Bagian Sepuluh : (Kemarahan yang Terpendam Akhirnya Meledak)

402 66 7
                                    

Play to Instrument🔝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Play to Instrument🔝

Di awal bulan Desember, setelah sekitar dua minggu latihan, langit musim dingin sudah gelap sebelum Bu Park memperbolehkan Seungmin dan Minho pulang dan lelaki Lee itu meminta Seungmin menemaninya pulang berjalan kaki. Lelaki Kim tidak tahu mengapa Minho ingin dirinya menemani. Gimpo bukanlah kota dengan tingkat kejahatan yang tinggi. Namun rumah lelaki itu searah dengan rumahnya, dan ia tidak dapat menolak tanpa melukai perasaan Minho. Tapi jangan salah mengerti, ini bukan berarti ia suka, cinta atau semacamnya.

Tapi setelah melewatkan beberapa jam dalam sehari dengan seseorang, dan kita masih akan menghabiskan waktu dengan orang itu selama sedikitnya seminggu lagi, kita tidak ingin melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat hari-hari mendatang menjadi tidak menyenangkan. Drama itu akan dipentaskan pada hari Jumat dan Sabtu, dan banyak orang yang sudah mulai membicarakannya. Bu Park begitu terkesan dengan penampilan Seungmin dan Minho sehingga terus menceritakan kepada semua orang bahwa pertunjukan kali ini akan jadi pertunjukan terbaik yang pernah dipentaskan oleh sekolah ini.

Banyak yang mengira mungkin Kim Seungmin juga ikut antusias dengan kegiatan ini, tapi nyatanya tidak. Teman-temannya masih mengejeknya di sekolah, dan sudah lama ia tidak menikmati sore yang bebas. Satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah fakta bahwa ia sedang melakukan "sesuatu yang benar". ia tahu bahwa itu tidak banyak berarti, namun sejujurnya, hanya itulah alasannya. Kadang-kadang ia merasa gembira dengan perbuatannya, meskipun ia tidak pernah mengakuinya kepada siapa pun.

Ia nyaris bisa membayangkan para malaikat di surga, berkerumun dan memandanginya dengan air mata mengambang di sudut mata mereka, membicarakan betapa baiknya ia karena mau berkorban.

Keesokan paginya semua siswa sekolah tahu bahwa selama ini lelaki Kim itu mengantar Minho pulang. Hal ini menimbulkan spekulasi baru mengenai mereka berdua. Kali ini malah lebih gawat daripada sebelumnya. Begitu gawatnya sehingga lelaki Kim itu terpaksa melewatkan istirahat makan siangnya di perpustakaan untuk menghindari semua itu. Setelah sepi ia akan keluar untuk pergi latihan yang dilakukan di teater. Latihan terakhir sebelum pementasan pertama, dan masih banyak yang harus dikerjakan. Sepulang sekolah, siswa laki-laki di kelas drama harus membawa semua properti panggung dari ruang kelas ke truk sewaan untuk diangkut ke tempat pertunjukkan.

Masalahnya adalah siswa laki-laki hanya dirinya, Minho dan Woohyun. Woohyun bukanlah orang yang indra-indranya terkoordinir dengan baik. Mereka harus melewati sebuah pintu, menggotong barang berat. Pada setiap saat yang kritis ketika Seungmin betul-betul memerlukan bantuan untuk menahan beban, Woohyun akan tersandung debu atau seekor serangga di lantai,sehingga berat latar properti panggung itu akan ditimpakan pada jari-jarinya, yang kemudian akan terjepit di kusen pintu dengan cara yang amat menyakitkan.

"S-s-sori," kata Woohyun . "Sakit... ya?"

Lelaki berambut hitam itu menelan sederetan umpatan yang nyaris terlontar dari mulutnya dan menjawab dengan sengit, "Pokoknya jangan lakukan itu lagi."

Namun Woohyun tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak tersandung-sandung lagi, sama seperti halnya ia tidak mampu mencegah turunnya hujan. Pada saat mereka berdua selesai membongkar pasang semuanya. Memindah-mindahkan properti panggung itu telah menghabiskan waktu tiga jam, dan mereka baru selesai memasangnya kembali beberapa menit sebelum yang lain tiba untuk mulai latihan. Dengan semua kejadian yang berlangsung hari itu, boleh dikatakan suasana hati Seungmin betul-betul tidak baik.

Lelaki Kim itu mengucapkan dialog-dialognya tanpa konsentrasi, dan Guru Park tidak sekali pun mengucapkan kata luar biasa sepanjang malam. Matanya menunjukkan keprihatinan, namun Minho hanya tersenyum dan mengatakan padanya agar tidak khawatir, dan semuanya akan baik-baik saja.
Seungmin tahu lelaki Lee itu cuma ingin mempermudah keadaan tapi ia menolak ketika mengantar lelaki itu pulang.

Tempat pertunjukkan terletak di tengah-tengah kota, dan Seungmin harus berjalan ke arah yang berbeda dengan arah rumahnya untuk mengantar lelaki Lee itu pulang. Selain itu, ia tidak ingin terlihat mengantar Minho pulang lagi. Namun Guru Park kebetulan mendengar pembicaraan mereka dan berkata dengan nada tegas, bahwa mereka harus pulang bersama.

