Dua Puluh Tujuh

2.9K 454 199
                                    

"Apa urusanmu bicara begitu?"

Sasuke berdiri menyandar pada Arianna. Menatap sosok jangkung dengan anting panjang di telinga kanan.

Kyuubi tersenyum sekilas. "Memang bukan urusanku. Tapi mataku jadi gatal kalau lihat manusia sepertimu di depanku. Dengar- dengar pacarmu lebih dari selusin."

Sialan mulutnya.

Tidak Sai tidak Kyuubi, bicaranya kenapa begini sekali sih? Sakit tahu hati Sasuke. Dipikir dirinya batu apa?Sasuke kan hatinya lembut.

"Hoo, aku baru tahu model pria juga suka bergosip?" sahutnya sarkas. Membidik tajam paras Kyuubi dengan netranya.

Si lawan bicara hanya mengendikkan kedua bahu, tidak peduli. Lelaki muda itu bersandar pada pagar rumah Naruto dan menyimpan kedua tangan ke dalam saku celana. Pose ganteng. Jurus ampuh untuk membuat hati wanita yang melihat klepek- klepek. Sayang, Sasuke bukan perempuan.

"Siapa bilang? Aku hanya dengar dari seseorang yang cerita padaku," balasnya kemudian yang lantas mengerutkan kening Sasuke samar.

Siapa? si Uchiha membatin penuh tanya. "Naruto?"

Kyuubi mengulas senyum angkuh. "Bukan," balasnya dan melanjutkan, "Kau tidak perlu tau." Kemudian menegakkan punggung, "Oh, kau sudah mau pergi kan? Cepat sana. Aku ingin segera masuk. Mama Kushina mengundangku makan malam bersama. Kau pasti tidak diajak. Kasihan sekali."

Brengsek.

Memanggang seseorang boleh tidak ya? Dasar manusia tukang pamer.

Sasuke menggeram pelan. Nyaris menyuarakan serapah kasar tatkala objek di hadapannya bergerak menghampiri.

"Kuberi tahu satu rahasia," ujar kyuubi lagi seraya berjalan semakin dekat. Menampilkan paras rupawannya yang kini makin jelas terlihat.

Sialan, hidungnya mancung sekali. Sasuke membatin kesal. Merasa kalah saing meski diri enggan mengakui.

"Kau tahu bukan, Naruto menempel gambarku di dinding kamarnya? Dia menyukaiku. Dan kami," menarik nafas sejenak. "Pernah berjanji akan menikah ketika besar nanti. Jadi, sebelum Naruto membuangmu, jauhi dia mulai sekarang. Berikan padaku. Aku akan menjaganya baik- baik untukmu."

"...."

"Sampai jumpa, Uchiha mini," dan Kyuubi melenggang pergi.



"Fak."

..
..
..

"Kyuubi!" terjangan kuat dari tubuh kerempeng nyaris membuat si pemilik nama terjungkal ke belakang. Kerempeng sih, tapi tenaga menandingi badak lepas.

Pemuda itu lantas tergelak. Membiarkan si kuning melingkarkan kedua lengan ke sekeliling lehernya sampai puas. Gemas.

"Kupikir tidak mau datang lagi," seru Naruto begitu pelukan mereka terlepas. Dan melanjutkan, "Mama baru saja cerita kalau kalian tidak sengaja bertemu di supermarket dan mengajakmu makan malam di rumah- oh, kenapa aku tidak ajak Sasuke juga-"

"Pacarmu itu?"

"Iya."

Hoo, diaku pacar.

Kyuubi mendecih dalam hati. "Dia sudah pulang. Baru saja-"

"Siapa bilang? Minggir!" potong suara lain yang kemudian pemiliknya mendekat untuk melepas paksa tangan Kyuubi dari lengan Naruto.

Kampuretto.

Dua pasang mata serentak bertatapan tajam. Mengirim senyum sinis yang hanya mampu dipahami keduanya. Sasuke jelas tidak terima ketika ada makhluk asing yang berniat menginvasi tunangan manisnya. Iya, di mata Sasuke, Kyuubi itu sejenis alien yang keberadaannya cuma bisa menjadi ancaman baginya.

"Loh? Sasuke?" Kemudian suara manis mengalihkan seluruh atensinya. Sasuke menoleh dan mengulas senyum lembut.

"Hai, pacar," sapa si pacar.

Dengusan kasar terdengar samar. Meski tautan dilepas, Kyuubi enggan menyingkir. Melirik si pirang sejenak dan menemukan netra sebiru lautan memandangi makhluk Uchiha dengan antusias. Cuih.

"Kupikir sudah pulang."

"Belum donk. Masih kangen," Sasuke tersenyum ganteng. Mengusap lembut puncak kepala pirang yang menggoda buat dikecup lama- lama. Duh, jadi pingin.

Naruto kicep sejenak. Lalu meringis kecil. "Kangen siapa?"

"Pacarku."

Meh. Kyuubi mendengus.

"Hoo, pacar. Siapa pacar?" balas si pirang cepat.

"Yang berdiri di depanku?"

Tsk.

"Kyuubi?" tanya Naruto.

Anjrit.

"Masa iya pacarku manusia ini?" tunjuk Sasuke pada si jangkung lainnya.

Kyuubi gerah hati. Karena mendadak jadi nyamuk di antara keduanya. Pemuda itu memilih untuk tak menghiraukan mereka lebih lama lagi dan berlalu. Mencari- cari mama Kushina untuk dijadikan sekutu. Barangkali saja hatinya yang seteguh baja bisa dibelokkan hanya dengan satu kedipan mata darinya. Siapa tahu langsung berminat ganti calon mantu?

"Hoo, ada yang ngambek,"  sindir Sasuke dengan ekor mata melirik pada punggung Kyuubi yang menjauh. Mengerutkan kening Naruto yang tidak paham dengan ucapannya.

"Siapa yang ngambek?"

Sasuke menoleh. Meringis kecil dan membalas, "Bukan siapa-  siapa. Cuma kutu loncat yang iri padaku."

"Iri kenapa?" si pirang bertanya serius.

Sasuke diam sejenak sebelum menyipitkan mata dan tersenyum usil, karena sumpah, Naruto dengan muka bengongnya itu menggemaykan sekali.

"Iri karena dia tidak bisa menciummu begini," balasnya lalu membubuhkan dua kecupan lembut di kening dan pipi si pirang.

"Sasuke-"

"Ada mamamu biar. Supaya tahu kalau aku sudah kebelet menikahimu-  aduhh! Kenapa jewer telinga?!"

"Tidak tahu malu."

"Duh, mukamu merah. Mau diusap tidak? Kucium lagi sini-"

"Bicara lagi kucolok matamu pakai sepatu," mendorong tubuh Sasuke malu- malu badak dan berbalik pergi dengan langkah menghentak.

Sasuke tergelak. Puas.

Menggodai makhluk manis ini memang selalu menyenangkan.

Entah akan jadi bagaimana makan malam di rumah tunangannya malam ini. Siapa yang peduli, Sasuke cuma ingin melindungi sang calon bini dari rubah cabul yang berniat membawanya lari.

.. .. ..

Enemy, oh, my enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang