Tiga

5.5K 669 138
                                    

"Naruto."

"Apa?"

"Pulang nanti temani ke pet shop."

"Mau apa?"

"Beli makanan untuk kucingku."

"Cuma kucing?" Naruto bertanya.

"Memangnya kau mau biskuit ikan?"

"Sialan," mengumpat kesal. "Kau kan juga punya burung-"

"Huss. Cewek macam apa bicaranya begini vulgar?"

Naruto menghela nafas panjang. "Kakak tuamu, Brengsek. Sekali lagi memotong ucapanku kucolok matamu pakai jempol kaki."

"Oh, cuma kucing kok."

Naruto mendengus kasar. Mengangguk singkat setelahnya.

"Naruto."

"Tsk. Apa lagi?" menoleh jengah.

"Mamamu bilang kau dijodohkan."

Langkah Naruto berhenti. Menoleh pada sang kawan main yang menatap lekat dengan lollipop terselip di bibir.

"Kenapa memang?"

"Ya mau tahu saja siapa calonnya. Jangan- jangan aku."

Bola mata berotasi malas. Naruto menjentikkan lidah. "Lantas kalau dirimu?" tanyanya.

"Ya mau ku tolak."

"Utakata Sialan!"

..
..
..

Utakata itu ganteng. Tipikal pemuda idaman yang dielu- elukan banyak gadis baik perawan maupun bukan.

Tidak kalah ganteng dari Sasuke yang mengaku paling ganteng sejagad.

Tubuhnya jangkung, nyaris kerempeng padahal makannya banyak, rambutnya cokelat lurus dan kulitnya pucat. Disukai banyak cewek karena dia tergolong anak yang baik, ramah, dan kecerdasannya juga di atas rata- rata. Sayang, dia punya hobi aneh. Selain makan, ngemil dan mengobrol dengan hewan peliharaannya, Utakata juga gemar mengekori Naruto.


"Lihat, anjing sama pawangnya lewat."

Dan yang baru saja itu Sasuke. Menggandeng mesra tangan si gebetan baru. Namanya Sakura, cantik, tinggi, body aduhai dan cinta matinya cuma sama Sasuke. Sasuke dapat jackpot, tapi mana peduli. Bungsu Uchiha kan sukanya cuma main- main.

Naruto mendecih. Malas menoleh. Menyedot jus coklatnya sampai ludes dan melemparnya ke tong sampah. Sudah biasa dengan kelakuan kurang kerjaan Sasuke yang selalu cari masalah dengannya.

Nah, masalahnya sang mama tersayang belum tahu perihal ini dan bersikeras melanjutkan perjodohan.

"Utakata. Kalau ada setan bicara jangan di dengar. Menyesatkan. Bisa masuk neraka."

Utakata mengangguk patuh.

"Hebat. Anjingnya bisa bicara."

Sasuke melepas genggaman. Merangsak maju menghalangi jalan Naruto dengan tubuh tegapnya dan melepas seringai kecil.

"Coba senyum," godanya.

"Memang kau kuat lihat senyumku?" balas Naruto kalem.

"Paling banter juga mual- mual."

Naruto mendengus. Mendorong tubuh Sasuke kasar dan berlalu.

"Oi, Dobe, pawangnya ketinggalan!"

"Ambil saja. Makannya banyak. Capek aku mengurusnya. Jangan lupa beri makan banyak- banyak!" seru Naruto membalas. Melambaikan tangan malas tanpa menoleh.

Utakata menggeleng jengah. Melirik Sasuke sekilas lantas mengikuti langkah si pirang.

"Hei," panggil Sasuke.

Utakata menoleh.

"Jaga anjingnya baik- baik ya. Jangan sampai lecet," ujarnya kemudian menghampiri Sakura yang ngambek karena tidak mendapat bagian dialog apapun dalam scene ini.

"Apaan dia?" si pemuda jangkung mengernyit aneh. Dan melanjutkan langkah.

Menghampiri Naruto yang menunggunya di dekat tangga. Berniat kembali ke kelas karena jam istirahat hampir habis.

"Kenapa lama?"

"Uchiha manggil. Bilangnya aku harus menjaga anjingku supaya tidak lecet-"

"Siapa anjing?"

"Ya dirimu. Memangnya aku?"

SLAP

"Aduh!" Utakata mengusap kepala. Berusaha meredakan nyeri berkat geplakan si pirang yang tidak main- main.

"Kasar begitu pasti calon jodohmu itu jelek deh," gerutunya. Mengekori Naruto yang menaiki tangga dua langkah di depannya.

"Jelek- jelek juga dia hobi ganti pacar."

"Huh?" Utakata membeo.

"Kau barusan bicara padanya," jelas Naruto.


"APA!? Mana mungkin!? Kenapa mau si Uchiha itu sama yang begini? Kau pakai pelet apa!? Hoi-"

Dan sneakers orange melayang.

"ARGH!!!"

. . .

Enemy, oh, my enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang