"Pagi, Manis." Bualan tidak mutu, biasanya keluar jika sedang ada maunya.
"Duh, mual aku pagi- pagi lihat mukamu, Shu."
"Sialan," Shuukaku mendecih. "Pinjam PR." Tangan terulur meminta.
Nah kan.
Pagi- pagi sudah dipalak di depan kelas sendiri. Naruto mendengus kasar.
Tau si pirang bakal menolak, Shuukaku menambahi.
"Ramen seporsi dan satu kotak susu cokelat."
"Oke," Naruto mengulas cengiran kecil. Meraih tas selempangnya dan mengambil sebuah buku.
Mata Shuukaku berbinar. Merapalkan syukur karena dirinya akan terbebas dari hukuman sebab lalai mengerjakan tugas rumah yang diberikan Kakashi- sensei.
"Kembalikan sebelum bel masuk- hei!!"
Naruto melotot. Pada makhluk kelam yang merampas buku PR nya dari balik punggung. Melirik sekilas pada Shuukaku yang memasang rengut kesal.
"Uchiha, berikan padaku."
Sasuke melempar seringai samar. Merapatkan tubuh pada si pirang yang menghela nafas panjang. Jemu karena hidupnya tidak pernah jauh- jauh dari gangguan makhluk Uchiha di belakangnya. "PR bukannya dikerjakan di rumah ya?" Sasuke bersuara.
"Kenapa memang? Bukan urusanmu juga," Shuukaku merangsak maju. Berusaha meraih buku Naruto yang dengan gesit disembunyikan dibalik bahu oleh bungsu Uchiha.
"Uchiha!"
Memang dasar Sasuke gemar mencari masalah. Naruto paham betul bagaimana tabiatnya yang luar biasa menyebalkan.
Shuukaku melangkah maju. Merebut kasar buku Naruto dan-
BWETT!
"Argh! Bukuku!!"
..
..
.."Sasuke kampret! Sialan! Sialan!"
Pel dilempar kasar. Naruto berkacak pinggang. Pada akhirnya dia yang mendapat hukuman. Shuukaku jelas bergegas mencari contekan lain begitu tahu bukunya sobek mejadi dua bagian.
Sementara si calon suami biadab lantas melipir entah kemana ketika ia sibuk meratapi kondisi bukunya yang mengenaskan. Manusia tidak bertanggung jawab.
Klek.
Pintu masuk toilet dibuka pelan.
Menampilkan manusia manis berambut merah jambu yang mengingatkan Naruto pada cotton candy yang dibelinya di pasar malam minggu lalu bersama Utakata.
Langkah Sakura terhenti. Menatap pada si makhluk pirang yang terdiam di tengah ruangan. Menelisik lewat matanya yang memicing tajam.
"Sedang latihan jadi babu?" ujarnya. Menohok sampai ke tulang- tulang.
Gadis Haruno itu terkekeh singkat, lantas berlalu memasuki salah satu bilik toitet di belakang Naruto yang menggeram pelan.
"Wah, mulutnya. Minta disumpal pakai kain pel sepertinya," desis Naruto pelan. Meraih kasar gagang pel dari atas lantai dan melanjutkan sesi hukumannya.
Semenjak perkenalannya dengan Sasuke di awal tahun pertama, pemuda Uchiha itu memang selalu berkeliaran di sekitarnya. Jelas bukan untuk mengajak jadian. Karena keduanya ibarat malaikat dan setan. Sasuke setannya.
Tidak jarang teman- teman gadisnya melempar lirikan kesal ketika melihat keduanya beradu mulut dan saling memaki satu sama lain. Meski Sasuke sering berganti pacar, pandangan kesal tak juga beralih darinya. Naruto bahkan tidak habis pikir, memang apa yang bisa dicemburui dari hubungan buruknya dengan Sasuke.
"Padahal aku pacarnya juga bukan," dengus Naruto.
Gemericik air terdengar. Niat jahat melintas. Naruto mengulas seringai lebar.
Klek.
Bilik toilet terbuka. Sang ratu merah jambu melangkah anggun dengan senyum pongah. Melirik si pirang dan berujar, "Kerja yang benar, ya."
Naruto mengangguk kalem. Membiarkan si cotton candy melewatinya dengan senggolan genit di bahu kanan. Dan-
SLAP
"KYAA!!"
'Mampus,' Namikaze tersenyum setan.
Sekali lagi, Sasuke dan Naruto itu ibarat malaikat dan setan. Sasuke setannya.
Tidak salah?
..
..
..Sudah dibilang, Sasuke itu player bertampang pangeran. Pemuda priyayi dengan kelakuan busuk yang hobinya main- main. Kemarin menggandeng si ini, sekarang ganti yang lain lagi.
Naruto jenuh sebenarnya.
Bukan cemburu hanya muak dengan kelakuannya.
"Minggir coba," desisnya. Menembak Sasuke dengan tatapannya. Melirik sekilas pada Hinata yang mengintip malu- malu dari balik punggung pemuda Uchiha.
Oh, gebetan lainnya.
"Tidak mau. Mau ketemu Ratuku," balas Sasuke menolak. Dengan cengiran kecil menyebalkan.
Lupa ulah kejinya pagi tadi pada buku Naruto.
Sayang, si pirang rupanya lebih tertarik dengan sebutan Ratu yang disematkan Sasuke padanya.
"Siapa ratu?"
"Ya dirimu donk. Memang ada yang lain?"
Jentikan lidah terdengar. Bukan dari Naruto melainkan Utakata. "Lalu yang di belakangmu itu siapa, Uchiha? Selir?"
Hinata mengernyit tidak suka.
Sasuke mendongak. Menatap pada ekor Naruto sebelum melirik si gadis Hyuuga di belakangnya.
"Oh, ini? Sama dengan yang lainnya. Mainan."
PLAK
"Aduh! Sakit, Dobe!!" Sasuke mengusap pipinya yang merah bekas di tampar. "Kasar sekali."
"Bukan aku kok."
Lah?
"Aku benci Sasuke!!" seru Sakura kemudian berlalu. Disusul Hinata yang menatap kesal pada Sasuke lalu pergi begitu saja.
"Nah, cotton candy yang melakukannya."
"Sasuke- kun!" Hinata berseru memanggil. Tiga pasang mata menoleh, dan membola kala melihat si gadis manis pendiam tiba- tiba mengacungkan jari tengah dengan mata menyipit penuh amarah pada si Uchiha muda. Kemudian berlalu.
"Woaaa, Hinata keren!" pekik Naruto bertepuk tangan.
"Shit."
. . .
Maafkan aku, Hinata.. maafkan aku..hancur sudah kepribadianmu yang mulia dalam ceritaku. 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy, oh, my enemy
FanfictionNaruto tidak mengerti kenapa di jaman sekarang istilah perjodohan masih saja berlaku. Bagus sih kalau jodohnya ganteng lalu baik, berhati malaikat. Dan bukannya Ganteng tapi berperilaku setan bin nyebelin macam Sasuke. Ini cerita santai. Dengan penu...