Bagian Tujuh : (Tidak Ada Pilihan Lain)

513 70 3
                                    

Play to music box 🔝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Play to music box 🔝

DUA minggu setelah pesta dansa itu, kehidupan Seungmin boleh dibilang mulai kembali normal. Changbin, Hyunjin dan ia lagi nongkrong di pemakaman pada suatu malam sabtu bersama beberapa teman lain, menikmati kacang rebus sambil mengobrol, ketika dua sahabatnya itu menanyakan padanya tentang "pesta dansa".

Mereka memang jarang bertemu sejak pesta dansa itu karena musim pertandingan football sudah dimulai. Selama beberapa akhir pekan belakangan ini Changbin sering ke luar kota bersama timnya. Sedangkan Hyunjin sibuk membantu osis di luar sekolah untuk mendapatkan sponsor acara.

"Bagaimana pesta dansa osis kemarin?"tanya Hyunjin dengan mulut mengunyah kacang rebus

"Biasa saja," sahut Seungmin, sambil mengangkat bahu, dan berusaha sebaik-baiknya untuk bersikaptidak peduli.

Changbin menyikut rusuknya dengan maksud untuk bergurau, namun lelaki Kim itu menggerutu kesakitan. Changbin setidaknya lebih berat 15 kilogram daripadanya.

"Apakah kau menciumnya saat pamitan?"tanya Changbin dengan nada antusias yang membuatnya terkejut

"Tidak."jawabnya dengan sedikit teriak

"Tadinya kukira setelah ia membantumu membersihkan kamar kecil, paling tidak kau akan menciumnya saat pamitan."jawab Hyunjin santai

"Ya, tapi aku tidak melakukannya."

"Kau tidak mencobanya?"ujar lelaki bemarga Seo yang masih penasaran

"Tidak."katanya semakin kesal

"Kenapa tidak?"tanya Hyunjin tatapan menggoda jelas ingin membuat sahabatnya kesal

"Minho bukan lelaki seperti itu," sahut Seungmin. Meskipun orang semua tahu bahwa itu benar, kesannya seakan ia sedang membela lelaki Lee itu.

Changbin masih belum puas.
"Menurutku kau menyukainya," ujarnya.

"Ngawur," sahut Seungmin dengan nada kesal, dan Changbin menepuk punggungnya, cukup keras untuk membuatnya kesakitan. Menghabiskan waktu bersama sahabatnya yang satu ini biasanya berarti tubuhnya akan memar-memar pada keesokan harinya.

"Yeah, mungkin saja ngawur," ujar Hyunjin sambil mengedipkan matanya ke arah sahabatnya untuk menggoda, "tapi kau yang sedang jatuh cinta pada Lee Minho."

Lelaki bermarga Kim itu tahu mereka sedang memasuki wilayah yang berbahaya.

"Aku cuma memanfaatkannya untuk menemaniku di pesta saja hanya itu dan tidak akan lebih" sahutnya dengan nada sedikit putus asa.

Seungmin tahu akhirnya ia berhasil menghindar, dan segera menarik napas lega saat percakapan beralih ke topik lain. Ia ikut nimbrung sekali-kali, tapi tidak sungguh-sungguh mendengarkan apa yang temannya bicarakan. Dalam benaknya berkecamuk kata-kata yang baru saja diucapkan Changbin dan Hyunjin. Lee Minho mungkin teman dansa terbaik yang bisa ia peroleh malam itu, terutama mengingat bagaimana malam itu berakhir. Tidak banyak teman dansa-oke, tidak banyak orang, titik yang mau melakukan apa yang telah dilakukannya.

𝑷𝒊𝒔𝒕𝒂𝒄𝒉𝒊𝒐 𝑴𝒐𝒐𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang