03 - Aksi Awal

141 21 20
                                    

Aksi Awal

Chap 3

.
.
.

Sekarang ini, sudah mulai tengah semester dua. Mendekati waktu rawan ujian. Pastinya, juga mendekati waktu ketika otak kita pada pecah memikirkan jawaban dari soal.

Kata guru, bikin soal tuh mudah. Lah, kita, jawab soal ujian itu sulitnya kayak sekarat. Yakin, deh, semuanya pada kayak gitu.

Nggak ada yang angkat tangan, kan?

Oke.

Karena SMA Guinandra ini sedikit lain daripada sekolah lain. Gampangnya, kelainan. Di waktu abu-abu, antara senang dan hampir ujian, semua estrakulikuler mengadakan penilaian akhir.

Wajib hukumya.

Niat para guru memang baik: Supaya penilaian ekskul dan ujian akhir tidak bertumpuk dan bentrok jadi satu. Jadi, para siswa yang akan mengikuti ujian akhir tetap fokus, tanpa memikirkan hal lain selain ujian.

Reaksi para siswa?

Nggak usah ditanya, proteslah mereka!

Waktunya meredakan stress kok, ya, masih ada aja tugas dari sekolah buat ekskul. Mereka tak terima waktu have fun-nya terganggu.

Seperti kali ini, anak-anak teater sedang berlatih sebuah drama di Hall. Tak jelas drama apa. Sekilas bocoran info dari anak Jurnalistik, drama yang dipentaskan bertajuk Cinta Terlarang Dora dan Doraemon.

Nggak masuk akal, ya? Banget.

Tapi, bukan itu yang bakal dibahas. Judulnya udah jelas ada Maya, kalau dia nggak keluar, tetap aja Maya paksa buat keluar.

Waktu tengah semester, bersenang-senang, penilaian ekskul, teater, otomatis juga akting dan... Maya.

Agak nggak nyambung?

Jadi gini, di tengah semester ini, Maya memperbaharui misi dan tergetnya. Berkat ngobrol cantik ala mami sama Kira kemarin, dia mulai melancarkan aksinya.

Biasa aja, cuma nggak ada jaminan tuh cowok sehat sentosa waktu jadi incaran Maya. Minimal dapat bogem mentahlah di pipi, batang hidung, dan perut.

Akting. Sesuai rencana yang telah dimasak sehari semalam.

***

“Maya! seminggu ini kamu telat dua kali! Akademik nggak bisa, tukang onar, bisanya cuma berkelahi. Kamu mau jadi apa?” sembur Bu Endang.

Maya mengerling, mencari di mana Candra. Sementara itu, Bu Endang tetap saja menjejalkan ceramah paksa yang hanya hanya masuk kanan keluar kiri dari telinga Maya.

“Ya udah, saya jadi di hukum apa?”

Maya ingin Bu Endang cepat memanggil seseorang yang ia nantikan, yaitu-

“Candra!”

-nah, itu dia.

Bu Endang masuk jebakan Batman punya Maya.

“Urus anak satu ini!”

Candra terlihat sedikit berlari menuju mereka. Bu Endang menjelaskan dengan bersungut-sungut seperti Maya adalah devil yang harus dibasmi. Berbeda dengan Maya yang cengar-cengir nggak jelas lihat Candra di depannya.

Mirip orang kasmaran yang nggak cocok banget kalau dihubungin sama Maya.

Mungkin, mungkin saja.

Maya memikirkan beberapa rencana spesial dan cadangan. Dalam membuat rencana, Einstein saja kalah dengan Maya. Ralat, Einstein saja nggak habis pikir dengan seluruh rencana tak terduga milik Maya. Semuanya nggak logis.

CandraMayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang