Bagian Empat Belas : (Ketika Jiwa Membeku)

398 63 18
                                    

Sebelum baca aku mau bilang aku happy banget lihat penampilan Stray Kids kemarin and bisa meet Lee know for real, he really handsome😭 Karena happy banget aku mau update walaupun chapter kali ini agak tidak menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca aku mau bilang aku happy banget lihat penampilan Stray Kids kemarin and bisa meet Lee know for real, he really handsome😭
Karena happy banget aku mau update walaupun chapter kali ini agak tidak menyenangkan.

Selamat membaca.

Play to Instrument🔝
"Aku terus memikirkan Minho, Ibu," kata Seungmin ketika duduk bersama Ibunya di meja makan dengan wajah sedih. "Maksudku, aku tahu ia menyukaiku, tapi aku tidak tahu apakah ia juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan."

"Apakah Minho begitu berarti bagimu?" tanya Ibu.

"Ya," sahutnya pelan.

"Oke, apa yang telah kau upayakan sejauh ini?"

"Apa maksud Ibu?"tanyanya binggung

Ibu tersenyum. "Maksudku adalah, orang termasuk Minho senang dibuat merasa istimewa."

Seungmin mempertimbangkan ucapan Ibunya selama beberapa saat, agak bingung. Bukankah itu yang sudah ia lakukan selama ini?
"Aku sudah pergi ke rumahnya setiap hari," ujarnya

Ibu meletakkan tangannya di atas lutut anaknya.
"Pergi ke rumahnya memang hal yang baik untuk dilakukan, tapi bukan yang paling romantis. Kau seharusnya melakukan sesuatu yang benar-benar mengungkapkan bagaimana perasaanmu"

Pada saat itulah Ibunya mengusulkan padanya untuk mengajak Minho pergi makan malam di luar.

Pada hari berikutnya, Kim Seungmin pergi ke ruang kerja tua Lee. Ia tahu si tua Lee akan berada di dalam ruang kerjanya. Lelaki Kim itu belum menanyakan kepada Minho karena membayangkannya, lelaki itu tetap akan membutuhkan izin dari Ayahnya. Entah mengapa Seungmin merasa bahwa ialah yang seharusnya meminta izin itu. Ia rasa itu ada hubungannya dengan fakta bahwa si tua Lee masih belum dapat menerimanya dengan tangan terbuka.

"Halo, Pak Lee" sapa Seungmin dengan sopan. "Apakah Anda punya waktu?"

"Halo" ujarnya dalam nada waswas.

Omong-omong, lelaki rambut hitam itu telah mengenakan pakaian yang layak untuk kesempatan itu, lengkap dengan jas dan dasi. "Bolehkah aku masuk?"

Si tua Lee mengangguk pelan, dan Seungmin memasuki ruang kerjanya dan mempersilakannya duduk di kursi di depan mejanya.
"Ada yang bisa kubantu?" tanyanya.

Lelaki Kim itu berusaha untuk duduk dengan nyaman di kursi itu. "Begini, pak, aku ingin meminta sesuatu pada Anda."

Si tua Lee mengamati wajah teman anaknya itu sebelum akhirnya berkata, "Apakah ada hubungannya dengan Minho?" tanyanya.

Lelaki Kim itu menarik napasnya dalam-dalam.
"Betul, pak. Aku ingin tahu apakah Anda keberatan jika aku mengajaknya pergi makan malam di luar pada Malam Tahun Baru."

Si tua Lee menghela napasnya. "Hanya itu?' tanyanya.

"Ya, pak," sahut lelaki Kim itu. "Aku akan mengantarnya pulang pada pukul berapa pun Anda menginginkannya."

𝑷𝒊𝒔𝒕𝒂𝒄𝒉𝒊𝒐 𝑴𝒐𝒐𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang