09 - Awkward Kafe

73 6 0
                                    

Awkward Kafe

Chap 9

.
.
.

Kata KBBI -nggak tahu yang buat siapa, arti kencan itu janji untuk saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditentukan bersama (antara teman, muda-mudi, kekasih).

Kalau kata salah satu blog cinta, kencan merupakan pendekatan yang lebih modern, dimulai ketika baik si pria maupun si wanita berinisiatif menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman, dan kemudian mereka melakukan hubungan tersebut di luar pengawasan dan otoritas apa pun.

Candra dan Kira yang emang janjian betulan, termasuk kencan apa nggak? Sayangnya, rencana pembahasan Maya telah diketahui oleh orang yang yang menjadi topik bahasan mereka. Jadilah, Maya ikut nimbrung dalam rencana ngafe cantik ala Candra.

Masih bisa dikatain kencan nggak? Kan, katanya janjian, kata KBBI, sih

Mau tahu suasana mereka bertiga? Semiris apa keadaan mereka saat ketemuan bertiga. Bisa-bisa muncul isu Candra macarin hewan buas beserta pawangnya, nih.

Eits, tenang, Candra masih punya rencana B, kok. Entah, ya, itu ngawur apa nggak.

***

Tepat satu gang sebelum sampai di Kafe Mocaroonies, Candra menggelandang di depan toko. Duduk lesehan beralas koran yang menampilkan berita duta pelakor yang terjangkit kasus narkoba. Wajah innocent Candra yang tengah memelas elihat satu persatu orang yang lewat di depannya.

Setelah bertahun-tahun menunggu sampai jadi relief kehidupan zaman dulu, oke itu berlebihan. Akhirnya Kira muncul dan langsung dicegat Candra.

"Kamu siapa? Saya nggak kenal gelandang kayak kamu."

Auh! Mulutnya kira tajem, pedas, kayak cabe. Untung cantik, kalau nggak udah Candra sleding dari dulu. Eh, nggak. Untung temannya Maya, itu aja udah pada nggak berani bully Kira. Dasar, kapan-kapan Candra pengin jadi temannya preman, deh.

"Candra oy!"

"Oh,"

Wah, ngeselin juga, ya, si Kira ini. "Gua mau dengar info-info Maya di sini."

"Nggak bisa. Kamu dan saya sudah janjian di kafe. Nggak ada perubahan tempat atau waktu."

"Kaku banget, Mbak. Di sini aja lah, kalau di dalam ada Maya."

"Terus, kamu takut? Saya aja enggak."

"Lu temannya bego!" batin candra dongkol. "Bukan gitu, kan, nggak enak sama orangnya."

"Daripada gini, mending kamu tanya sendiri sama Maya. saya nggak suka bantuin pengecut."

"Ayolah, Ra. Satu aja."

Kira menghela napas, pandangan matanya tidak bersahabat. "Maya bukan anak urakan biasa. Hidupnya benaran kacau. Cuma itu infonya, yang lain tanya sendiri."

Candra sedikit berpikir. Ia menimang-nimang info yang diberikan Kira kali ini cukup penting atau tidak. Candra, sih, merasa tidak penting. Karena sesungguhnya, ia juga... ah, tak usah dibahas. "Tapi, temanin. Kalau dia tiba-tiba ngamuk. Susah di gua nanti."

Kira setuju.

***

Pertama kali masuk Kafe, mata Candra langsung bertabrakan dengan pandangan menusuk setajam silet milik Maya. Candra keselek ludahnya sendiri, pandangan Maya membuatnya mual dan pengin pergi ke toilet. "Ra, teman lu, tuh, nggak apa-apa?"

"Dia itu nggak suka nunggu."

"Terus?"

"Tanggung aja sendiri."

CandraMayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang