Kepulanganku kali ini memiliki banyak waktu. Aku benar-benar mempersiapkan segala hal. Entalah, sudah sangat lama aku tidak sesemangat ini. Karena penerbangan subuh, aku tiba pagi hari dirumah. Lalu membantu ibu memasak dan sedikit membereskan rumah.
Hari masih siang.
Pesan terakhir Dewa, mungkin dia akan sampai malam dari kota tempat dia bekerja. Aku tidak memutuskan langsung bertemu malam ini. Aku ingin menemui seorang sahabat lama. Namanya Adel, dia sahabatku semenjak dibangku SMA. Aku ingin menceritakan padanya tentang lelaki ini. Memberitahunya bahwa hatiku sedang berdebar karena seseorang.
Sore itu adel menjemputku, kami pergi menonton film dibioskop, lalu makan malam disebuah kafe baru disekitar pantai. Dan aku mulai mencerikan segala hal termasuk menceritakan sosok lelaki yang menjadi alasan aku berada di kota ini saat ini.
"Kamu lagi jatuh cinta?" ucap adel memulai pembicaraan setelah memesan makanan
"Belum, belum sepenuhnya" aku tertawa
"Tapi aku ngeliat mata kamu bilang iya" mata adel menyelidikku
"Adel, pertemuan ini akan jadi jawabannya" aku masih membalas dengan tersenyum
"it's oke, aku tunggu kabar baiknya"
Kami asyik bercerita. Berbagi kisah tentang segala hal yang terjadi saat kami berjauhan. Entah kenapa aku menjadi sangat dekat dengan wanita ini. Setahuku dulu, ketika kami dalam masa orientasi siswa baru. Dia sangat membenciku. Hanya karena aku dekat dengan seorang lelaki dikelas yang bernama Ryan, yang sebenarnya adalah seorang yang sudah seperti adikku sendiri. aku dan ryan satu sekolah semenjak SD , SMP , dan ternyata bertemu lagi di SMA dan dikelas yang sama. Orang tua kami satu kantor. Mengetahui itu aku tertawa sejadinya.
"Makanya, jangan ngejugde sebelum tahu kebenarannya, akhirnya kamu malu sendiri kan ? ketika tahu bahwa fikiran burukmu itu sama sekali tidak benar" ucapku saraya mentertawakan kebodohan-kebodohan yang kami lakukan dulu sewaktu SMA.
Kami masih saja mentertawakan masa lalu itu. Tapi jujur, wanita ini adalah salah satu deretan orang yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Dia adalah orang yang paling keras membela ketika aku harus dipanggil keruangan guru karena ketahuan membicarakan hal buruk tentang salah satu guru disekolahku di media sosial.
Orang ini adalah orang paling sakit jiwa yang pada saat itu tetap menggenggam tanganku ketika semua orang berhasil tertawa melihatku jatuh dengan tatapan meremehkan. Padahal, susah payah kubangun reputasi baik disekolah itu.
Aku seorang Sekretaris Osis yang juga banyak mengambil andil dalam setiap kegiatan penting disekolah. Salah satu penyiar radio sekolah. Salah satu murid yang dapat diandalkan semua guru dalam setiap hal, kecuali olimpiade matematika. Aku bukan ahli dalam bidang hitung-menghitung, dan aku benci matematika sejak dari SMP.
Tapi 3 tahun itu bak "rusak susu sebelanga karena nila setitik" aku di sidang dihadapan seluruh guru. Hingga hampir ada yang ingin menamparku. Aku lupa siapa guru tersebut, hingga akhirnya orang tua ku mendapat surat panggilan dan di hukum meminta maaf kepada seluruh guru satu sekolah.
Aah, mengingat masa itu aku kira akan sangat sulit untuk di kenang. Mengingat betapa patah hati ibuku karena kecewa sebab anaknya membuat masalah, namun kenyataannya, aku dapat menceritakannya kembali dengan penuh tawa dengan sahabatku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Romance"Jingga..." "Iya," "Kata orang hidup itu seperti kopi, kamu harus benar-benar merasakan pahitnya dulu di seruput pertama. Sedikit demi sedikit. Manis itu akan kamu temukan sendiri setelah kamu mengerti, bahwa setelah pahit akan selalu ada manis. Buk...