12 - Banteng Ketipu

50 7 0
                                    

Banteng Ketipu

Chap 12

.
.
.

Day 19

Hari Minggu. Libur. Free time. Warnetan. Ya begitulah liburan bagi Maya.

Tapi, karena ada hal ‘merepotkan’ dari Bos-nya, ia harus mengorek info soal Candra.

Candra lagi. Candra lagi. Candra lagi. Maya bosen lihatnya. Mau gimana? Perintah bos besar emang harus dan wajib dituruti. Apalagi Bos-nya golongan hitam; penuh kriminal, pangsa pasar illegal, campur tangan dunia politik. Kuasa yang luar biasa.

Kini, Maya sudah ada di depan rumah Candra. Tidak seperti pertama kali -yang datang pagi buta, Maya datang normal jam delapan pagi. Namanya juga Maya -anak kos miris hidup ngirit, ia pengin sarapan gratis di rumah Candra.

Eh,

Candranya malah kagak di rumah.

Iya,

Candra kagak di rumah-

Oke.

Maya murka!

Jauh-jauh kesini, Candra nggak ada. Sampai di sini, tuh, perlu energi dan juga mikir! Mau dikasih makan apa otak Maya kalau nggak dapat jatah sarapan juga? Pokoknya semua salah Candra. Kampret emang.

Ia segera menghubungi anak buahnya untu mencari tahu dimana Candra sekarang. Bodo amat, mereka mau protes, tinggal digencet sedikit juga kicep. Rendahan, tak seperti Maya yang berontak kayak kucing garong disiram air.

Ponsel Maya berdering.

Ia mengangkat telepon dan langsung berkata: “Pintar, pintar. Untung gua gak banting mobil gara-gara elu pada sibuk semua.”

Penelepon gemetaran di ujung sana. Mana berani kalau Maya udah pasang wajah creepy yang bikin anjing kaing-kaing balik ke kandang. Emak warung sebelah pun langsung lapor di ‘Gosip Tante Ala-ala’ dengan ibu-ibu sekampung. Kayak ada pengajian dadakan dengan tema Maya yang tertulis jelas di muka mereka.

Maya geleng-geleng kepala.

Ia hanya perlu menunggu angkutan gratis membawanya menuju Candra.

Tak menunggu Maya ngamuk buat ngejar ibu-ibu yang makin kencang gosipin darinya, dengan kekuatan sulap kilat, bang go-jek eksklusif datang dan langsung membawa Maya pergi secepat kedipan mata. Ratusan kedipan mata, tepatnya. Mana Maya kalau naik motor nggak bisa santai. Dia asik tepuk-tepuk (baca: pukul), yang membuat anak buahnya pusing berkeliling-keliling. “Dasar, ini nih, kurang latihan fisik. Udah disuruh buat ikutin aturan 300 kali push up, sit up, scot jump, juga ga mau.” Kata Maya saat diperjalanan

“Aku ora popo.” Batin bang go-jek.

Setelah melalui perjalanan yang cukup menguras amarah, kesabaran, dan isi dompet. Eh? Isi dompet? Iya, maya lupa nggak pake helm, akhirnya pinjam -tepatnya sewa helm dulu. Terus di tengah perjalanan, ban sepeda malah bocor -Maya, sih, kebanyakan gerak, kan, oleng, terus kena paku. Sesungguhnya, sebenarnya, dan emang harusnya Maya yang ganti rugi, tapi anak buahnya aja yang takut minta, jadi Maya santai aja. Dasar.

“Eh, mana, nih, si Candra?”

“Udah dekat ini.”

“Ya, tapi dimana bego?” sifat tak sabaran Maya lgi kumat, nih. “Gua lari aja. Pemanasan.” Tuh, langsung capcus.

“Di gerbang A mau ke tempatnya orang senam.”

“Ok, sip.”

Buset, langsung turun dari motor padahal belum berhenti. Udah gitu langsung lari. Gimana kalau ketabrak? Anak buahnya sih bersyukur, Maya-nya nggak terima. Enak aja.

CandraMayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang