06 - Wawancara Waras

76 9 2
                                    

Wawancara Waras

Chap 6

.
.
.

SMA Guinandra menetapkan waktu pulang pukul dua siang di semua hari. Ada dua waktu istirahat: istirahat pertama pukul 09.30-10.00 dan istirahat kedua –sekaligus waktu beribadah dan makan siang- mulai pukul 12.00-13.00

Istirahat kedua biasa digunakan para cewek untuk berduaan dengan Candra.

Iya, berduaan.

Namanya juga konseling individu, curhat-curhatan gitcu. Kali ini, Candra sedikit berbeda, ia menggunakan kacamata. Menambahkan kesan unyu-imut-gemes di wajahnya yang innocent. Selesai konseling, Candra cengengas-cengenges. Senang, bahagia luar dalam hari Senin ini, karena Maya tak berkunjung. Mungkin malu, eh, masa sih? Nggak meyakinkan banget.

Omong-omong soal Maya, nih. Dia lagi nyeruput kuah bakso miliknya sampai tandas, padahal sekarang sudah waktunya untuk masuk. Biasalah, anak pintar bin cerdas, tasnya ia bawa pakai keresek. Menciptakan alibi untuk menunggu paket kiriman.

Berbahagialah, karena Bapak Satpam yang tingginya sampai dua meter ini sakit rabun dekat. So, nggak bakal hafal semua siswa yang ada di sekolah ini, tanpa terkecuali.

Dan, ya, di tengah perjalanan, dengan hawa durian, -well, sekarang sedang musim durian, buah yang dibenci Maya, tapi mantap kalau buat hajar orang- dan jalan setengah kering setengah becek, Maya bingung mau ngusilin Candra kayak gimana lagi.

By The Way, Maya masih belum tahu kalau Candra pakai kacamata. Sssst! Jangan dikasih tahu, ya. Kasihan kacamata baru, ntar dipatahin lagi sama si Maya.

***

Day 7

Candra gedebak-gedebuk-grasak-grusuk di meja ruang BK miliknya. Gimana nggak, kacamata berharga dari kakaknya yang dibeli kemarin dan nggak pakai utang malah hilang! Kan, udah dibilang, nggak usah dibilang ke Maya.

But wait, jangan curiga dulu sama Maya. coba tanya ke Laili.

“Lai, kacamata gua di sini kemana? Ada yang ngambil, nggak?”

Laili mendongak. “Kenapa? Ilang? Gua nggak lihat ada orang yangke sini. Coba tanya ke Vira, dia yang ngurus anak telat tadi pagi.”

“Oh, makasih, ya.”

Candra mencari Vira di mejanya, tapi ternyata tak ada. “Ko, Vira mana?” ia bertanya kepada Koko, penghuni meja di sebelah Vira.

Koko menggeleng.

Hah, sudahlah, Candra menyerah. Nanti saja. Biasanya, kalau ada barang hilang terus dicari sampai sekarat, nggak bakal ketemu. Kalau pasrah, nyerah, capek, linglung, hampir mewek, dan dehidrasi, barang yang hilang itu kembali sendiri.

Nah, Candra garcep sebelum ia menemui keenam tanda itu, ia ngacir ke kantin. Pesan jus jeruk kecut kesukaannya. “Bu, saya jus-“

“Jeruk satu, Buk.”

“Jus kalian jadi satu?”

“Ha?”

Candra menengok. “Astaga.” Katanya sambil mengurut dada. Maya cuma bengong, kemudian kembali lagi. “Maya dulu, Buk!”

Lagi! Candra sudah mengalami kejadian es jeruk ini dua kali. Menyebalkan. Yang pesan dulu Candra, eh, enaknya Maya nyerobot antrian dan langung di depan. Mana tiru-tiru lagi. sama-sama es jeruk.

“Kacamata lu ilang, ya? Wkwkwk.” Bisik Maya setelah es jeruknya selesai dan sebelum benar-benar mencari tempat kosong.

***

CandraMayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang