JINGGA - Diary 7

328 17 7
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Pekerjaannya telah selesai. Dewa mengajakku melihat senja. Tentu saja itu ide yang sangat briliant. Setelah berpamitan dengan ibu, kami pergi ketempat dewa akan mandi dan berganti pakaian di tempat seorang temannya.

Sesampai di rumah temannya, tentu saja, dewa digoda oleh teman-temannya. Dan lagi, kami hanya tersenyum untuk memberi jawaban bahwa benar hati kami sedang berbunga.

Tidak perlu waktu lama menunggu seorang Dewa Pratama mandi dan berganti baju, kami melesat menuju tempat yang ternyata kelak akan selalu menjadi tujuan yang kami candu. Sebuah siluet jingga yang menguning saat petang hampir matang.

Pantai hari itu sangat membumi bersama aku dan dewa, kami langsung menuju bibir pantai tempat kami akan menyaksikan siluet senja. Itu adalah moment indah lainnya saat kami bersama.

Rona merah senja pertama bagi pemilik hati yang sedang di mabuk asmara. Senja menjadi salah satu saksi bahwa kami sedang jatuh hati.

***

Petang berganti malam. Lagi, dewa mengajakku ke suatu tempat favoritenya. Sebuah kafe, katanya, di tempat ini dia banyak menemukan inspirasi. Disini tempat dia banyak menghabiskan waktu sendiri.

Tempat untuk menenangkan fikiran dengan secangkir racikan kopi penuh keajaiban. Saat pertama di tempat itu mataku liar memperhatikan, yang aku tahu tempat itu begitu tenang. Aku dikenalkan pada pemilik kafe.

"Kokooooo" Dewa bersalaman dengan pemilik kafe

"Mas dewaa" mereka berdua saling merangkul pundak dan saling tersenyum saat berpadangan

"Apa kabar ko ? baik ?"

"Selalu mas dewa, waah sejarah ini" pemilik kedai melirik ke arahku yang berdiri disamping Dewa

"Silahkan, kenalkan ko" dewa memberikan kesempatan aku dan koko berkenalan

"Panggil saja koko" sang pemilik kafe mengulurkan tangan

"Jingga" sambil tersenyum aku membalas jabatannya

"Benar-benar kejutan, mbak jingga tahu laki-laki ini tidak pernah membawa wanita hanya berdua ke tempat ini" ucap koko padaku

"Benarkah ?" aku mulai menyesuaikan diri dengan sosok koko

"Mbak jingga harus percaya saya kalau tentang mas dewa", koko mendekatiku dan berbisik di dekat telingaku "ini kali pertamanya"

Aku tersenyum dan memandangi Dewa

"Ko, jangan dibuka dulu" dewa menahan malu

"Hahahahhaa, pantas saja malam ini terlihat lebih cerah auranya, baiklak-baiklah, silahkan duduk" ucap koko mempersilahkan kami berdua duduk

Kami berdua duduk berhadapan. Dia menjelaskan banyak hal tentang kopi untuk membuatku lebih mudah dalam memesan minuman. Aku bukan penikmat kopi. Ini kali pertama aku mengenalnya. Katanya banyak filosofi dalam secangkir kopi.

"Jingga..."

"Iya,"

"Kata orang hidup itu seperti kopi, kamu harus benar-benar merasakan pahitnya dulu di seruput pertama. Sedikit demi sedikit. Manis itu akan kamu temukan sendiri setelah kamu mengerti, bahwa setelah pahit akan selalu ada manis. Bukankah komposisinya dibuat dengan kopi dan gula ? Maka hidup selalu ada komposisi tangis dan tawa"

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang