JINGGA - Diary 3

510 18 6
                                    

Lamunan malam ini membawa setiap hal tentangnya berputar-putar dikepalaku. Menyebalkan, Aku sungguh membenci diriku sendiri saat tak tahu diri untuk terus merindu tanpa menyadari bahwa yang di rindu ternyata sudah lama berlau.

Aku menutup mataku, mungkin hampir selama 5 detik, lalu memaksanya kembali terbuka, pantulan cahaya lampu-lampu kendaraan yang lewat didepan kafe bertemu dengan bulir hujan menjadi perpaduan yang begitu indah dipandang mata.

Akan sangat memalukan jika aku menangis ditempat ini. Otakku memerintahkan untuk melelapkan diri dalam pedih. Kupandangi barista kopi yang sedang meracik minuman favorite para lelaki.

Duduk ditempat ini, meresonasi cerita-cerita yang terdahulu pernah terjadi. Duduk ditempat dimana aku dulu pernah jatuh hati berkali-kali pada lelaki yang membuat aku mengerti bahwa hadiah dari penantian itu hanya dimenangkan oleh hati-hati yang tangguh.

***

Dua hari berlalu setelah acara pameran itu. Sejak saat itu banyak sekali isi chat di ponselku dengan perhatian-perhatian murahan para lelaki yang mencoba aksi dengan modus membosankan. Tapi tidak satupun yang berhasil menarik perhatianku.

Bosan melanda pada jam-jam rawan kantuk menyerang. Berulang kali memainkan ponsel. Saat aku sedang membuka akun media sosialku. Tidak sengaja aku menemukan akun lelaki pemilik senyum angkuh itu. Dan teringat pesannya untuk menyampaikan salam pada temanku disini yang juga temannya semasa SMA nya. Secara spontan aku memiliki ide gila tentang mereka berdua. Jemariku menyentuh salah satu fotonya dan membuka kolom komentar. Tidak ada kalimat pembuka. Aku hanya mengomentari salah satu fotonya dengan pesan yang sama persis dia ucapkan padaku.

Dan segalanya bermula dari sana.

Entah ide dari mana, aku berniat menjodohkan lelaki itu dengan temanku. Yang notabenenya juga teman semasa SMA-nya. Tidak ada yang salah bukan ? bukankah lebih terdengar bagus. Mereka sudah cukup saling mengenal. Jadi tidak akan terlalu sulit untuk menjodohkannya. Dan aku memulai aksi dengan menggodanya pada setiap pesannya di akun media sosialku.

Jingga : hey @Bunga ada salam dari lelaki difoto ini, katanya sih salam special, kau tanya langsung aja yah

Bunga : benarkah ? kek martabak aje spcial, wkwkwk

Jingga : Hahaha, serius atuh neng, beneran ini, gak bohong, masa kamu gak percaya sama aku

Bunga : iyaa-iyaa aku percaya, makasih yah, makasih jingaaa

Dewa : wah pesan yang saya harapakan disampaikan secara face to face ternyata disampaikan disini yah, kamu percaya saya atau Jingga bung ?

Bunga : aku gak percaya sama kalian berdua

Jingga : uuh ciee berdua akrab, hahaha

Lalu Dewa meminta nomor telfonku melalui direct message instagram. Tentu Aku memberikannya, itu akan jauh lebih mudah untuk menjodohkan mereka. Hingga percapakan malam itu menjelaskan yang akhirnya membatalkan niat ku untuk menjodohkan Dewa dan Bunga. Sebuah pengakuan yang membawa segala cerita ini dimulai.

"Eh, kok kamu jadi nyombalngin saya sama bunga, udah dong" sebuah chat masuk di ponselku, dan itu dari Dewa

"Lah, kenapa ?"

"Ada hati yang terganggu nanti"

"Siapa? Pacarmu ? kamu punya kekasih hati ?"

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang