Tujuh belas

3.7K 577 52
                                    

"Pulang sama siapa?"

Naruto menoleh. Mencari si pemilik suara.

Dulu- dulu tidak begini rasanya, aneh saja mendengar Sasuke melempar pertanyaan semacam itu padanya. Alhasil, tautan dua alis dengan kening berkerut dalam menjadi balasan.

Naruto melirik kiri dan kanan. Memastikan jika memang dirinya yang diajak bicara. Bukan apa- apa, kalau dia bilang iya dan ternyata bukan dia yang ditanya, mau ditaruh di mana mukanya? Masa iya dipindah ke pantat seperti tawaran Utakata pagi tadi? Kan sayang, muka manis tidak dipamer- pamerkan.

Meh.

"Pulang denganku saja?" Sasuke lagi- lagi melempar tanya. Menaikkan sebelah alis sebagai tanda jika ia butuh jawaban segera. Satu tangannya memainkan kunci Arianna yang sudah seperti Rex**a bagi Sasuke karena setia setiap saat.

"Aku-"

"Lalu ikut denganku sebentar ke rumah Konan-"

Bangsat.

"Tidak sudi," balas si pirang cepat.

"Loh? Kenapa memang?" tanya Sasuke dengan dua alis terangkat. "Aku cuma mau mengembalikan buku sebentar, aku mencarinya dari tadi dan ternyata dia sudah pulang," tambahnya.

Pemuda itu terlihat serius hingga membuat Naruto bimbang. Ingin dirinya ikut tapi takut jadi kacang.

"Tidak usahlah. Pulang denganku saja."

Pada akhirnya Utakata menjadi sosok pahlawan. Yang menyelamatkan Naruto dari ancaman dijadikan kacang oleh si abang tampan.

Pemuda jangkung gemar makan itu menepuk bahu kawan mainnya pelan dan melanjutkan. "Aku juga mau mampir ke rumahnya Naruto-"

"Mau apa?" Mata Naruto memicing curiga. Takut- takut kalau ekornya kembali bicara yang tidak- tidak pada ibunya.

"Minta makan."

"Tidak tahu malu."

"Memang kau sendiri punya malu?"

Wah, Sialan. Lain kali Naruto berniat menyeret manusia ini ke pasar, beli saringan buat mulutnya yang gemar bicara kasar.

"Pulang denganku saja-"

"Dengan Utakata saja," putus si pirang cepat. Sasuke berdecak kesal. "Kok begitu?" sahutnya. "Bukannya lebih baik pulang bersama keluarga?"

"Siapa keluarga?"

"Ya aku donk, siapa lagi memang? Makhluk itu?" tunjuk Sasuke pada Shuukaku yang tengah menaiki sepeda motornya di parkiran menggunakan dagu.

"Keluarga, my ass," gumam Utakata memaki. Membuang pandangan ke sisi dengan mimik aneh. 'Kenapa juga menunjuk Shukaku, aku juga manusia yang bisa ditunjuk- tunjuk,' membatin kesal.

Bola mata Naruto berotasi malas. "Tidak. Aku dengan Utakata saja. Kalau kau mau pacaran dengan Konan pergi sendiri saja, tidak perlu mengajakku-"

"Aku cuma mau mengembalikan buku yang kupinjam. Bukan pacaran-"

"Iya, iya terserah." Naruto terlihat tidak lagi peduli dan menyeret kawan mainnya keluar dari gedung sekolah.

"Wah, Sialan," umpat Sasuke membisik. Menembak tajam punggung kedua manusia kerempeng yang berjalan semakin menjauh dengan pandangannya.

"Dobe!" serunya memanggil.

"Apa!?" balas si pirang tanpa menoleh.

 "Jadi kau berniat selingkuh di depanku!?"

Langkah keduanya berhenti.



Dan kembali berjalan lagi.

"Whatever."

Sungguh balasan Naruto mampu memperkeruh ekspresi wajah Sasuke hanya dalam sekejap. Mari kita sebut pemuda itu tunangan si pirang mulai sekarang karena kemarin, begitu diceramahi mama couple, mereka sepakat bertukar nomer ponsel. Anggap saja tukeran nomer sebagai tukar cincin. Karena itu kenapa Sasuke ngotot ingin dibilang sebagi calon suami tetap dan satu- satunya untuk si pirang.

"Dobe!!"

"...."

"Yakin tidak ingin pulang denganku!?"

"Tidak!"

"Sedelnya empuk loh-"

"Hmmm!"

"Kaca helmnya juga tidak turun lagi kalau melewati jalan bergelomb-"

"Tidak!"

"Bannya sudah ganti yang baru-"

"Terserahmu, Teme! Pulang sana!" Naruto berbalik dan melotot garang.

"Wah, galaknya."

Sasuke mendengus kesal.


"Dobe!"

"Apa lagi? Duh!"

"Jaga diri baik- baik, ya, calon istri. Jangan mau ditikung ekormu. Love you," Sasuke berujar seraya melempar senyum samar dengan tangan melambai seolah siap mengantar kepergian si pirang dari teras gedung sekolah.

Lantas berlalu.


Naruto kicep.

Melihat senyum Sasuke itu...

Biasa sih. Ganteng. Cakep. Dan manis seperti permen meski ngeselin.

Tapi kok,


deg- deg an ya?

Ah, Gembel.

..
..
..

Sasuke & Naruto : korban perjodohan.
Status perasaan : dipertanyakan.

Enemy, oh, my enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang