Mungkin dunia akan memberimu banyak duka, mungkin dunia akan banyak memberimu sedih, mungkin patah dan luka akan selalu ada selama kau bernyawa. Tapi bukankah hidup ini selalu memberikan kita pilihan, bukan ? untuk berdiri lagi setelah jatuh berkali-kali atau tetap mendekap segala duka yang membuat diri nelangsa.Bukankah hidup selalu memberimu kesempatan untuk kemudian bahagia setelah segala yang telah membuatmu merasa patah ?
Bukankah semesta selalu memiliki obat penawar atas segala luka yang diberi dunia ?
Lalu mengapa wajahmu tampak begitu resah ?
Tidak akan ada orang yang akan baik-baik saja ketika dia harus melepaskan lalu kemudian kehilangan, segala kenangan terus saja merajam tiada henti di hari-hari yang kau yang lewati sendiri.
Tidak ada hati yang baik-baik saja ketika rindu dengan tega harus kau bunuh. Tidak ada, sekali lagi aku katakan tidak ada.
Menangislah, aku tahu kau ingin menangis.
Menangislah hingga matamu membengkak, wajahmu sembab, kepalamu sakit. Menangislah hingga kemudian tertidur karena lelah saat tangismu menguras resah. Lalu kemudian bangun dan bercerminlah, betapa hancurnya wajah itu kau buat setelah menyiksa diri dengan kecewa dan sedih.
Sadarkah ? perasaan-perasaan seperti itu hanya semakin memperburuk dirimu, tidak ada cantik-cantiknya, mata bengkak, wajah sembab, rambut acak-acakkan, hidung merah, dan badan tidak terurus.
Bangun, malulah pada yang menciptamu dengan penuh rasa cinta. Bangun, makan yang banyak, hargai dirimu sendiri, bersihkan segala sisa tangis semalam, dan tetaplah bahagia bagaimanapun dunia memberimu duka. Kau selalu seseorang yang istimewah. Kau adalah sumber bahagia bagi mereka yang menunggumu di sebuah rumah. Kau adalah kau, hidup ini kau yang memilih.
Dibuku ini, Jingga ingin bercerita padamu, bagaimana dia mengalami fase jatuh cinta, menjalani hari-hari penuh warna, lalu kemudian akhirnya melepaskan. Bagaimana Dia melewati hari-hari seperti mati, dan bagaimana dia akhirnya juga menemukan jawaban-jawaban atas segala perenungan dan kemudian mencapai puncak kedamaian didalam hati tentang sebuah penerimaan.
Izinkan Jingga bercerita, bagaimana dia bertemu dengan sebuah bahagia dengan pemahaman bahwa akhirnya segala nalarmu perihal rasa akan berhenti ketika Dewa ada.
Signature
Rerin Rahman
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Romance"Jingga..." "Iya," "Kata orang hidup itu seperti kopi, kamu harus benar-benar merasakan pahitnya dulu di seruput pertama. Sedikit demi sedikit. Manis itu akan kamu temukan sendiri setelah kamu mengerti, bahwa setelah pahit akan selalu ada manis. Buk...