"Ngapain ikut turun?" Kening mengernyit. Si pirang menatap heran pada Sasuke yang memarkirkan Arianna dan mengikuti langkahnya.
Pemuda itu menyugar rambutnya ke belakang dengan jari jemari. Menjilat bibir sensual dan berkedip pelan.
Modus lain untuk membuat si Namikaze tersipu sebenarnya. Sayang, makhluk pirang kelewat bodoh untuk menyadari jika si jantan tengah menebar feromon. Bahkan mengira jika Sasuke sedang diserang sariawan dan kelilipan.
"Mau ketemu."
"Ketemu?" Naruto menaikkan satu alis sebagai tanda tanya.
"Calon mertua. Siapa lagi memang?"
"Yakin sekali papa mamaku bakal jadi mertuamu. Memang aku pernah bilang mau jadi istrimu?" ledek Naruto.
"Makhluk lemah sepertimu memang bisa menolak?" Sasuke balik mengejek.
Naruto mendengus. Melipat bibir lucu dan menuai kekeh geli dari si Uchiha bungsu yang lantas mengusak puncak kepala pirang di depannya.
Kok lama- lama sayang ya?
"Bilangmu aku cewek bertulang beton-"
"Memang. Tamparanmu tadi keras sekali. Aku sampai cemas kalau mukaku jadi berubah mirip Chouji. Aku tidak laku lagi bagaimana?"
"Ya bagus donk."
"Duh, Yank. Kok kejam sih?"
Bola mata berotasi malas. Naruto membalas, "Lagipula salahmu."
"Yang suka anarkis siapa?"
"Salahmu." Naruto melotot.
Sasuke menghela nafas. "Iya, salahku deh," balasnya mengalah. Kapan lagi dia mau baik hati begini?
Lagian,
Cewek mah selalu benar. batinnya sebal.
..
..
.."Sasuke- kun!"
Wajah bosan terpampang. Makhluk pirang mendesis.
"Kyaa~ Sasuke- kun berkedip padaku. Astaga, jantungku mau copot!"
"Bukan. Dia berkedip padaku, Sialan."
"Sinting. Bukannya mereka itu mantan?" Naruto melirik Utakata di sebelahnya.
"Apa bedanya mantan sama calon gebetan kalau Uchiha nya begitu? Lagian ceweknya juga mau saja buat mainan," si kawan membalas.
Iya sih, Sasuke ganteng. Yang cari tampang juga pasti langsung memilih Sasuke buat dijadikan pacar atau selingkuhan meski sudah pernah berstatus mantan. Sasuke juga brengsek. Suka main- main. Memang hati cewek sekuat batu karang?
Naruto mengendikkan bahunya tidak peduli. Berlalu melewati Ino dan Karin lalu Sasuke yang melirik dirinya usil.
"Pagi, Masa depan," sapanya.
Dan berakhir jadi kacang karena Naruto terus berlalu tanpa balasan.
Memang enak dicueki?
Utakata tersenyum tipis. Mengekori langkah Naruto menuju kelas mereka di lantai dua seraya berdendang.
Sementara di belakang, Sasuke mendengus.
"Wah, anjingku jual mahal."
..
..
..Bagi Naruto menjadi pusat perhatian itu tidak biasa. Apalagi dengan seorang pemuda dan setangkai bunga di depannya. Diluar fakta bahwa mereka bahkan masih di lingkungan sekolah, Naruto juga tidak habis pikir bagaimana bisa ada teman pria yang bilang cinta padanya. Yang benar saja.
Sasuke bilang dia setan.
Utakata menyebutnya preman.
Lantas apa bagusnya dirinya?
"Tunggu sebentar, siapa tadi namamu?" tanyanya alih- alih membalas ajakan jadian dari si pemuda tampan.
"Sai-"
"Huh!?"
Naruto pernah mendengar nama ini. Pernah menyebutnya juga. Belum pernah bertemu memang tapi cuma asal sebut saja pas bilang pada Sasuke kalau cowok kelas sebelah itu oke. Jadi, Sai itu yang ini?
Jadi benar Sai itu yang ini?
Ganteng sih.
Tapi ...
Naruto melirik sekitar. Menelisik melalui pandangannya yang menajam. Mencari- cari sosok sang Uchiha barangkali berada di antara kerumunan.
"Bagaimana?"
"He?" kembali mendongak untuk menatap pada si pemuda kelas sebelah. "Bagaimana apanya?"
Sai mendengus. "Ya mau tidak jadi pacarku?"
Naruto mengerjap. Bingung. Seumur- umur baru kali ini dirinya ditembak di depan umum. Dulu- dulu sih paling cuma dikirimi surat lewat teman, via pesan singkat atau melalui mak comblang meski semuanya langsung berakhir mendapatkan penolakan.
"Hei, kenapa malah melamun?" Sai meremas bahunya lembut.
"Err...."
Bisik lirih terdengar riuh. Naruto jelas tidak nyaman. Belum lagi seruan yang memintanya untuk menerima Sai membuat mulutnya gatal untuk menolak keras- keras.
Tapi, ia sedang butuh pacar. Untuk dijadikan percobaan supaya bisa tahu setidak menyenangkan apa punya kekasih seperti yang Sasuke bilang meski pada akhirnya pria itu sepertinya justru ketagihan. Lagi pula ia penasaran akan bagaimana nanti rekasi pangeran titisan kegelapan itu jika tahu dia menjadikan pemuda ini sebagai pacar.
Teheee.....pasti menyenangkan.
Tapi kok terlihat jahat sekali sepertinya.
Tidak jadi saja.
Lah? Bagaimana sih?
Selagi menimbang nimbang untung dan ruginya jika menerima pemuda ini sebagai kekasih perdana, seseorang merangkul bahunya erat. Disusul kecupan kupu- kupu yang mendarat di pelipisnya singkat.
"Ada urusan apa dengan calon istriku, Shimura?"
Sasuke bertanya. Dengan nada berbahaya. Dan Naruto tahu, kesempatannya mendapat kekasih untuk yang pertama kalinya musnah sudah.
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy, oh, my enemy
Fiksi PenggemarNaruto tidak mengerti kenapa di jaman sekarang istilah perjodohan masih saja berlaku. Bagus sih kalau jodohnya ganteng lalu baik, berhati malaikat. Dan bukannya Ganteng tapi berperilaku setan bin nyebelin macam Sasuke. Ini cerita santai. Dengan penu...