"Kalian berdua bisa mengobrol tentang pementasan itu," ujar bu Park. "Mungkin kalian bisa berlatih bagian-bagian yang masih kaku." Tentu saja, yang dimaksud kaku di sini adalah Seungmin.

Jadi sekali lagi lelaki Kim itu mengantar pulang Minho, ia sedang tidak ingin berbicara dan melangkah sedikit lebih jauh di depannya. Kedua tangannya di dalam saku, bahkan tidak menoleh ke belakang untuk melihat apakah lelaki Lee itu mengikutinya. Ini berlangsung selama beberapa menit pertama, dan ia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Suasana hatimu sedang tidak baik, ya?" tanya Minho akhirnya. "Kau bahkan tidak berusaha malam ini."

"Tidak ada yang luput dari perhatianmu, kan?" sahut Seungmin ketus tanpa menoleh.

"Mungkin aku bisa membantu," usul lelaki Lee itu. Nadanya terdengar tulus, yang membuat Seungmin jadi semakin kesal.

"Aku tidak yakin," bentak lelaki Kim itu

"Mungkin kalau kau mau menceritakan padaku apa yang mengganjal-"

Seungmin tidak membiarkan lelaki itu menyelesaikan ucapannya.
"Dengar," katanya, seraya berhenti melangkah dan berdiri berhadapan dengan Minho. "Aku menghabiskan waktu seharian untuk menggotong-gotong properti sialan itu. Aku belum makan sejak siang, dan sekarang aku harus berjalan ekstra satu mil hanya untuk memastikan kau sampai di rumah, padahal kita sama-sama tahu bahwa kau sebetulnya tidak membutuhkanku untuk mengantarmu pulang."

Baru pertama kali itulah lelaki Kim itu menaikkan volume suaranya saat berbicara dengan Minho. Terus terang, rasanya lumayan menyenangkan. Ia sudah memendamnya sekian lama. Lelaki Lee itu tampak sangat terkejut untuk menanggapi kemarahan itu, dan Seungmin terus melanjutkan.
"Satu-satunya alasanku melakukan ini adalah karena ayahmu, yang bahkan tidak menyukaiku. Semua ini betul-betul konyol. Aku berharap tidak pernah setuju untuk melakukannya."

"Kau cuma mengatakan semua ini karena kau tegang menghadapi pementasan besok-"

Lelaki Kim itu memotong ucapan lelaki di depannya lagi dengan gelengan kepala. Sekali ia sudah mulai, kadang-kadang sulit baginya untuk berhenti. Ia hanya mampu menghadapi sikap optimis dan kecerian lelaki Lee itu sampai di sini, dan ini bukan hari yang tepat untuk mendesaknya makin jauh.
"Kau masih juga belum mengerti, ya?" tanya Seungmin gusar. "Aku sama sekali tidak merasa tegang menghadapi pementasan. Aku cuma sedang tidak ingin berada di sini. Aku tidak ingin mengantarmu pulang, aku tidak ingin teman-temanku terus membicarakanku, dan aku tidak ingin menghabiskan waktu denganmu. Kau terus berlagak seakan kita berteman, tapi nyatanya tidak begitu. Kita tidak punya hubungan apa-apa. Aku cuma ingin semua ini segera berakhir dan aku bisa kembali ke kehidupan normalku."

Lelaki Lee tampak sakit hati menerima luapan kemarahan itu, dan sejujurnya, Seungmin tidak dapat menyalahkan itu.

"Aku mengerti," cuma itu yang dikatakan Minho. Lelaki Kim itu menunggu balasan membentak, membela diri, atau mencari masalah baru, namun lelaki Lee itu tidak melakukannya. Minho cuma menunduk. sebagian dari diri Seungmin ingin menangis, namun ia tidak melakukannya, dan akhirnya ia meneruskan langkahnya, meninggalkan lelaki Lee itu berdiri di tempatnya.

Namun tak lama setelah itu Seungmin mendengar Minho juga mulai bergerak dalam jarak lima meter di belakangnya sepanjang perjalanan menuju rumah, dan lelaki itu tidak berusaha berbicara padanya lagi sampai melangkah ke jalan masuk rumahnya. Seungmin sudah mulai berjalan menjauh ketika mendengar suara Minho.

"Terima kasih telah mengantarku pulang, seungmin," seru Minho.

Hati Seungmin menciut begitu mendengar ucapan itu. Bahkan di saat ia bersikap kejam dan mengatakan hal-hal yang paling menyakitkan, lelaki itu masih bisa menemukan alasan untuk berterima kasih padannya. Lee Minho memang orang semacam itu, dan ia merasa benar-benar membenci lelaki itu karena alasan tersebut.

Atau lebih tepatnya, Seungmin membenci dirinya sendiri karena alasan itu.

𝑷𝒊𝒔𝒕𝒂𝒄𝒉𝒊𝒐 𝑴𝒐𝒐𝒏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang