lukas untuk membunuh korbannya dengan mudah. Seperti apa yang pernah likakukannya pada Allena waktu di Bandung.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang