Tentang perihal udara yang mengisi rongga dada, kadang menyesakkan, kadang melegakan, namun tentang terbang bersama, mengarungi langit nan luas yang kadang mendung lalu badai, kadang pelangi lalu berbintang, namun tatkala juga terkadang abu lalu gelap gulita.
Semua dimensi itu, aku ingin melewatinya bersamamu. Melewati setiap lapisan langit, melihat betapa dunia begitu bermetafosa, karena terbang bersamamu membuatku mampu untuk berada ditempat paling tinggi tanpa takut untuk jatuh, karena jikalau kelak akan jatuh, jika itu tersebabnya dalah kamu, aku tidak akan menyesalinya.
Ingatlah saat kau begitu membuatku percaya untuk mulai belajar terbang mengarungi jagat raya, akupun juga telah siap untuk jatuh meski harus sendiri tanpamu.
Tentang sebuah penantian, beberapa waktu yang lalu aku pernah patah, pernah jua merasakan kehilangan, tentang penyesalan berkepanjangan, dan tentang luka yang mematahkan.
Namun setelah itu aku bertemu denganmu, bertemu sosok ciptaan Tuhan yang begitu indah dimataku, hadir dengan segala kesederhanaanya, lalu datang mendobrak benteng pertahananku tentang sebuah bertahan pada ketiadaan. Sejak kau ada, aku tak ingin menutupi apapun, termasuk kekacauan yang ada dalam diriku.
Tapi ternyata kau perlahan menjatuhkan semua keraguan dan ketakutan dalam diriku, kau menarikku dari tempat yang begitu kelam dan meletakkanku pada posisi yang katamu belum pernah di tempati oleh wanita manapun.
Tentu saja, aku membenci ketika jarak bersekongkol dengan rindu untuk menyiksa aku yang hanya bisa bertemu denganmu dalam mimpi.
Tapi berperang dengan jarak membuatku kuat, bahwa yang jarak berikan adalah jawaban untuk sebuah kepastian perihal pertemuan.
Menujumu adalah hal yang tidak pernah aku rencanakan, tidak pernah aku persiapkan, kau benar-benar nyata hadir di sela hati yang hampa. Kau mengubah arah senjaku menjadi cerita penuh pesona. Hadirmu menghidupkan kembali semua puisiku yang hampir mati, kau menjadi nyawa atas semua sajak yang aku lahirkan lewat cinta tersekat jarak. Dan jatuh hati selalu membawa senum-senyum itu dilekuk bibirku.
***
Ada sedikit nyilu dibagian rongga kiriku, aku ingat, entah perihal apa aku menangis sejadinya malam itu, fikiran yang begitu kalut karena seseorang di masa lalu yang kembali mengusik hidupku yang sudah aku jalani kini dengan begitu baik. Aku menutup mata lalu mengernyitkan dahi menahan ngeri.
***
"Kamu tidak akan aku biarkan bahagia" sebuah pesan masuk dari seseorang di masa laluku
"Cukup, bisa gak kamu gak ganggu aku lagi ? kita berdua sudah tidak ada urusan" balasku
"sayangnya, saya gak bakalan biarin kamu bahagia, termasuk orang-orang terdekat kamu, saya bisa dengan mudah mengahncurkan kalian"
Pertengkaran dengan seseorang di masa lalu itu adalah hal terburuk yang akan selalu jadi mimpi burukku, sejak hari aku memutuskan untuk tidak lagi bersama dengannya karena pihak keluarganya tidak menyukaiku, aku sungguh tidak tahu apa alasannya, entah kesalahpahaman apa yang terjadi diantara kami.
Sejak mengetahui hal tersebut aku dengan sangat tidak takut apapun memutuskan untuk menjauhinya. Tapi ternyata, hal itu tidak bisa dia terima, hingga akhirnya teror-teror itu mulai berdatangan. Hal itu sudah aku ceritakan pada Dewa, hanya saja aku tidak benar-benar mengambarkan betapa lelaki di masa lalu itu begitu mengerikan.
Berbulan-bulan teror melalui pesan dan telfon sekaligus media sosial itu aku rasakan. Namun hari itu, pesan teror yang begitu kejam datang padaku "kau tidak boleh bahagia, termasuk kedua orang tuamu dan orang-orang yang sedang dekat dengamu saat ini" oh Tuhan, aku mengernyitkan dahi menahan ngeri.
Malam itu, aku memutuskan berhenti. Fikirku dia boleh mengusik hidupku, tapi tidak dengan orang-orang yang aku cintai. Aku masih bisa menahan dan mengatasinya. Tapi jika itu menyangkut orang-orang terdekat, aku akan sangat menyesali diri sendiri yang hanya membuat mereka kesusahan karena masalahku.
"Dewa, aku nyerah. Kamu gak perlu menghubungiku lagi. Ini hanya perasaan sesaat saja, kelak juga kita bosan sendiri karena jarak ini"
Percakapan malam itu selesai tanpa balasan. Oh Tuhan apa yamg aku lakukan. Bagaimana aku bisa mengatakan hal tersebut padanya ? bagaimana ini ? setelah dua jam peperangan antara otak dan hati terjadi, jariku kembali bergeriliya pada ponsel, tidak , tidak boleh, ini tidak boleh terjadi, aku tidak ingin menyesalinya lagi.
Tapi apa daya, pesan itu hanya tulisan belaka. Telfon-telfon ku hanya suara berisik yang mengusiknya diseberang sana.
Aku tahu, dia kecewa, apa gerangan tanpa menceritakan hal yang terjadi sebenarnya aku malah mengatakan hal yang sangat tidak mencerminkan kedewasaan. Apalah arti segala kalimat maaf jika kecewa sudah menguasai diri. benarkah ini semua berakhir ?.
Walaupun pada ruang sepi terdalam banyak harapan yang terpanjatkan, namun tetap saja beberapa hal seakan menyadarkan bahwa berhentilah bermimpi, sebab kali ini begitu agak menyilukan dada, membuat kecamuk rasa tidak terarah, dan aku sangat ingin semua ini cepat berlalu.
Kedatanganmu begitu membahagiakan, tapi keputusan malam itu sungguh tidak terelakkan. Lebih baik kau kusimpan dalam diam, didalam dada yang sudah mendemam. Ini begitu menyesakkan, dan aku kembali terbangun dengan sebuah kerinduan yang sudah tidak bertuan.
Hallo sahabat jingga, akhirnyaaaa Diary 9 update, maafkan author yah gaes, dan masih banyak kejadian yang akan terus terjadi dalam kisah Jingga, sampai bertemu minggu depan, terima kasih untuk teman-teman yang tetap membaca kisah jingga dan menjadikannya sebagai daftar list bacaan, jingga mencintai kalian semua.
Jangan lupa vote bintang dan tinggalkan pesan di kolom komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Romance"Jingga..." "Iya," "Kata orang hidup itu seperti kopi, kamu harus benar-benar merasakan pahitnya dulu di seruput pertama. Sedikit demi sedikit. Manis itu akan kamu temukan sendiri setelah kamu mengerti, bahwa setelah pahit akan selalu ada manis. Buk...