3. Semarang

18.5K 4K 495
                                    

Setelah melalui perjalanan panjang, kedelapan remaja itu sampai di Semarang pukul dua belas siang. Benar-benar kelewat jauh dari perkiraan.

Mas Taeyong menyambut mereka dengan senyum maklum. Tanpa bertanya pun, ia sudah tau apa yang terjadi. Hampir semua channel tv nasional menampilkan berita tadi malam. Jeno juga sudah sempat mengabari jika mereka akan sampai lebih siang.

"Dek, makan dulu aja. Bi Siti udah masakin banyak tadi" ujar Kak Jisoo.

Kak Jisoo adalah kekasih Mas Taeyong. Rencananya, kalau semua berjalan lancar, mereka akan menikah tahun depan. Jeno sih ngga apa-apa. Ya walaupun agak kurang rela ditinggal nikas masnya, dia percaya Kak Jisoo orang yang tepat.

Jeno segera menuju ke kamar tamu paling luas untuk memanggil teman-temannya. Bisa ia lihat, kamar yang semula sudah dibereskan oleh Bi Siti kini kembali berantakan. Bahkan lebih parah.

Ya gimana ngga berantakan lagi kalau yang nempatin delapan remaja kelebihan hormon.

"Disuruh makan dulu sama Kak Jisoo."

Setelah mendengar kata 'makan', mereka langsung berebutan keluar kamar. Padahal beberapa menit lalu mereka lesu seperti mayat. Tapi sekarang, bahkan pintu kamar mereka hampir jebol karena mereka keluar dengan brutal.

"Kalian jadinya mau liburan kemana?" tanya Mas Taeyong di sela-sela acara makan mereka.

"Rencana sih mau ke Banaran. Worth ngga Mas tempatnya?"

Mas Taeyong meneguk minumnya sebentar, lalu menjawab pertanyaan Haechan, "Fine fine aja sih. Pemandangan sama udaranya juga enak. Ada penginapannya juga kan?"

"Iya, Mas. Rencana juga kita mau nginep sehari dua hari di sana."

Ekspresi Mas Taeyong mendadak murung. Pria itu sebenarnya tidak rela jika si adik justru memilih liburan dengan teman-temannya daripada dengan dirinya. Kak Jisoo yang menyadari perubahan ekspresi Mas Taeyong langsung mengusap bahunya lembut.

"Berangkat ke Banarannya kapan? Ngga buru-buru, kan?"

"Ngga kok, Kak! Ngapain sih buru-buru, kan di sini ada kakak"

Kalau tidak ingat jika Jisung itu teman Jeno, sudah dipastikan garpu yang sedari tadi digenggam Mas Taeyong akan melayang ke kepalanya.

●●●

"Mas?"

Jeno menghampiri masnya yang sedang duduk di depan televisi ruang keluarga. Awalnya, anak itu hanya ingin mengambil minum. Tapi setelah melihat jika masnya belum tidur, ia memilih untuk menemaninya.

Mas Taeyong sepertinya melamun sedari tadi. Bisa dilihat dari bahunya yang menegang sesaat karena kaget akan panggilan Jeno tadi. Tapi kemudian ia segera mengendalikan diri dan menepuk tempat kosong disebelahnya. "Kok belum tidur, Jen?"

Setelah mendudukkan diri di sebelah Mas Taeyong, Jeno menghela nafas berat. "Ngga bisa tidur, Mas. Banyak pikiran"

Kemudian hening. Mas Taeyong masih memilih kata-kata yang tetap untuk bertanya kepada Jeno tentang kecelakaan semalam. Tapi sepertinya jika ia salah kata sedikitpun, itu akan membawa efek buruk pada mental adiknya.

"Ngga bisa tidur karena banyak pikiran atau karena kamarmu isinya setan semua?" pada akhirnya Mas Taeyong memilih untuk tidak membahas hal itu.

Jeno tertawa. Benar kata Mas Taeyong. Selain karena banyak pikiran, hal yang membuatnya tidak bisa tidur adalah ulah teman-temannya. Padahal dia itu tuan rumah, tapi justru mendapat perlakuan paling buruk; didorong sampai jatuh dari kasur oleh Haechan, tertendang kaki Hyunjin, tertampar tangan Jaemin, dan dia benar-benar akan mati karena saat bangun posisinya sudah berada di kolong kasur. Untung Jeno orangnya penyabar.

Kebun Kopi | 00liner [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang