Bagian Dua Belas : (Hadiah Terbaik)

425 61 1
                                    

Play to Instrument🔝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Play to Instrument🔝

(Mainkan musik di atas untuk mendukung suasana membaca bagian ini)

Sejujurnya, Seungmin pikir Minho tidak ingin berbicara dengannya. Lelaki bemarga Kim itu tahu bahwa Minho biasa melihatnya berkumpul bersama teman-temannya saat istirahat makan siang sementara lelaki Lee itu duduk sendirian, membaca, namun tidak pernah sekali pun menghampirinya. Tetapi saat Seungmin akan meninggalkan sekolah pada hari itu, ia mendengar suara lelaki Lee itu di belakangnya, menanyakan apakah tidak keberatan menemaninya pulang. Meskipun Seungmin merasa belum siap untuk menyatakan pendapatnya tetapi ia bersedia menemani lelaki berambut cokelat itu.

Beberapa saat kemudian Minho langsung menuju pokok pembicaraannya.
"Kau ingat apa yang kaukatakan sewaktu terakhir kali di pementasan?" tanyanya.

Seungmin mengangguk, sambil berharap lelaki itu tidak mengungkit-ungkit masalah itu lagi.

"Kau berjanji untuk menebusnya,"

Untuk sesaat Seungmin bingung. Ia merasa sudah menebus kesalahannya dengan penampilannya dalam pementasan itu.

Tetapi Lee Minho melanjutkan lagi.

"Aku sudah memikirkan apa yang bisa kaulakukan," lanjutnya tanpa memberikan kesempatan pada lelaki bemarga Kim itu untuk memotong, "dan inilah yang terlintas dalam benakku."

"Apa kau mau membantuku mengumpulkan botol-botol dan kaleng besar yang sudahku sebar di berbagai tempat usaha di seluruh pelosok kota sejak awal tahun dan juga meletakkannya di atas gerai penjualan, di dalamnya ada uang yang nanti disumbangkan untuk panti asuhan?" tanyanya, ia tidak pernah mau meminta uang secara langsung untuk beramal, ia ingin orang-orang memberikannya secara sukarela.

Seingat lelaki berambut hitam itu, ia pernah melihat berbagai wadah itu di tempat-tempat seperti cafe. Ia dan teman-temannya biasa memasukkan penjepit kertas dan logam-logam kecil ke dalam wadah-wadah itu di saat si kasir tidak melihat, mengingat suaranya mirip seperti koin yang dijatuhkan ke dalamnya. Sesudah itu ia dan teman-temannya akan cekikikan sendiri.

Ia juga sering membuat lelucon tentang bagaimana nantinya Minho akan membuka salah satu kalengnya, dengan harapan akan menemukan jumlah yang membesarkan hati karena beratnya kaleng itu. Tapi saat mengeluarkan isi kalengnya lelaki Lee itu tidak akan menemukan apa-apa selain logam dan penjepit kertas. Kadang-kadang, saat ini, Seungmin teringat berbagai hal yang pernah ia lakukan, hatinya menjadi ciut dan penuh rasa bersalah.

Minho melihat ekspresi di wajah temannya itu.
"Kau tidak perlu melakukannya,"ujarnya lembut, jelas-jelas tampak sedih. "Aku cuma berpikir, karena aku tidak punya mobil, aku tidak akan
sempat mengumpulkan semua..."

"Tidak," ujar Seungmin cepat, memotong pembicaraannya. "Aku akan melakukannya. Lagi pula aku tidak begitu sibuk."

***
Jadi itulah yang dilakukan lelaki berambut hitam itu mulai hari Rabu, meskipun ia masih harus belajar untuk menghadapi ujian. Minho telah memberikan padanya daftar tempat meletakkan wadah-wadah berisi sumbangan dan dengan meminjam mobil ibunya, ia memulai dari pelosok kota yang paling jauh pada keesokan harinya.

𝑷𝒊𝒔𝒕𝒂𝒄𝒉𝒊𝒐 𝑴𝒐𝒐𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang